#6 Kwiyeopta

190 28 59
                                    

Jungkook mempercepat langkahnya, tak peduli meski saat ini dia melewati penggemar-penggemarnya yang sedang berjalan menuju pintu keluar. Dia hanya ingin menemui gadis itu. Gadis yang kemarin mendapatkan perlakuan dingin darinya. Jungkook tersenyum ketika mendapati gadis itu kini sedang berdiri bersama teman-temannya. Namun saat dia akan melangkah lebih dekat, manager hyung sudah lebih dulu menarik tangannya.

"Jangan berulah untuk kali ini, ayo."

Jungkook hanya menghela napasnya kemudian melangkah mengikuti managernya. Mau bagaimana lagi? bahkan untuk memaksakan diri saja dia takut untuk saat ini. Terlebih setelah agensi memintanya untuk fokus dulu pada karir dan melupakan soal kencan ataupun wanita. Bahkan dia saja berkencan dengan cara sembunyi-sembunyi.

Namjoon saat ini merasa jika maknae mereka itu terlihat murung. Padahal saat ini adalah sesi foto. Tapi pria Jeon itu justru memasang wajah murungnya. Dia akhirnya memutuskan untuk menghampirinya.

"Kau baik-baik saja?"

Jungkook tak bersuara. Dia hanya menggelengkan kepalanya sebelum akhirnya ikut bergabung dengan yang lainnya. Dia tidak ingin membuat siapapun memikirkannya.

Masih ada hari kedua, aku pasti akan menemuinya.

"Eh Yena beneran gak bisa dihubungin?" Syifa sepertinya sudah agak panik ketika mengetahui jika Yena belum saja tiba. Bahkan gadis itu juga sulit untuk dihubungi saat ini.

"Terus pulangnya gimana dong?" tanya Salfa yang sepertinya sudah sangat lelah dan ingin sekali tidur.

"Iya, ngantuk nih," sambung Nafa, membuat yang lainnya mengangguk setuju sementara Salwaa masih berusaha untuk menghubungi Yena.

"Itu mobilnya Yena, bukan?" tanya Cici dengan nada bahagianya. Namun hal ini justru membuat Salwaa menggeleng.

"Aku juga ngerasa itu mobilnya Yena," sambung Fira namun tetap saja membuat Salwaa menggeleng sambil meletakan kembali ponsel ke telinganya, berharap Yena mengangkat telponnya.

"Platnya beda."

Syifa menghela napasnya setelah mengedarkan pandangan. Masalahnya Yena belum juga tiba padahal lokasi konser tersebut sudah mulai sepi sekarang. Ide gila tiba-tiba saja muncul di kepalanya. Yap, berjalan kaki karena pada kenyataannya mereka tak punya kartu untuk naik bus. Taksi? Syifa pikir itu ide bagus, tapi sayangnya mereka harus sedikit mengirit uang mereka atau jika tidak, mereka bisa saja kelaparan disana.

Tepukan seseorang dipundaknya membuat Syifa refleks berbalik. Dia bernapas lega karena yang melakukannya adalah Yena. Namun detik kemudian mengerucutkan bibirnya kesal karena itu sama sekali tidak lucu. Terlebih karena saat ini dia berada di tempat asing dan banyak sekali kemungkinan yang bisa saja terjadi.

"Apa aku mengagetkanmu?"

"Tentu saja. Itu bahkan membuatku takut," jelas Syifa yang membuat Yena langsung terkekeh.

"Ayo, ini sudah malam."

*
*
*

Syifa tersenyum sesaat setelah membuka jendela kamar itu. Dia merasa sangat tenang kala hembusan angin pagi itu menyapa kulit wajahnya. Meskipun rasanya sangat menusuk ke dalam tulang, dia justru merasa senang merasakan angin itu berhembus.

Matanya tertuju pada sekelompok pria dengan penyamaran penuh itu. Seperti kemarin, hari ini ketujuh pria itu berjalan menuju gedung agensi yang menaungi mereka.

Syifa tersenyum kala menemukan Kookie yang sepertinya masih menahan kantuknya dengan terus menutup mulutnya saat menguap.

Gemesin deh.

Paper Hearts✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang