#26 A Hope

108 21 64
                                    

"Oppa, kau—" Seorang gadis membulatkan matanya, mendapati gadis lain ada di dalam rumah sang kakak. "Oppa, kenapa ada cewek?"

Aksa memutar malas kedua bola matanya. "Lupa ingatan atau gimana nih?"

Sang adik hanya memukul pelan dahinya. Dia baru ingat soal rumahnya yang sering dijadikan tempat tinggal sementara oleh beberapa mahasiswa dari luar Korea yang mencari tempat tinggal dengan harga murah.

"Hai kak," sapa gadis itu yang tentunya membuat Syifa tersenyum lalu menyambut uluran tangannya. "Aku Bela adiknya kak Aksa."

"Aera."

"Wah, namanya bagus, kak," puji gadis itu yang hanya membuat Syifa tersenyum.

"Ah enggak, nama kamu juga bagus."

Perbincangan mereka berlanjut begitu saja, membuat Aksa hanya bisa tersenyum melihat bagaimana akrabnya Bela dan juga Syifa dalam waktu yang sangat singkat. Wajar saja karena mereka berdua sama-sama perempuan dan otomatis hal itu akan membuat mereka mudah sekali akrab.

[Gak bakal jemput nih?]

Aksa memukul pelan dahinya lalu dengan tergesa-gesa meraih jaketnya, membuat Bela dan Syifa hanya menatapnya dengan tatapan bingung mereka.

"Kak Aksa pasti mau jemput orang lagi," celetuk Bela yang membuat Syifa kini menatapnya tak kalah bingung. "Udah, gak usah bahas itu, gak penting banget."








"Tzuyu, bukankah kau—"

"Aku kabur," jawab Tzuyu dengan nada sangat pelan, membuat Jungkook memilih untuk menggenggam tangannya agar dia menghentikan aktivitasnya. "Apa aku tidak boleh melakukannya?"

"Tzuyu-ya, kau bisa saja dikeluarkan jika seperti ini. Perjanjiannya kencan kita tidak boleh mengganggu karir kita 'kan?" tanya Jungkook yang langsung membuat Tzuyu mengangguk. Dia tahu soal itu, tapi dia tak bisa jika tidak menemui Jungkook. Bahkan saat ini dia baru saja pulang dari music shownya.

"Tzuyu-ya, ini—" Ucapannya terhenti saat jari telunjuk Tzuyu menempel di atas bibirnya.

"Jangan banyak bicara," ujar Tzuyu yang membuat Jungkook mengerutkan dahinya sambil menatap Tzuyu. "Aku sudah susah payah untuk sampai kemari, jadi jangan menyuruhku pulang."

Jungkook hanya tersenyum mendengar pernyataan Tzuyu. Dia yakin jika kali ini pilihannya benar-benar tepat. Bahkan Tzuyu rela mempertaruhkan dirinya sendiri untuk menemuinya.

Tak ada lagi alasan yang membuatku bimbang.

"Baiklah, kau boleh di sini. Tapi jangan matikan ponselmu," pinta Jungkook yang membuat Tzuyu langsung saja mengangguk.

"Aku akan pulang jam 10 saja, setelah itu aku bisa latihan."

"Sendirian?" tanya Jungkook yang mendapat anggukan dari Tzuyu sebagai jawaban.

"Tentu saja. Lalu aku akan latihan dengan siapa semalam itu?"

Jungkook kagum dengan penyelesaian masalah yang Tzuyu lakukan. Alih-alih bersikap masa bodoh, Tzuyu justru memprioritaskan dirinya. Dia menyesal karena sempat memikirkan orang lain saat Tzuyu sudah jelas-jelas selalu memikirkan dirinya.

Jungkook ingat saat dirinya terkena banyak masalah dalam waktu yang hampir bersamaan. Tzuyu selalu ada di sampingnya meskipun dia sibuk dengan konsernya. Bahkan setiap malam Tzuyu selalu menelponnya jika dia tak bisa menemaninya.

"Apa rasanya masih sakit?"

Jungkook langsung saja mengangguk, membenarkan apa yang Tzuyu tanyakan. Dia bahkan merasa kesakitan jika harus bergerak. Tapi yang lebih menyebalkan menurutnya adalah batuk yang tiba-tiba saja muncul, membuat rasa sakit itu semakin menyiksanya.

"Semuanya tidak akan lama. Oppa pasti akan cepat sembuh," ujar Tzuyu yang mengundang senyuman dari Jungkook. "Ah iya, boleh ku tanyakan sesuatu?"

Jungkook terdiam sejenak sebelum akhirnya mengangguk. "Tanyakan saja."

"Soal Aera."

Deg!

Jantung Jungkook seakan berhenti kembali mendengar nama itu. Terlebih karena yang kali ini mengatakannya adalah Tzuyu, kekasihnya sendiri. Apa dia harus mengatakan semuanya dengan jujur? Dia hanya takut hal itu melukai hati Tzuyu.

"Oppa, kenapa hanya diam saja?"

Jungkook bisa melihat genangan air mata yang perlahan bertambah di mata Tzuyu. Dia jadi bingung harus menjelaskannya seperti apa. Terlebih karena dia yakin jika Tzuyu sudah membaca pesan-pesannya dengan Aera.

"Tzuyu-ya—"

"Jadi benar?" sela Tzuyu yang kemudian menundukan kepalanya, membuat rasa penyesalan yang ada dalam diri Jungkook semakin menjadi-jadi. "Aku pikir selama ini oppa benar-benar menyukaiku."

"Tzu—"

"Apa karena oppa merasa tak enak padaku? seharusnya oppa mengatakannya dari awal," jelas Tzuyu setelah dia menyela ucapan Jungkook.

Tzuyu-ya, bagaimana aku menjelaskannya?

"Aku per—" Tzuyu beranjak, namun Jungkook sudah lebih dulu meraih tangannya.

"Tzuyu-ya, semuanya tak seperti yang kau duga. Aera hanya penggemarku dan dia merupakan korban tabrakan dari mobil yang ku tumpangi. Dia hilang ingatan dan aku tak punya pilihan lain selain menjaganya."

Mendengar penjelasan Jungkook hanya membuat Tzuyu berpikir pada satu makna, Jungkook memang menyukai Syifa. Jika tidak, mana mungkin kekasihnya itu memilih untuk menjaganya sedangkan dia yakin bukan hanya Jungkook saja yang ada di tempat kejadian.

"Aku harus pergi, oppa."

"Tzuyu-ya, aku tak melakukannya demi diriku saja. Aku melakukannya demi manager hyung juga."

Tzuyu hanya menarik satu sisi bibirnya sambil berdecih pelan. Rasanya dia ingin berteriak namun dia sadar jika dia masih berada di rumah sakit.

"Dan memilih untuk terus menutupi apa yang seharusnya dia tahu?"

Jungkook kehilangan kata-katanya setelah mendengar pertanyaan yang Tzuyu ajukan.

"Jadi bisa disimpulkan jika oppa memang menyukainya dan aku tak punya pilihan lain selain pergi," ujar Tzuyu sambil berusaha melepas genggaman tangan Jungkook.

"Kau salah paham, Tzuyu."

"Lalu apa yang seharusnya ku pahami? kondisi-nya? Maaf, tapi ini bukan yang pertama kali terjadi. Jika oppa ragu untuk meninggalkanku, maka aku bisa pergi sendiri."




"Woah, kak Rini!!!" teriak Bela, membuat Syifa yang saat ini tengah sibuk dengan beberapa bahan masakan langsung menoleh. "Kirain gak jadi kesini."

"Diluar dugaan lamarannya lolos," jawab Rini yang kemudian diiringi dengan kekehannya. "Eh, mama mana?"

Rini, gadis asal Indonesia yang dulu sempat menjadi teman dekat Aksa. Mereka secara tak sengaja berteman sebab rumah mereka yang sangat berdekatan, membuat mereka otomatis berteman. Namun saat lulus SMA mereka memilih jalan mereka masing-masing. Itulah kenapa mereka baru dipertemukan kembali sekarang.

Syifa tersenyum saat tatapannya bertemu dengan Rini sebelum akhirnya Rini memutus kontak mata dengannya.

"Sa, gratis 'kan?" tanya Rini yang tentunya membuat Aksa mendengus kesal.

"Yaudah, tidurnya di luar."

"Gratis 'kan?" tanya Rini sambil menaikan turunkan alisnya. "Diskon temen dong."

"Terus bayar air sama listrik pake apa? daun?"

"Eonni, biarin aja mereka berantem, udah dari sananya gitu," bisik Bela yang hanya membuat Syifa tersenyum. Satu hal yang pasti, kilasan memorinya mulai pulih dan suasana seperti ini benar-benar tak asing untuk dirinya. Dia yakin, teman-temannya pasti tak jauh dari Aksa, Rini, atau Bela. Dia hanya berharap jika semua ingatannya dengan segera kembali. 

TBC🖤

22 Aug 2020






Maaf cmn bisa up satu part, aku cmn sempet ngetik satu part:( mianhae

Paper Hearts✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang