Chapter 15. Pirc Defense (Part 5)

85 27 2
                                    

Ruangan gelap ini terkadang beraroma manis, kadang juga pahit. Terkadang udara di sekitarnya terasa lebih pekat dan padat dibanding tempat lain. Mungkin hanya perasaannya atau semua ini memang benar seperti itu karena di tempat ini bubuk-bubuk racun tanpa warna bebas beterbangan di dalam udara. Bubuk-bubuk itu ditempatkan dalam botol kaca bertutup dan ditata dalam salah satu rak kayu besar di bagian kiri ruangan. Selain itu, ruangan di tempat ini berisi cairan berbagai warna yang dimasukkan dalam gelas-gelas kaca. Ratusan di antaranya di tempatkan dalam tabung reaksi yang berdiri di tatakan khusus dari kayu. Tatakan itu berisi lubang-lubang agar tabung reaksi bisa di dalamnya tanpa goyah.

Bubuk dan cairan itu adalah semua racun yang ada di Diliar. Racun-racun ini tidak hanya didapatkan dari dalam kerajaan, akan tetapi diimpor juga dari luar negeri. Semua ini ilegal dan melanggar hukum, oleh karena itu tempat ini dipindahkan sesuai kebutuhan agar tidak ada orang lain yang bisa menemukannya. Penjaganya pun berganti-ganti dan hanya dipilih dengan jam kerja lebih dari sepuluh tahun. Penjaga itu haruslah ahli racun dan siap mati kapan saja. Dia sendiri yang memilih penjaga yang bertugas menjaga gudang ini selama bertahun-tahun.

Pemuda itu menarik napas. Bubuk racun yang tidak berwarna dan tidak berbau mungkin sudah memasuki lubang hidungnya. Dulu dia akan batuk-batuk, sesak napas sampai muntah darah saat terpapar racun semacam itu. Akan tetapi, sekarang dia sudah terbiasa. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan dari racun-racun ini. Dia sekarang berjalan dengan menyisirkan tangannya pada cairan berwarna hitam dari yang paling terang sampai yang paling pekat. Dia harus menunggu untuk menjelaskan jadwal latihan yang harus dilakukannya.

Tidak lama setelahnya pintu di belakangnya terbuka. Seorang pria berbadan tinggi dengan kacamata berdiri di ambang pintu. Dia memakai setelan jas putih sampai lutut yang membungkus kemeja hitamnya. Wajahnya dingin, nyaris tanpa ekspresi. Meski begitu, dia bukan orang jahat.

"Yang—ah, maaf. Maksud saya Tuan," katanya sambil membungkuk.

"Kau terlambat, Cas," sahutnya dengan nada tidak suka. Dia sebal juga karena tahu Casein hanya berpura-pura salah memanggil namanya.

"Anda yang datang terlalu cepat," balas Casein cepat.

Pemuda itu mendengus, Casein memang tidak mau mengalah. Namun, dia memilih tidak melanjutkan perdebatan dan duduk saja di salah kursi sambil melipat kaki. "Apa jadwal kita hari ini?"

"Eitur," katanya.

"Baiklah."

"Ini lebih kuat dari yang terakhir kali kita gunakan, jadi mungkin Anda akan sangat kesakitan."

"Tapi, aku tidak akan mati."

"Kita lihat saja nanti, yang penting di kontrak sudah tertera jelas kalau Anda meninggal itu semua bukan tanggung jawab saya," tukas Casein sambil terkekeh.

"Dasar ular!"

"Sebagai sesama ular kita harus rukun, Tuan," tukasnya.

"Aku akan membunuhmu."

"Mari ke ruangan sebelah!" Casein sepertinya tidak ingin menanggapi ancaman yang ditujukan padanya.

Pemuda itu mengikuti Casein yang memimpin perjalanan ke ruangan yang hendak ditujunya. Tempat itu berada tepat di samping ruangan berisi rak-rak kayu dan racun yang tadi sempat dilihatnya. Ada ranjang besar di sana dilengkapi dengan beberapa tombol darurat, tiang infus, tabung oksigen besar serta rak besar berisi obat-obatan dan suntik. Mirip sebuah klinik yang tersembunyi di dalam gudang.

Pemuda itu melepaskan sepatu lalu berbaring di ranjang. Dia diam saja saat Casein menarik lengan kemejanya hingga mencapai siku. Dia bahkan tidak bereaksi kala Casein menusuk kulit lengannya dengan jarum. Jarum itu terhubung pada memasang kantong infus berisi cairan pekat. Cairan Eitur yang akan digunakan untuk training hari ini.

One : En PassantTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang