Chapter 9. Reti Opening (Part 4)

109 30 2
                                    


Setelah mengikuti alamat yang tadi diberikan Noel, maps di ponselnya menuju ke tempat ini. Dia tidak sempat pulang dulu untuk menaruh barang-barangnya, jadi terpaksa dia membawanya ke tempat ini. Dia hanya sempat melepas gaun curiannya di toilet saat membeli ransel untuk membawa semua pakaian itu. Isel membenarkan letak tas di punggungnya sambil mendongak untuk menatap kamera CCTV yang terpasang di depan gerbang. Dia menekan bel dan menunggu.

Ada beberapa gudang senjata yang bisa dikunjungi kalau hendak bertugas. Isel tidak pernah mengambil benda berbahaya seperti pistol, akan tetapi dia memerlukan gudang itu untuk beberapa alat yang sulit didapatkan secara legal seperti pembuka pintu brankas atau alat pengacau kamera CCTV yang bisa membuat jejaknya tersamarkan. Meski begitu, dia jarang mengambil benda semacam itu karena menurutnya kesenangannya akan berkurang kalau bermain terlalu aman. Lagi pula mempermainkan polisi-polisi sok metropolitan di Caragan itu juga menyenangkan.

Soal gudang senjata, jangan bayangkan kalau tempatnya gelap, remang-remang, penuh debu seperti di film-film. Gudang senjata yang dikunjunginya bersama Noel biasanya terletak di area perumahan atau pertokoan yang ada di pusat kota. Pasti akan sangat mengejutkan kalau ketahuan, akan tetapi tempat yang ramai dikunjungi atau elit sekalian akan jarang mengundang kecurigaan. Noel sih yang bilang begitu, kalau Isel sendiri tidak pernah memberikan pendapat soal ini.

Namun, kalau dia bisa berpendapat maka dia akan berpikir kalau pemilik gudang senjata itu setidaknya seorang Baron yang cukup kaya atau bisa jadi bangsawan di atasnya. Karena kekayaan saja tidak cukup untuk bisa membuat lokasi berbahaya semacam ini tidak terendus oleh Caragan atau Enslet. Meski tidak menutup kemungkinan ada saudagar yang sangat kaya hingga bisa menyuap pejabat pemerintahan di atasnya untuk agar mereka tetap bisa beroperasi dengan aman. Akan tetapi, Noel pasti tidak akan suka kalau dia menyuarakan pendapatnya seperti ini.

Hal yang sama juga berlaku untuk rumah ini. Isel sendiri belum pernah ke rumah senjata yang sekarang ini menjulang di depannya. Namun, ciri-cirinya selalu sama. Rumah yang mereka gunakan sekilas mirip dengan perumahan biasa. Gerbang depannya tidak berpenjaga, kecuali kamera CCTV yang terlihat di atas sana bisa disebut sebagai senjata. Ditambah lagi lokasinya yang strategis dan berada di tengah kota. Dia menarik napas lalu menekan bel sekali lagi. Isel melepaskan topinya dan menatap ke arah kamera. Mereka mungkin memerlukan verifikasi identitas sebelum membuka pintu.

Tidak lama setelahnya gerbang itu terbuka. Isel bergerak masuk dan menemukan seorang pemuda dengan pakaian hitam menyambut. Gadis itu memberikan senyuman terbaik sebagai salam sapaan, akan tetapi wajah pemuda itu tetap saja kaku. Jadi dia memutuskan untuk ikut ke dalam tanpa perlu melakukan senyum basa-basi atau sejenisnya.

Pemuda itu membimbingnya memasuki bangunan yang ada di samping gedung utama. Saat sampai di dalam ruangan itu, karung-karung yang sepertinya berisi gandum dan bahan makanan lain menyambut. Ada juga rak-rak kayu besar berisi bertoples-toples bumbu berdiri gagah tidak jauh dari tempatnya berdiri sekarang. Sekilas kalau orang asing masuk ke tempat ini akan mengira kalau tempat ini hanya gudang pangan biasa. Akan tetapi, pemuda itu membimbingnya masuk ke ruang yang lebih dalam. Sekarang mereka memasuki gudang dengan botol-botol wine dari berbagai tahun berjajar sepanjang jalan. Mereka terus berjalan ke ujung ruangan dan berhenti di depan rak berisi botol. Pemuda itu mendorong rak itu ke samping hingga pintu masuk kini terlihat di baliknya.

"Noel ada di sana," kata pemuda itu.

"Baik, terima kasih."

Saat Isel melangkah masuk, pintu di belakangnya menutup lagi. Pemuda yang tadi mengantarkannya mungkin mendorong lagi rak kayu itu ke tempat semula. Bukan masalah karena nanti dia akan keluar dari pintu lain saat urusannya selesai. Gadis itu menarik napas dan menghembuskannya lagi. Mungkin dia akan mendengar kemarahan Noel sebentar lagi karena dia datang terlambat dari permintaannya. Meski salahnya sendiri meminta seseorang datang mendadak tanpa memperhitungkan lokasi orang diminta datang serta jarak tempuhnya. Ah, sudahlah. Lagi pula semua sudah terjadi. Kalaupun diomeli maka tidak perlu didengarkan.

Isel berjalan lagi. Lebih hati-hati kali ini karena tidak pemandu yang akan menunjukkan jalan. Untung saja penerangan seadanya—yang cukup membuat ruangan ini remang-remang—sedikit membantunya untuk melihat tempat ini. Dia melangkah menuju ujung ruangan dan bergerak menurun mengikuti anak tangga. Langkahnya terhenti kala sebuah suara terdengar tidak tidak jauh dari tempatnya sekarang.

"Kamu hanya perlu menjalankan rencana lalu semuanya akan terjadi," kata seseorang. Dari suaranya, dia jelas-jelas berjenis kelamin laki-laki.

"Menurutmu rencana ini akan berhasil?" Suara lain bertanya. Itu suara Noel.

Mendengar suara Noel, Isel melangkah turun. Dia ingin segera bertemu pemuda itu. Namun, dia memelankan suara langkah kakinya untuk membuat kejutan. Kalau Noel kaget maka dia akan menertawakannya sampai sakit perut. Benar seperti itu.

"Tentu saja, kau hanya tinggal menyuruh gadis itu untuk mengambil semua yang kita perlukan. Selama itu, rencana kita akan berjalan mulus tanpa hambatan."

"Maksudmu Isel?"

Langkah kaki Isel mendadak berhenti kala mendengar namanya disebut. Dia ingin mendengar lebih jauh soal apa yang mereka bicarakan di belakangnya—meski dia belum bisa menebak identitas lawan bicara Noel.

"Iya, siapa lagi, Kita lagi ngomongin gadis pencuri itu sekarang."

"Tapi, kita akan berurusan dengan Khisfire. Isel mungkin—"

"Itu tugasnya, jangan lupa itu!" potong pria itu cepat.

Isel memiringkan kepala. Siapa sebenarnya lawan bicara Noel saat ini? Kenapa pria itu mengenalnya? Lalu apa maksudnya dengan tugasnya?

Sekarang ditambah lagi dengan hal lain yang masuk ke dalam topik pembicaraan singkat itu yaitu Khisfire. Apa hubungan dirinya dengan Khisfire? Lalu apa yang akan mereka lakukan sampai harus terlibat dengan organisasi bawah tanah paling mengerikan di kota ini?

Dia masih bisa menerima kalau seseorang dengan pangkat di atasnya—seperti Noel—melakukan pekerjaan berbahaya. Akan tetapi, apa gunanya pencuri sepertinya dalam misi yang sepertinya terlihat sangat penting itu?

Isel belum bisa melepaskan semua pikiran itu dari dalam kepalanya kala terdengar suara seperti tuas balpoint yang ditekan. Saat dia mendongak, matanya menemukan moncong pistol kini mengarah tepat ke dahinya. Sepertinya benda itu siap meledakkan kepalanya kapan saja. Mungkin sekarang atau beberapa detik lagi atau kapan saja semau penggunanya.

Dia menyesali kebodohannya karena sempat menurunkan kewaspadaan untuk menguping. Dia lengah karena terlalu tenggelam dalam pikirannya dan mengabaikan aksi lawan. Isel juga tidak berhasil memprediksi pergerakan hingga mungkin nyawanya akan melayang sebentar lagi. Gadis itu meneguk ludah kuat-kuat dan menatap lawannya tanpa berkedip. Dia mengangkat tangannya ke atas untuk memberikan tanda kalau dirinya menyerah.

"Siapa kau?" tanya suara itu diiringi dengan suara pelatuk yang ditekan.

One : En PassantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang