Menjalani hari tanpa seseorang yang selama ini selalu ada memanglah hal paling menyakitkan. Semua yang awalnya nampak terasa benar-benar indah, kini terasa sangat hampa--seolah ada yang hilang.
Itulah yang saat ini Syifa rasakan. Niatnya untuk melupakan Jungkook nyatanya berujung hanya sekedar niat. Dia tak pernah henti memandang potret Jungkook di ponselnya dan memikirkannya.
Itu wajar, bukan?
"Aera gagal," gumamnya sambil menatap potret tampan Jungkook. Dia sungguh penasaran bagaimana kabar pria itu.
Aksa berdiri di ambang pintu lalu tersenyum. "Gagal apa sih?"
Dengan segera Syifa mematikan layar ponselnya, tak ingin Aksa tahu soal potret siapa yang terus dia pandangi sejak tadi. Dia yakin jika Aksa tahu, Aksa akan sangat heboh.
"Aera, maaf ya, adikku gak ada di sini. Aku baru inget kalo dia lagi sibuk sekolah," jelas Aksa yang hanya membuat Syifa mengangguk. Dia sebenarnya tak terlalu peduli soal keluarganya Aksa. Bahkan setelah beberapa hari dia ada di sana, dia belum bertemu dengan orang tua ataupun adik dari Aksa.
Aksa menatap layar ponselnya sejenak sebelum kembali menatap Syifa. "Mau ikut gak? aku mau belanja."
Syifa tak kunjung menjawab, membuat Aksa tersenyum. Sebab wajah bingung Syifa sungguh membuatnya ingin tertawa. "Gak jauh kok."
Jungkook menyandarkan tubuhnya pada dinding dengan napasnya yang tersenggal. Jangan lupakan soal baju dan juga wajahnya yang mulai dibasahi dengan keringatnya. Dia tahu, memaksakan diri bukanlah hal yang bagus. Tapi dia tak punya pilihan lain selain menyibukan dirinya sendiri.
Lampu ruangan itu tiba-tiba dinyalakan, membuat Jungkook mengarahkan pandangannya pada satu arah--seseorang yang menyalakan lampu itu.
"Kookie-ya, mau sampai kapan kau seperti ini, hm?" tanya Hoseok yang nampaknya sangat khawatir pada kondisi sang maknae. Dia menyodorkan sebotol minuman lalu duduk di samping Jungkook. "Kau sudah seperti seseorang yang ditinggalkan kekasihnya."
Jungkook menyunggingkan senyum mirisnya lalu mulai meneguk air mineral yang Hoseok berikan padanya. Pernyataan Hoseok seolah memang menegaskan apa yang selama ini membuatnya bingung--perasaannya. Tapi Syifa bukanlah kekasihnya. Itulah kenapa hal ini seharusnya tak membuat hatinya patah.
Hoseok memberikan ponsel milik Jungkook yang kini sudah menyala dengan nama Tzuyu tampil di sana. "Dia terus menghubungimu."
Jungkook menghela napasnya sebelum menggeser icon berwarna hijau untuk menerima panggilan itu. Dia baru sadar jika selama beberapa hari ini dia seolah menjauh dari kekasihnya itu. Tapi mau bagaimana lagi? hatinya sedang bingung dan dia tak ingin menyakiti hati Tzuyu. Meski sebenarnya hal yang dia lakukan sudah cukup membuat Tzuyu merasa sakit.
"Mianhae, Tzuyu-ya," ucap Jungkook dengan nada penuh penyesalannya. Dia tahu, tak seharusnya dia memperlakukan Tzuyu seperti itu.
"Gwaenchana, aku hanya khawatir terjadi sesuatu pada oppa karena tak mengangkat telponku."
"Aku hanya sedang sibuk mempersiapkan konserku. Aku sungguh baik-baik saja." Hoseok yang duduk di sampingnya hanya tersenyum. Dia tak tahu jika Jungkook memang seorang penipu yang handal. Bahkan Jungkook bisa mengatakan jika dia baik-baik saja meskipun sebenarnya dia tahu, Jungkook sedang sangat rapuh sekarang.
"Ah begitu? hwaiting!!"
"Terimakasih."
"Kalau begitu tutup telponnya, oppa sedang latihan, bukan?" Jungkook terlebih dulu menatap Hoseok, sebelum akhirnya pria Jung itu mengangkat kedua bahunya dan berlalu, membiarkan Jungkook bicara dengan kekasihnya itu.
"Aku sudah selesai dengan latihanku. Jadi tak masalah."
Pembicaraan mereka melalui telpon terus berlanjut. Jungkook membiarkan Tzuyu menceritakan hal apa saja yang dia rasakan atau lakukan selama beberapa hari ini--biasanya Jungkook yang banyak bicara.
Berkali-kali Jungkook terkekeh ataupun tersenyum mendengar Tzuyu mengatakan hal-hal lucu. Bahkan beberapa hal yang mengganjal dalam hatinya seolah terangkat begitu saja.
Sebenarnya aku merindukan Syifa atau Tzuyu?
*
*
*Aksa terus bicara saat mereka berjalan di pasar tradisional yang berada tak jauh dari kediaman Aksa. Dia menceritakan beberapa hal yang membuat Syifa sedikit tertarik untuk mendengarkan kisahnya.
"Woah iya?" tanya Syifa yang membuat Aksa langsung saja mengangguk.
"Sebenernya sih, aku dulu kuliah di sini karena beasiswa. Tapi setelah lulus malah betah di sini." Aksa mendekatkan wajahnya membuat Syifa sedikit menjauh. "Banyak cecan di sini," bisiknya yang kemudian tertawa.
"Bukannya setelah lulus harus pulang ke Indo?"
"Iya sih, tapi beasiswanya cuman setengah dan akhirnya aku kerja sambilan sambil kuliah," jelas Aksa yang kini berjalan mundur. Namun detik kemudian dia kembali berjalan maju.
"Terus kenapa keluarga kamu juga ada di sini?"
Aksa terdiam lalu menggaruk dagunya, mengingat bagaimana keluarganya ikut ke sana. Dia lalu menjentikan jarinya saat mengingat semuanya. "Mereka khawatir dan nyusulin ke sini. Tapi sebenernya ayahku orang Korea. Terus mereka pilih tinggal di Indo."
Syifa mengerutkan dahinya. "Itu berarti-"
Aksa terkekeh sambil menggeleng. "Jangan pikir aku orang kaya. Enggak sama sekali. Makanya aku pake beasiswa pas ke sini. Ah iya, itu juga termasuk alasan keluargaku akhirnya terdampar di Seoul."
Syifa mendelik. "Itu namanya bukan terdampar. Tapi pulang kampung."
Pembicaraan mereka terhenti saat mereka tiba di salah satu pedagang sayuran langganan Aksa.
"Pilih aja, aku yang bayar," jelas Aksa sambil memilih sayuran dan buah lalu memasukannya ke dalam keranjang.
Taehyung menepuk bahu Jungkook, membuat pria itu langsung membalik layar ponselnya. "Melihat apa? kau sepertinya sangat serius."
Jungkook menggeleng. "Tidak, aku hanya..."
"Memikirkan gadis itu lagi?"
Jungkook terdiam mendapat pertanyaan itu. Haruskah dia mengatakan yang sebenarnya? ah tentu saja tidak. Yang ada dia akan kena marah Taehyung lagi sebab dia sudah mempermainkan Tzuyu. Tapi saat ini dia sedang belajar menghapus Syifa dari hidupnya. Meski itu sangat sulit. Tapi setidaknya dia belajar, bukan? daripada tidak sama sekali.
"Kenapa kau tidak mencoba mencarinya?"
Jungkook menatap Taehyung tak percaya. Masalahnya, ini kali pertama Taehyung menyarankan ide tersebut.
"Kau bilang dia pergi, bukan?"
"Aku ingin melakukannya, tapi dia tak mengizinkanku untuk menemuinya," jelas Jungkook yang kemudian menunduk. "Lagipula manager hyung sedang bolak-balik ke kantor polisi karena kasus tabrakan itu. Padahal hyung tidak melakukan kasus tabrak lari."
"Kau bisa melacaknya sendiri. Setelah kau tahu lokasinya, kau bisa menemuinya, bukan?" tanya Taehyung yang membuat Jungkook menatapnya kembali, seolah mendapat setitik harapan meskipun sebenarnya dia tak yakin Syifa mau menemuinya.
"Aku akan melakukannya setelah-"
"World tour selesai? itu hanya buang-buang waktu, Kookie. Temui dia, jelaskan semuanya lalu antar dia pulang. Masalah selesai, bukan?" tanya Taehyung. "Aku sungguh tak bisa melihatmu terus murung dan latihan dengan memaksakan dirimu setiap malam. Mungkin dengan mengucapkan sampai jumpa secara langsung padanya, semuanya akan kembali normal."
Jungkook hanya tersenyum miris. Pada kenyataannya, hal yang dia dengar itu tak sesederhana kedengarannya. Mungkin saja akan semakin rumit setelah dia bertemu kembali dengan Syifa? dia tak akan pernah tahu apa yang akan terjadi.
Aku sungguh bingung seperti kehilangan arah sekarang.
* * * * *
TBC🖤
8 Aug 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Paper Hearts✔️
Fanfiction"Aku sadar, perasaanku hanya sebatas goresan pena di atas kertas yang telah usang."