#3 Annyeong, Seoul

188 25 34
                                    

Syifa's POV

Rasanya hari ini masih saja terasa seperti sebuah mimpi. Aku bahkan sampai sulit tidur karena kenyataan besok aku akan segera menghirup udara ke kota Seoul.

Lagi. Aku beranjak dari ranjangku dan memastikan semua hal yang ku perlukan tak ada yang tertinggal. Setidaknya agar aku tak kesulitan saat disana. Ekor mataku menangkap sebuah foto yang selalu menjadi penghuni dari meja belajarku. Yap, foto Kookoo. Aku langsung saja tersenyum dan meraihnya, mengusapnya sebelum akhirnya aku masukan ke dalam koper. Rasanya ada yang kurang jika foto itu tidak ikut bersamaku.

Aku kembali membaringkan tubuhku di atas ranjang, berusaha sekeras mungkin agar aku bisa tertidur dan beristirahat malam ini. Namun hasilnya tetap saja nihil. Aku sudah mencoba berbagai gaya dari mulai miring ke kanan, ke kiri, memeluk guling, sampai meletakan bantal di atas wajahku, tapi hasilnya tetap saja mataku tidak ingin tertutup. 

"Ish," desisku yang kemudian memilih untuk duduk. Aku melirik jam dinding berwarna putih yang ada di kamarku kemudian menghela napas. Aku rasa sudah hampir 5 jam aku berusaha untuk tidur namun tetap saja tidak berhasil.

*
*
*

Mempercepat langkah sambil menyeret koper berwarna merah maroonku. Aku terus saja mengutuk diriku sendiri karena memilih mengulur waktu tadi. Mungkin jika tidak, aku tidak akan terlambat seperti ini.

Aku hanya menampakan deretan gigiku tak berdosa ketika teman-temanku berdiri sambil melipat tangan mereka kemudian menggelengkan kepala mereka.

"Hehe. Maaf, Syifa telat."

"20 menit lagi take-off, ayo."

Aku menghela napasku. Apa ini benar-benar akan terjadi padaku? bahkan aku masih belum siap menghadapi hal yang lebih besar lagi daripada hanya menginjakan kakiku di Seoul seperti impianku.

Bayangan soal hal-hal yang aku rencanakan jika aku bertemu langsung dengan Kookie benar-benar membuat hatiku melambung tinggi. Ini bahkan jauh membuatku bahagia dibanding dengan kenyataan jika sebentar lagi aku akan segera melihat Kookie secara dekat. Ah aku jadi membayangkan Kookie akan turun dari panggung dan menghampiriku. Membayangkannya saja aku hampir pingsan.

"Syifa!!!"

Aku terlonjak saat tiba-tiba saja Nafa berteriak. Aku mengedarkan pandanganku malu karena mungkin saja aku terus berdiri sambil tersenyum karena imajinasi manisku itu. Benar-benar bodoh.

Kookie, Syifa datang.

*
*
*

Incheon International Airport

19.50 PM KST

Menghirup udara Seoul dalam-dalam saat aku menginjakan kaki di negeri gingseng benar-benar membuatku tak bisa berkata-kata. Ini sungguh pertama kalinya aku pergi ke tempat yang jauh hanya bersama teman-temanku. Rasanya campur aduk. Bahkan aku benar-benar terharu karena pada akhirnya salah satu impian terbesarku tercapai. Apa aku boleh berteriak Annyeong, seoul sekarang?

"Wa, gimana?" tanya Salfa yang hanya membuat Salwaa mengangkat bahunya tak acuh. Fyi, Salwaa mengatakan jika dia punya teman di Seoul. Itulah kenapa kami percaya diri pergi tanpa biro perjalanan.

Kami sudah seperti anak kucing yang kehilangan induknya saat ini. Berdiri kebingungan di tengah-tengah ramainya orang yang berlalu lalang sungguh membuat kami seperti turis yang tersesat. Aku pikir kami akan bersenang-senang berada di negeri gingseng ini. Tapi sepertinya kami akan benar-benar kesulitan.

"Katanya ada temenmu yang mau jemput," Cici mulai bersuara. Ya, aku yakin dia sama kesalnya dengan kami semua terlebih kami sudah percaya pada Salwaa.

"Bentar." Salwaa mengedarkan pandangannya dan membuat kami juga ikut mencari sosok teman jarak jauh dari Salwaa. Hingga mataku menangkap seorang gadis berambut biru gelap sedang berdiri sambil memegang sebuah kertas bertuliskan 'Aku Yena' dengan tulisan hangeul.

"Wa, itu bukan?" tanyaku yang membuat Salwaa langsung menoleh. Dia kemudian tersenyum dan melambaikan tangannya. Hufft, akhirnya aku bisa tenang.

Salwaa tampak sangat akrab dengan gadis berdarah Korea itu. Bahkan dia langsung berpelukan dengan gadis yang memiliki tinggi cukup jauh darinya. Satu kata yang bisa menggambarkan suasana saat ini adalah lucu.

"Kenalin, ini Yena. Yena, they are my friends," Salwaa memperkenalkan kami semua dan membuat Yena tersenyum.

"Nice to meet you, guys."

"Kirain dia bohong," celetuk Cici saat Salwaa berjalan duluan sambil berbincang dengan Yena.

"Aku udah panik," sambung Salfa. Sebenarnya kami memang sangat panik saat Salwaa yang seperti menunjukan jika dia juga bingung. Beruntungnya kami semua belajar sedikitnya beberapa kata dalam bahasa Korea dan juga tulisan hangeul sehingga kami bisa menemukan sosok teman online Salwaa.

"Dia bilang kita bisa nginep di rumahnya," jelas Salwaa tanpa di minta. Padahal akan lebih baik jika kami menginap di hotel saja. Itu hanya akan merepotkan Yena dan keluarganya.

"Eh, masalah makanan gimana?"

"Kita bisa cari makanan halal, emang sedikit sih, tapi kita pasti nemu," jelasku.

Yena kini meminta kami untuk naik ke mobilnya. Aku kagum karena Yena benar-benar sangat humble meskipun pada kenyataannya kami bukanlah teman dekatnya. Bahkan Salwaa hanya mengenalnya dari instagram yang berujung chattingan di Kakao talk.

Menatap gedung-gedung yang kini terlihat lebih cantik karena taburan lampu yang menghiasinya benar-benar menambah panorama apik yang tertangkap oleh netraku, ini sungguh tidak bisa dilewatkan begitu saja. Aku langsung saja mengeluarkan ponselku dan memotret sebanyak apapun hal yang ku lihat untuk ku jadikan kenangan.

Alunan musik tenang mulai Yena putar dalam mobilnya. Sejak tadi dia juga terus mengobrol dengan Salwaa sedangkan yang lainnya memilih untuk tidur. Awalnya aku juga berniat untuk tidur karena rasa kantuk yang terus saja menyerangku. Namun rasanya akan sangat rugi jika aku melewatkan semuanya dengan tidur.

"What's your name?" tanya Yena setelah tatapannya bertemu denganku lewat spion.

"Syifa."

"That's a good name, i like it."

"Thank you so much."

Aku hanya tersenyum malu mendengar pujian dari Yena. Ah apa Kookie juga akan bereaksi seperti itu? sepertinya otakku berpikir terlalu jauh.

*
*
*

Setelah perjalanan panjang, akhirnya aku bisa merebahkan tubuhku sekarang. Rasanya tubuhku sungguh pegal karena berjam-jam harus duduk.

"Aku akan kembali nanti, anggap saja rumah sendiri," jelas Yena yang kemudian menutup pintu. Aku benar-benar suka dengan aksen bahasa inggrisnya.

"Fir, kamu beneran bawa slogannya?" tanya Nafa yang langsung membuat Fira mengangguk bangga. Aku benar-benar tak mengerti kenapa mereka membawa segala hal. Aku bahkan hanya membawa lighstick saja.

"Eh iya, kapan kita cari makan? laper nih."

"Bentar, istirahat dulu," jelasku yang langsung membuat Salwaa mencebikan bibirnya kesal. Sebenarnya aku juga merasa lapar, tapi rasanya benar-benar lelah hanya untuk keluar dan mencari makanan. Masalahnya mencari makanan halal akan sedikit sulit disini.

Aku memutuskan untuk kembali merebahkan tubuhku dan tidur. Aku benar-benar lebih membutuhkan tidur dibandingkan makan untuk saat ini. Meski aku memejamkan mataku, tetap saja terdengar suara dari teman-temanku yang sibuk membahas pernak-pernik yang mereka bawa untuk konser nanti. Aku tak terlalu memikirkan pernak-pernik. Aku hanya ingin ternotice Kookie. Tak masalah jika dia tak memanggil namaku, cukup dengan memandangku sambil  tersenyum manis saja sudah membuatku bahagia.

TBC🖤

6 Jun 2020

Paper Hearts✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang