Chapter 34. Latvian Gambit (Part 3)

81 24 0
                                    


Isel memandangi bangunan yang berdiri menjulang di hadapannya. Meski malam sudah turun dan benda apa pun jadi tidak terlihat jelas lagi, hanya saja bangunan kokoh yang kini ada di depannya tetap terlihat mengancam. Gadis itu mendongak lalu mendesah. Masih tidak menyangka kalau misi yang diterimanya adalah masuk ke istana. Dia sudah biasa memasuki rumah bangsawan, tetapi istana pasti ada di level yang berbeda. Tempat yang bahkan tidak pernah berani dimasukinya meski di dalam mimpi paling buruk sekalipun. Namun, kalau dia tidak masuk ke tempat itu sekarang juga maka mimpi mengerikan lain yang akan mewujud jadi nyata.

"Sudahlah, Isel. Ayolah!" bisiknya nyaris tanpa suara.

Setelah selesai memotivasi dirinya sendiri, Isel mulai beranjak berdiri. Dia lalu memoleskan lipstik ke bibirnya. Meski nanti sebagian wajahnya akan tertutup masker, tetapi dia ingin tampil cantik setiap menjalankan misi. Bisa jadi misi malam ini akan jadi yang terakhir atau yang akan menentukan nasibnya ke depan. Manusia kan tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi jadi lebih baik bersiap daripada menyesal.

Selesai berdandan, Isel langsung menjejalkan lipstiknya ke salah satu kantong tas. Kemudian dia memasang masker dan memastikan wajahnya sudah tertutupi dengan sempurna dan sarung tangannya terpasang dengan benar. Tangannya meraba pistol yang terselip di sabuk yang membelit paha. Mobil sewaan yang dibawanya tadi terparkir tidak jauh dari tempat ini jadi kalau terjadi sesuatu dia tinggal berlari ke sana dan kabur dari tempat ini secepatnya. Gadis itu kemudian mengendap mendekati pagar tinggi itu.

Isel berjongkok lagi setelah mengeluarkan discam dari dalam ranselnya. Untuk pertama kalinya dia menggunakan alat itu karena istana ini ternyata sangat mengintimidasi dan sepertinya mereka tidak akan membiarkannya selamat kalau sampai bertindak ceroboh. Isel mendengus, mana mungkin pihak kerajaan akan membiarkan pencuri rendahan sepertinya selamat setelah mengacau di pusat pemerintahan.

Begitu memastikan alat itu berfungsi dengan benar, dia menaruh alat itu di atas tanah dan setengah menguburnya. Dia sengaja meletakkan benda itu di dekat patung batu berbentuk singa agar mudah ditemukan, dia bisa mengambilnya lagi nanti setelah misi selesai. Benar, dia hanya harus melakukan misi dengan benar dan dia akan mendapatkan lagi alat itu nanti. Meski harus meninggalkan alat mahal ini begitu saja membuatnya mendadak tidak rela.

Gadis itu kemudian mengeluarkan tali panjang dan mengikatkan ujungnya pada patung batu sebelum mencari celah untuk memanjat naik ke pagar. Dia sudah mengamati istana ini sejak beberapa hari terakhir dan bagian ini adalah tempat yang paling sepi. Meski begitu, dia tidak mengira kalau sampai sesepi ini padahal belum memasuki tengah malam. Bukankah kondisi ini sedikit aneh?

Ah, bukan urusannya. Semakin sepi maka semakin baik. Dia hanya perlu masuk, mencuri barang lalu keluar lagi. Kalau istana sepi maka tidak ada orang yang menyadari kehadirannya dan seharusnya tugasnya semakin ringan. Gadis itu menggeleng dua kali lalu menarik tali panjang yang ujungnya tadi diikatkan pada patung batu di dekat pintu masuk. Setelahnya dia melompat ringan ke atas pagar.

Dari atas pagar itu, dia bisa mengamati kalau bagian dalam istana cukup sepi juga. Isel memutar tubuh lalu melempar tali yang sejak tadi dibawanya ke bawah. Dengan berpegangan pada tali itu, tubuhnya mulai bergerak turun. Dia hanya berharap kalau patung singa hitam itu tidak mendadak roboh karena menahan bobot tubuhnya sekarang. Meski itu rasanya tidak mungkin, dia berusaha menjaga berat tubuhnya tetap ideal. Noel tidak akan suka kalau dia sampai mengoleksi lemak di setiap bagian tubuhnya.

Napasnya tersengal keluar kala kakinya menyentuh permukaan tanah. Matanya mengamati sekeliling sebelum dia kembali mengendap masuk. Aneh sekali, bagian dalam istana juga sepi. Selama beberapa hari mengintai, dia tahu kalau setidaknya ada beberapa prajurit atau ksatria yang akan berpatroli di malam hari. Pelayan-pelayan pun sering terlihat berjalan melewati koridor. Akan tetapi, malam ini luar biasa sunyi hingga membuat bulu kuduknya sedikit meremang. Ya, mungkin semesta memang bekerjasama untuk memuluskan jalannya.

One : En PassantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang