Chapter 31

38 4 12
                                    

Kaori terhenti dan membulatkan matanya ketika mengetahui sebuah tombak menembus dada Kousei, seketika itu juga Kousei memuntahkan darah dari mulutnya.

"Kou-niichan." Panggil Kaori panik.

"hahaha.... Kau juga harus mati pangeran Kousei Arima." Kata Mika lalu tubuhnya berubah menjadi abu.

Dengan kekuatan yang ada, Kousei mencabut tombak itu dari belakang. Dia menatap Kaori dimana air mata sudah berlinang di wajah perempuan itu. Kousei tersenyum kecut dan menggerakkan salah satu tangannya ke wajah Kaori.

"jangan menangis! aku tidak suka melihatmu menangis." Kata Kousei dengan nada lembut seraya menghapus air mata Kaori.

"syukurlah kau tidak apa-apa, sekarang pergilah tempat ini akan segera runtuh !" pinta Kousei menurunkan tangannya dari wajah Kaori, namun tiba-tiba saja Kaori memeluk Kousei yang mana tubuhnya sudah mulai berubah menjadi kilauan cahaya sebelum menjadi abu.

"tidak! tidak!" isak Kaori, Kousei masih bisa merasakan air hangat yang berjatuhan membasahi pakaiannya. Kousei ingin membalas pelukkan itu, namun dia menahannya, dia harus segera melepaskan pelukkan Kaori sebelum tempat mereka sekarang hancur dan itu akan membahayakan Kaori.

"lepas!" pinta Kousei.

"tidak!" jawab tegas Kaori mempererat pelukannya karena Kousei berusaha melepaskan tangannya.

"LEPAS KATAKU !" bentak Kousei membuat Kaori terkejut dan tanpa sadar pelukkannya melemah.

Tidak membuang kesempatan Takumi memisahkan Kaori dengan Kousei, tentu itu atas perintah Kousei melalui telepati. Kaori berteriak memanggil Kousei dengan air mata terus mengalir. Namun Kousei berpura-pura tidak mendengar teriakkan Kaori. Dia menggambar sebuah simbol sihir di lantai menggunakan darahnya. Dia membaca mantra sebagai tugas terakhir mengembalikan penduduk sebelum dirinya menghilang karena dia mendapat pesan kalau Arnius sudah di kalahkan.

Cahaya bulan berwarna merah itu terpancar turun mengarah ke Kousei. Kaori ingin berlari ke arah Kousei namun di tahan oleh Takumi ketika tanah di tempat itu terbelah memisahkan tempat Kaori dengan Kousei. Tidak hanya itu, bebatuan mulai terbelah serta sisa pohon-pohon mulai roboh. Kaori melihat tubuh Kousei yang semakin tembus pandang dan tersenyum ke arahnya.

"sayonara." Itulah kata-kata terakhir Kousei kepada Kaori sebelum cahaya berwarna merah itu menghilang membawa diri Kousei yang mulai berubah menjadi kilauan cahaya juga.

...........

Kaori menatap kosong ke arah jendela. Sudah dua hari dia di rawat di klinik Miyako, setelah kejadian itu. krettt.... Suara pintu terbuka membuat lamunan Kaori buyar. Dia mengalihkan pandangannya ke arah pintu untuk mengetahui siapa yang masuk. Terlihat Miyako yang berpakaian medis bersama laki-laki berambut cokelat ke jinggaan dan dua orang pengawal.

"kau... Ryouta Watari kan ?" tanya Kaori yang beberapa waktu lalu berusaha mengingat nama laki-laki itu.

"sepertinya kau masih ingat denganku nona. Benar, aku Ryouta Watari sahabat pangeran Kousei Arima."

Mendengar nama itu seketika Kaori menundukkan kepalanya. Kaori masih tidak bisa menerima kalau Kousei sudah tidak ada.

"apa yang kau lakukan ?" tanya Kaori lagi melihat Watari mengendus-ngendus di dekat lehernya tentu siapa yang tidak risih kalau di perlakukan begitu.

"hemm..benar, kekuatan penyamar aromanya sudah mulai memudar. Aroma darah langka memang sangat beda. " Gumam Watari.

"penyamar aroma ? darah langka ? apa maksudnya ?"

Watari tidak menjawab pertanyaan Kaori, dia malah mencium leher gadis yang di sayangi tuannya itu, tentu gadis itu sangat terkejut. Kaori ingin sekali berontak ketika mendapatkan perilaku yang tidak mengenakkan, tapi tubuhnya tidak bisa di gerakan.

The Prince of Vampire Kousei ArimaWo Geschichten leben. Entdecke jetzt