BUMI | KIM DOYOUNG [✔️]

Si Kuning

"Well, my favorite color I guess I would say yellow."  -Fran Drescher

Hampir pukul tujuh malam, Doyoung belum beranjak dari tempat tidurnya setelah ia mandi.
Sejam sudah berlalu setelah Doyoung mengantar Joy yang sakit ke rumahnya. Selama itu pula ia sibuk membuka tutup ponselnya. Sesekali ia mengetuk-ketukkan jarinya pada punggung ponselnya gelisah menanti kabar darurat yang mungkin datang.

Kembali ia kunci layar ponselnya. "Hah."  Sepertinya desahan nafas ini adalah pertanda sebuah keresahan berlebihan yang tidak berdasar.

"Yakali dia nelpon gue. Lucas yang jadi tetangganya, bukan gue." Ia teringat percakapannya dengan Lucas di parkiran saat ban belakang motor Joy kempes.

"Lah!" Doyoung menepuk pipinya agak keras untuk menyadarkan dirinya kembali. Sudah cukup rasa khawatir untuk adik tingkatnya itu, bukan urusannya. Lagi pula ia sudah meninggalkan nomer ponselnya untuk keadaan terdesak walaupun tidak mungkin ia akan dihubungi walaupun Joy dalam keadaan darurat. Terlalu kecil probabilitasnya.
Ia tidak perlu memperpanjang urusannya dengan Joy, secukupnya saja.

Di tempat lain, Joy yang baru saja selesai membersihkan badannya meringkuk di dalam selimut. Kepalanya masih berdenyut, perutnya masih tidak nyaman walaupun rasa mualnya sudah banyak berkurang karena minuman jahe buatan Bunda Doyoung.

Tangannya mengais-ais sisi tempat tidurnya yang kosong mencari ponselnya. Sebelum membuka beberapa chat yang sudah menumpuk, terlebih dahulu ia buka menu kontak. Di bagian recently added ada satu nomer yang baru ditambahkan dalam ponselnya.

'Doyoung'

Joy merasa asing dengan adanya nama Doyoung di dalam ponselnya. Rasanya seperti, tidak tepat? Tapi ia sendiri tidak bisa menjelaskan alasannya. Kepalanya miring ke sisi kanan merasa aneh.

Kegiatannya selanjutnya adalah menyortir chat yang masuk di dalam ponselnya. Beberapa ia balas secukupnya. Beberapa hanya ia buka. Beberapa bahkan tidak ia buka. Hanya beberapa pesan yang benar-benar ia balas dengan niat penuh.

Satu chat room dengan pesan beruntun dari kontak yang ia namai 'Kak Yuta- Tmn Abang' menjadi tujuannya selanjutnya.