#28 Neomuhae

139 22 48
                                    

Jungkook terus menatap pintu ruang rawatnya, berharap seseorang yang sejak tadi dia harapkan untuk datang benar-benar membuka pintunya. Namun sayangnya, tak ada seorangpun yang datang kecuali hyung-hyungnya.

Sebenernya Jungkook benar-benar membutuhkan seseorang untuk mendengarkan ceritanya. Terlebih karena manager hyungnya kini membayar apa yang dia lakukan sebelumnya.

Jungkook baru sadar jika menyembunyikan Syifa agar masalah itu tak terungkap benar-benar hal yang bodoh. Justru dengan hal ini manager hyungnya malah terjerat pasal berlapis. Jika sudah seperti ini dia ingin sekali menemui Syifa dan memintanya menjelaskan semuanya agar hukuman sang manager bisa lebih ringan.

Suara pintu terbuka membuat atensi Jungkook teralihkan begitu saja. Dia tersenyum saat orang yang selama ini dia tunggu kedatangannya benar-benar ada di sana.

Tanpa ekspresi begitu berarti Tzuyu duduk tepat di samping Jungkook. Bahkan hal ini membuat Jungkook merasa bingung.

"Aku ingin mengakhiri semuanya," ujar Tzuyu secara tiba-tiba, membuat Jungkook hanya bisa memberikan tatapan tak percayanya.

"Waeyo?"

"Tae oppa benar, oppa bukan mencintaiku, tapi hanya kasihan padaku. Aku bisa pergi jika itu yang oppa mau," jelas Tzuyu sambil menghindari tatapan Jungkook dengan memilih menatap ujung sepatunya. Namun berikutnya dia memilih untuk menatap manik Jungkook. "Aku tahu alasan utama oppa memilih menutupi banyak hal soal Aera. Apa karena oppa takut aku mengetahuinya?"

Jungkook hanya mengepalkan tangannya. Dia yakin Taehyung yang sudah menjelaskan segalanya pada Tzuyu hingga gadis itu ingin mengakhiri hubungan dengannya.

"Tzuyu, aku ingin sekali memberitahu semuanya padamu. Tapi—"

"Oppa tak percaya padaku..." Tzuyu menjeda. "...iya 'kan?"

Jungkook benar-benar bingung harus menjelaskannya seperti apa lagi. Sebelumnya Tzuyu terlanjur marah dan pergi. Lalu sekarang Tzuyu malah menyela perkataannya. Haruskah dia jujur soal segalanya?

"Kau ingin tahu segalanya 'kan? baiklah, aku bisa katakan semuanya tapi berjanjilah—"

"Itu hakku untuk pergi atau menetap," sela Tzuyu lagi yang membuat Jungkook menghela napasnya lalu mengangguk. Kalaupun Tzuyu pergi, Jungkook tak akan menyalahkan siapapun sebab segala yang terjadi hari ini memang disebabkan oleh dirinya.

"Syifa, namanya adalah Syifa. Dia penggemarku dari Indonesia. Aku pertama kali melihatnya saat aku konser di sana dan aku menyukainya. Hingga satu tahun setelah itu kau masuk ke dalam hidupku, merubah segalanya tapi tidak dengan hatiku. Aku tak mengerti kenapa aku begitu sulit membuka hati untukmu meskipun kita berkencan. Dari sana aku belajar untuk membuka hatiku, melupakan Syifa dan fokus pada dirimu. Tapi sayangnya hal itu benar-benar sulit. Aku tetap memikirkan soal Syifa yang saat itu belum ku tahu namanya."

Tzuyu meremat lututnya, berusaha meyakinkan dirinya untuk tak menangis saat ini. Jika dia berniat untuk pergi, maka dia akan melakukannya tanpa air mata. Hanya saja, hatinya benar-benar terlampau sakit mendengar penjelasan dari Jungkook.

"Hingga akhirnya aku bertemu dengannya dalam kondisi yang benar-benar tak terduga. Mobil Van yang ku naiki dengan Jimin hyung menabraknya dan saat itu aku tahu namanya dari passport miliknya,"

"Awalnya aku memang sangat senang bisa sangat dekat dengannya. Namun semakin hari aku semakin sadar jika ada hati yang harus ku jaga. Kau tahu? mengingat kau yang selalu ada untukku membuatku merasa sangat bersalah karena aku menyukai orang lain saat kau menyayangiku dengan sangat tulus. Mianhae, Tzuyu-ya."

Tekad Tzuyu untuk tak menangis ternyata gagal begitu saja. Ya, kali ini dia benar-benar menangis sambil menggenggam tangan Jungkook.

"Kau bisa pergi jika kau mau. Aku akan menganggapnya sebagai hukumanku karena aku terlalu jahat."






Syifa merasa senang sebab Jungkook perlahan mulai menghilang dari pikirannya. Tak ada lagi mimpi soal pria Jeon itu lagi dan membuatnya yakin jika kali ini dia memang sudah melupakan lelaki itu.

Bersama ketiga teman barunya, Syifa sungguh bersyukur karena mereka membuat pikiran Syifa soal Jungkook mulai teralihkan. Hanya saja, pikiran soal 5 orang yang selalu muncul dalam mimpinya membuatnya benar-benar penasaran. Dia yakin jika 5 orang itu merupakan teman baiknya.

"Sa, pura-pura jadi pacar aku ya? plis." Pagi ini kediaman Aksa sudah diributkan pasal Rini yang terus meminta Aksa untuk pura-pura jadi pacarnya. "Ish, kalo enggak entar gak diterima."

"Bukannya udah keterima?" tanya Aksa yang membuat Rini menggeleng.

"Syaratnya itu harus punya pacar atau udah nikah. Ayolah, cuma pinjem nama doang pelit amat."

"Bodo," singkat Aksa, membuat Rini terus mengikuti kemana Aksa pergi agar pria itu mau meminjamkan namanya.

"Plis ya. Cuman pinjem nama doang. Jadi pacar mah ogah, mau ngejar oppa-oppa."

Bela dan Syifa hanya terkekeh memperhatikan pertengkaran Rini dan Aksa.

"Kak Aera, mereka tuh suka gitu."

"Jadi pacar pura-pura?" tanya Syifa yang membuat Bela langsung saja mengangguk. "Beneran?"

"Iya, itu tuh suka dilakuin sama kak Rini buat manasin mantannya."

"Wah iya?" Syifa sungguh tak menyangka jika Rini akan melakukan hal senekad itu untuk bekerja di sana.

"Udah ya, deal."

"Traktir tiap bulan," ujar Aksa yang membuat Rini memutar malas kedua bola matanya.

"Kebalik gak tuh?"

"Anggap aja bayar copyright. Kenapa coba harus ngelamar jadi staf agensi? yang ribetnya malah aku," kesal Aksa yang membuat Rini juga ikut kesal.

"Katanya temen, suruh bantu aja gak ikhlas. Emangnya kenapa kalo jadi staf agensi? gak boleh?"

"Jadi apa kek yang gak perlu syarat ribet."

"Masa iya jualan gudeg di Korea, gak lucu kali. Jadi aku ngelamarnya jadi staf agensi," ujar Rini yang membuat Aksa hanya mencibirnya hingga membuat Rini kesal dan memukulnya.

"Ish, udah minjem nama malah mukul."








"Kita pulang aja nih?" tanya Salfa yang membuat semuanya tak menjawab. Mereka bimbang antara harus pulang sekarang atau menunggu kabar Syifa. Tapi mereka benar-benar tak bisa menunggu lebih lama lagi.

"Tapi Syifa gimana?" tanya Cici yang membuat Salfa menghela napasnya.

"Mending disini aja dulu," ucap Fira yang mendapat anggukan dari Salwaa.

"Aku yakin gak lama lagi bakal ada kabar soal Syifa."

"Aku juga berharap seperti itu," ujar Yena. Meskipun dia belum terlalu lama mengenal Syifa. Dia tetap merasa sedih karena Syifa yang tak kunjung ditemukan. Dia jadi menyesal karena menurunkan Syifa malam itu. Andai dia tak melakukannya, Syifa mungkin masih ada sekarang.

"Yena, apa tidak ada kabar lagi soal lokasi ponselnya Syifa?" tanya Salwaa yang membuat Yena menggeleng.

"Lokasinya masih tetap sama, dorm BTS. Aku juga tak mengerti kenapa lokasinya terus menunjukan jika ponsel Syifa memang ada di sana."

"Kita tunggu satu minggu lagi, kalo gak ada kabar, kita terpaksa harus pulang dan kasih tau keluarganya Syifa," ujar Nafa.

TBC🖤

29 Aug 2020

Paper Hearts✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang