Chapter 20

31 4 11
                                    

Kaori sedang menyisiri rambutnya yang panjang di depan cermin. Selesai dia menyampingkan rambutnya untuk bisa melihat lehernya lebih jelas. Dia meraba lehernya yang sudah tidak terlihat lagi bekas gigitan pamannya. Kaori masih tidak percaya apa yang terjadi terhadap dirinya beberapa waktu lalu. Sekarang dia tidak tahu harus percaya dengan siapa. Selama ini dia selalu percaya dengan pamannya walaupun sikap pamannya ke dia sesuka hati. Melihat dan mendengar penjelasan Kousei membuat dia tidak percaya lagi dengan pamannya, namun dia juga tidak bisa percaya dengan Kousei yang misterius itu. Kaori menghela napas panjang,"sekarang apa yang harusku lakukan ?"tanya Kaori kepada diri-sendiri.

Ditengah lamunannya, terdengar suara ponselnya berbunyi. Dia mengambil ponselnya yang terletak di meja dekat kasur. Kaori terlihat kaget mengetahui siapa yang menelpon. Dengan ragu-ragu dia menekan tombol hijau..

"hallo" sapa Kaori.

"kau punya waktu besok ?"tanya Kousei langsung.

"heh ?" Kaori terdiam.

"hei, kau masih hidup ?" tanya Kousei dengan nada bercanda.

"tentu saja!" spontan Kaori menjawab dengan nada agak kesal.

"sepertinya kau punya waktu, aku akan menjemputmu jam 9."

"eh tung..." tut...tut....Kousei sudah memutuskan panggilannya.

Kaori menatap ponselnya itu. Sejak kejadian kemarin, Kousei sangat perhatian dengan dirinya. Dia sering menemuinya sekaligus mencek kondisi secara langsung. Mendapat perhatian itu Kaori merasa senang sekaligus takut, karena dia tidak tahu jalan pikiran Kousei.

..........

Kaori merapikan poninya di depan cermin, tidak lama terdengar suara bel. Kaori segera membukan pintu dan tebakkannya benar yang datang adalah Kousei. Terlihat memakai kaos di lapisi kemeja lengan pendek dan celana jeans seperti biasa, hanya saja dia tidak memakai kaca matanya.

"ada apa ?" tanya Kousei melihat Kaori bengong di depan pintu.

"kau tidak memakai kaca mata ya ?" jawab Kaori cepat.

"itu aku lagi malas memakainya, lagi pula sebenarnya aku tidak memerlukan benda itu."jawab Kousei santai.

"jadi kenapa kau memakainya ?"

"hanya ingin. Ayo!" Kousei menarik tangan Kaori membawanya ke dalam mobil yang sudah terpakir.

Di dalam mobil tidak ada pembicaraan sama sekali hingga Kaori merasa sangat canggung,"bagaimana ini ?" tanya Kaori di dalam hati dengan kedua tangan yang dari tadi tidak bisa diam.

"ikat rambut itu, aku lihat kau sering memakainya." Kousei memulai pembicaraan karena tahu Kaori tampak gelisah.

"akh ini ? ini adalah jimat bagiku"

"jimat ?"

"ya, karena benda ini satu-satunya kenangan masa kecilku. Aku kehilangan ingatan tentang masa kecilku. Dengan begini aku harap sebagai petunjuk untuk mengingat masa kecilku"

"gawat! Kenapa aku cerita!" ketika Kaori sadar atas perkataannya. Kaori menatap Kousei yang pandangannya fokus ke depan. Dia berusaha mencari tahu apa yang di pikirkan Kousei setelah mendengar perkataannya. Namun nihil, Kousei terlihat tenang benar-benar susah di tebak. Tidak lama mereka berhenti di tempat parkir taman bermain. Kousei turun dan membukan pintu untuk Kaori, membuat Kaori semakin salah tingkah. Kaori menatap tulisan selamat datang dan terdengar suara teriakan orang-orang menikmati berbagai macam wahana.

"ayo!" lagi-lagi narik tangan Kaori untuk mengantri masuk. Selama mengatri Kousei tidak melepaskan pegangan tangannya ke Kaori.

"ini bu..bukan kencan kan ?" kata Kaori dalam hati karena dia benar-benar salah tingkah, terlihat dari wajahnya yang seperti tomat masak. Sedangkan Kousei tersenyum melihat Kaori blushing itu. sebenarnya Kousei dari tadi memperhatikan tingkah Kaori dan sepertinya dia sengaja membuat Kaori salah tingkah.

The Prince of Vampire Kousei ArimaWo Geschichten leben. Entdecke jetzt