Davien yang dikelilingi para ade kelas osis ingin meminta bantuan ya pastinya selalu begitu, bahkan ada yang hanya caper.
Tak lama ia melihat Alora berjalan dengan Althaf.
"Iya seperti itu yaudah kalau masih ada yang ditanyakan langsung ke ka erik aja ya,"
"Terimakasih kak,"
Davien pun berlari menghampiri Alora.
"Ra lo mau kemana?" Tanya Davien.
"Eh Dav gw mau latihan dulu ya, gw sama Althaf ditunjuk bu Lina buat nyanyi untuk pembukaan pentas seni 2 minggu lagi,"
"Owh gw ikut ya,"
"Gak perlu yang disuruh gw sama Alora," Sahut Althaf dengan datar.
"Iya Dav lo juga pasti sibuk kan harus dampingin Adik osis lo, jadi santai aja,"
"Gw pergi dulu ya,"
Davien melihat sinis Althaf hingga mobil tersebut menancap gas dan pergi menghilang di mata Davien.
"Gw mau ganti pakaian, gw mau pulang dulu," Ucap Althaf.
Alora hanya diam, ya gimana gak dia tuh lupa apa gimana sih jelas-jelas kemarin habis ngata-ngatain Alora sekarang, Alora yakin nih orang emang psikopat gak punya hati heuh.
Mobil mewah itu berhenti dipekarangan rumah yang lumayan mewah dan luas.
"Siang tuan," sapa salah satu pelayan dirumah tersebut.
Althaf tersenyum tipis.
Yak baru kali ini Alora melihat wajah datar itu bibirnya melengkung keatas hoho walaupun tipis tapi tulus.
Pelayan itu tersenyum kepada Alora dengan dibalas senyuman Oleh Alora.
"Non siapanya tuan?" tanya pelayan itu saat Althaf telah masuk kerumahnya.
"Ah ibu panggil saya Alora aja hehe,"
"Eh iya nak Alora, siapanya tuan? "
"Temen sekolah bu,"
"Ibu namanya bu siti,"
Siti melihat Pundak Althaf yang telah ditelan pintu utama rumah.
"Baru kali ini saya liat Tuan bawa cewe lagi,"
"Huh? Apa bu hehhe,"
"Ah gak ko nak silahkan masuk,"
Alora mengangguk pelan.
"Silahkan duduk disini ibu bikinin minuman dulu," Pamit Siti.
Alora hanya tersenyum dan mengangguk.
Alora melihat setiap sudut ruangan yang begitu luas terpajangnya foto-foto keluarga yang amat harmonis.
Hingga matanya terhenti pada salah satu foto wanita cantik disamping pria muda.
"Itu sinta Ibu Althaf," Alora terlonjak kaget kala suara yang menyahuti.
Tentu saja Indra.
"Pak maaf saya lancang,"
"Gapapa santai saja,"
"Dia sinta wanita yang saya ceritakan kepada kamu, Alora boleh saya meminta sesuatu."
"Apa pak?"
"Tolong rahasiakan rahasia itu ya saya hanya tidak ingin dia tau, saya gak pernah menyangka ternyata kamu mengenal Althaf terlebih dahulu sebelum saya mengenalinya," jelas Indra.
"Saya yakin kemarin Althaf baru saja menuduh mu dengan sebutan yang tak Pantas, saya tau kamu anak baik kamu wanita sabar.. Tolong saat berada didekat Althaf kamu dapat menjadi penenangnya,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Alora [On Going]
Teen FictionK ( 2 ) Horang kahya? Big no. Cewe cantik? Tidak juga. Feminim? Owh please, no. Ini tentang Aloraina sigadis sederhana, manis dan humble. Dalam kehidupannya dia tidak tertarik dengan cowo tampan justru Aloraina yang dapat menarik tiga pria ke dalam...