Chapter 32. Latvian Gambit (Part 1)

68 25 0
                                    


Dua bola matanya memandangi ke segala arah. Kepala-kepala itu masih menunduk setelah dia memandangi mereka semua selama sekitar dua menit tanpa jeda. Mungkin mereka takut kalau sampai mendongak maka kepalanya mendadak pecah karena kemasukkan peluru, padahal dia tidak akan melakukannya tanpa alasan. Ya, kalau mereka berani meracik alasan yang bisa membuat kucing tertawa maka tentu saja dia tidak akan segan mencabut kepala orang tidak berguna itu dan memisahkannya dari badan. Lagi pula, apa gunanya memiliki kepala segala kalau tidak bisa digunakan untuk berpikir?

"Jadi kalian pikir contium punya kaki sendiri lalu jalan-jalan. Lalu setelah capek keliling, contium mendadak bosan lalu membunuh dua bangsawan, begitu?" tanyanya sambil menaruh siku di permukaan meja, kemudian menopang dagunya di atas punggung tangan.

Tidak ada jawaban. Lagi-lagi sepertinya mereka sama sekali tidak bisa mengais alasan apa pun di dalam kepalanya sekarang.

"Casein!" panggilnya.

"Ya, Tuan." Pria yang berdiri di sampingnya itu langsung memutar tubuh hingga kini menghadap ke arahnya.

"Apa kamu ada penemuan baru akhir-akhir ini?"

"Penelitian apa?"

"Mungkin kamu bisa membuat contium jadi punya kaki atau kamu punya racun yang bisa membuat manusia-manusia ini jadi berguna?"

"Bagaimana kalau kita coba racun baru, Tuan?"

"Sekarang?" tanya Kireet.

"Ya, kapan lagi."

"Tuu—Tuuan—" Mendadak suara terbata terdengar dari ujung bangku.

Kireet langsung menoleh dan menatapnya pemuda yang bicara itu. "Ya, Ferdinand?"

Kireet memiringkan kepala dan melirik untuk menatap wajah bulat Ferdinant Steward, putra bungsu dari keluarga Count Steward yang sama sekali tidak pernah mendapatkan perhatian karena dia bukan pewaris.

"Sa—saya rasa ada jebakan."

"Jebakan macam apa maksudmu?" tanyanya lagi.

"Saya pikir ada yang sengaja menjebak kita soal pembunuhan itu."

"Kalau itu, aku tahu. Yang kutanyakan sekarang adalah bagaimana caranya contium itu ada di luar markas kita. Cuma ada dua kemungkinan, contium itu jalan-jalan sendiri atau ada salah satu dari kalian yang membawanya keluar. Karena ada pilihan kedua ini makanya kalian pilih membisu, kan?" Kireet kini mengangkat ujung bibirnya hingga membentuk seringai. "Atau ada pilihan ketiga?"

"Tidak ada, Tuan." Ferdinant masih menjawab meski beberapa kali dia mengangguk hingga membuatnya sedikit mirip burung.

"Mungkin dari dua puluh orang di ruangan ini ada satu yang bisa dijadikan tersangka. Mau coba pilih, Cas?" sahut Kireet lagi, sekarang dia mengalihkan perhatian pada ahli racun yang kini berdiri di sampingnya.

"Saya siap kapan saja, Tuan. Tapi, apa mereka siap?" tanya Casein.

"Kalau mereka tidak siap maka tinggal penggal saja dua puluh kepala tidak berguna itu!"

Tidak ada suara yang keluar meski mereka saling berpandangan. Entah terlalu takut untuk bicara atau memang tidak ada yang ingin dikatakan. Terkadang dia sebal kalau harus melihat tingkah para bangsawan muda yang rata-rata keluarganya telah hancur itu mendadak ketakutan dengan sedikit saja ancaman.

Keheningan di ruangan itu langsung terpecah kala pintu kayu besar itu mendadak terbuka. Asher berjalan cepat memasuki ruangan dan langsung mendekati Kireet.

"Ada apa?" tanya Kireet begitu Asher sampai di dekatnya.

"Yang Mulia Raja memanggil Anda ke istana."

One : En PassantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang