#9 Ego

190 26 50
                                    

Terbangun di ruangan serba putih dan beraroma khas obat itu membuat Syifa sedikit kebingungan. Dia terduduk sambil menatap seisi ruangan itu. Jelas, saat ini dia berada di rumah sakit. Namun satu hal yang membuatnya heran adalah kenapa dia tiba-tiba saja ada di sana? bahkan dia tak ingat apapun selain malam kecelakaan itu.

"Dimana aku?"

Dia sungguh tak mengenali apapun dan mengingat apapun. Banyak sekali pertanyaan dan memenuhi pikirannya tapi dia sungguh bingung harus bertanya pada siapa sekarang.

Kepalanya berdenyut seiring dengan terdengarnya dengingan yang cukup membuatnya meringis. Dia berusaha untuk mengingat beberapa hal namun tetap saja pikirannya benar-benar kosong sekarang, tak mengingat apapun.

"Nona, kau baik-baik saja?" bahasa itu terdengar asing di telinganya. Dia menoleh, menatap seorang perawat yang tampak mengkhawatirkannya. "Aku akan panggilkan dokter."

"Apa yang terjadi?"






"Apa kalian akan pulang meskipun tanpa Syifa?" tanya Yena yang hanya membuat mereka menghembuskan napas berat. Saat ini mereka berada pada posisi serba salah. Jika mereka memutuskan pulang, bagaimana dengan Syifa? lalu jika mereka memutuskan menetap, tak ada kepastian jika Syifa akan kembali.

"Kita akan tetap disini."

Yang lain hanya mengangguk, menyetujui keputusan dari Fira. Mau bagaimana pun, mereka pergi bersama dan harus pulang bersama. Masalah yang lainnya, mereka tak terlalu menghiraukannya. Tapi yang pasti mereka akan menunggu kabar dari Syifa.

"Semalem nomornya aktif, kok sekarang di luar jangkauan?" gumam Salfa setelah memainkan ponselnya. Ya, semenjak hilangnya Syifa, Salfa terus berusaha menghubungi nomornya.

Cici menjentikan jarinya kemudian berdiri. Dia menatap mereka semua lalu mengangguk. "Lacak."

"Ah bener juga, kenapa gak dari kemaren coba." Salwaa menatap Yena yang sebenarnya tak mengerti dengan apa yang mereka bicarakan. Ya, Yena hanya tahu beberapa kata baku dalam bahasa Indonesia. Itulah sebabnya dia hanya memasang wajah bingungnya saat ini.

"Yena, kau bisa membantu kami lagi?" tanya Cici canggung. Dia merasa jika ini membuat Yena sangat kerepotan. Tapi mau bagaimana lagi? tak ada pilihan selain meminta bantuan Yena.

"Bagaimana?"

"Apa kau bisa membantu kami melacak nomor ponselnya Syifa? aku yakin itu akan memudahkan kita menemukannya," jelas Nafa.





Taehyung menatap heran Jungkook yang terlihat sangat terburu-buru padahal hari ini mereka tak memiliki jadwal apapun.

"Kau akan pergi ke mana?" Jungkook menoleh, menatap tangan Taehyung yang saat ini menggenggam lengannya. Dia kemudian mendongak, menatap Taehyung lalu mengangkat kedua bahunya sebagai pertanda dia tak ingin menjawab pertanyaan itu. "Kau akan berkencan? bukankah kekasihmu sedang sibuk tur dunia?"

"Aku tidak akan berkencan."

"Lalu? biasanya kau akan seperti ini jika akan berkencan." Taehyung menutup mulutnya tak percaya. "Kau berselingkuh? aigo, aku sudah bilang jangan seperti itu, bukan?"

"Siapa yang selingkuh? aku hanya akan pergi sebentar kemudian kembali. Apa salahnya membawa banyak hal?" sulut Jungkook yang sepertinya mulai kesal dengan berbagai pertanyaan yang Taehyung lontarkan padanya seolah dia merupakan seorang tersangka dalam sebuah kasus.

"Kau sudah meminta izin pada Namjoon hyung?"

"Aku pergi bersama manager hyung, jadi tak akan ada masalah." Jungkook menggendong tas hitamnya kemudian menepuk pundak Taehyung. "Aku akan bersenang-senang."

Paper Hearts✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang