Curcuma longa

146 21 0
                                    

"Ah me! Love can not be cured by herbs." -Ovid

Begitu membuka pintu rumahnya dengan kunci cadangan Johnny masuk ke dalam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Begitu membuka pintu rumahnya dengan kunci cadangan Johnny masuk ke dalam. 

"Assalamualaikum. Abang pulang." Tapi tidak ada jawaban dari siapapun. Padahal tadi pagi adiknya bilang akan berada di rumah dan motor si adik juga terparkir di garasi. Setelah merapihkan barang bawaan dan dirinya sendiri, Johnny langsung menilik keadaan adiknya di kamar.

Tok tok tok.

Lirih dapat dia dengar suara Joyceline. "Nggak dikunci."

Adik perempuannya itu sedang bergelung di bawah selimutnya dengan posisi miring sambil memeluk guling erat di bagian perut. Johnny menghampirinya dan duduk di samping Joy. Ia mengelus dahi Joyceline. "Dapet?" 

Joyceline enggan repot-repot membuka mata. Ia hanya mengangguk sembari cemberut.

"Perasaan udah jarang sakit gini, lagi stress?" Mendengar kata stress  Joyceline langsung berputar menghadap kakaknya. Ia semakin cemberut dan hampir menangis. Pertama karena nyeri haidnya. Kedua karena ia ingat beban di sekolahnya.

"Jangan mewek dulu. Bentaran." Johnny menepuk dahi adiknya pelan lalu bangkit. Ia keluar kamar tanpa menutup pintu.

Walaupun ia laki-laki, ia sudah dibekali pengetahuan oleh Mamanya tentang bagaimana cara mengurus Joyceline yang rewel karena haid. 

Kemeja hitamnya ia gulung sampai siku. Lalu mencari-cari salah satu tanaman rempah-rempah yang tergolong dalam kelompok jahe-jahean, Zingiberaceae, dan obat asli dari wilayah Asia Tenggara. Ia kupas kulit 3 ruas kunyit lalu ia potong-potong kecil dan ia masukkan ke dalam gelas. Tangannya sudah meraih air panas tapi berhenti saat teringat ia belum memasukkan madu. Setelah ramuan sederhana ajaran Mamanya siap, ia kembali naik ke kamar Joyceline. 

"Tunggu biar agak anget dulu. Masih panas nih." Kata Johnny sambil meletakkan gelas ramuan itu di atas nakas. Lalu ia membaringkan diri di sebelah Joyceline. Boneka monyet yang berada di atas kepala ia singkirkan karena memakan tempat. "Jenis tekanan batin apa lagi nih sampe gegoleran nggak berdaya begini?"

"Masa aku dijadiin perwakilan kelas buat pemilihan Duta Pariwisata Bang..." Adu Joyceline dengan lemah. Ia sekarang sudah berbaring terlentang menghadap langit-langit sama seperti kakaknya. Ia benar-benar sakit sepertinya sampai tidak terpikiran untuk marah-marah karena Johnny berbaring di kasurnya dengan pakaian yang belum diganti.

"Heem, terus?" Johnny menunggu untuk memberikan reaksi. Kalau ceritanya cuma sepotong begini kan ia juga takut salah merespon.

"Ya jadi beban banget. Sekarang berasa pengen ngomong kalo gue nggak bisa, nggak kuat, nggak berani nanggung tanggung jawab yang besar gini, pengen mundur deh." 

"Pemilihannya adil nggak? Atau lo dipilih pas lagi nggak ada?"

"Bagian itunya sih berasa demokratis - nggak demokratis Bang. Guenya ada di situ." Joy berhenti sejenak saat teringat bagaimana San yang panik dan memaki seluruh isi kelas saat dirinya terpilih tanpa aba-aba. "Pasangan gue yang justru nggak ada di situ tapi malah kepilih juga." Lanjutnya mengadu. Ia sudah berbaring menghadap kiri. 

BUMI | KIM DOYOUNG [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang