Rumah bercat coklat, tipe klasik modern itu dihuni dua majikan, satu asisten rumah tangga, juga seorang pelayan. Nona dan tuan mudanya masih berusia belia. Mereka adalah, Prilly Diandra dan adiknya Raja Karelio.
Kakak beradik ini kurang lebih sama sifatnya. Dominan cuek, flat dan kurang suka kebisingan kecuali dalam hal tertentu. Tapi Raja, masih terlihat manusia dan remaja-wi daripada kakaknya. Setidaknya Raja aktif dalam ekskul sekolah, dia kapten dalam team basketnya membuktikan kalau dia bukan antis. Yah, meskipun Prilly tidak bisa dibilang antis juga sih, dia cuma tidak peduli sekitar saja.
Siang ini keduanya tengah bersantai didepan Tv yang berada disalah satu ruang rumah bertingkat dua tersebut. Prilly dengan tatapan terarah pada layar yang menampilkan adegan action sedangkan Raja dengan kegemarannya, bermain PSP Tentu saja.
Ting tong
Suara bel rumah sebenarnya tidak asing hanya saja aneh didengar didalam rumah ini. Bunyi tersebut menandakan ada orang asing, bukan, yang mungkin ingin bertamu. Pertanyaannya siapa?, Prilly dan Raja tidak pernah mengundang siapapun termasuk teman mereka. Jadi saat mendengar bunyi bel tersebut, keduanya saling pandang dengan alis bertaut. Bunyi kedua terdengar lagi, kini Bi Sari-asisten rumah-, berjalan tergesa membukakan pintu setelah memastikan pendengarannya sama seperti dua majikannya.
Sosok Pria tinggi tegap tengah berdiri didepan pintu. Sorot tajam menghunus itu langsung ditemukan Bi Sari ketika mendongak untuk melihat wajah sang tamu. Perasaan takut itu langsung saja datang meski sang tamu terlihat biasa saja. Tapi tidak dipungkiri dengan tubuh proposionalnya dia jelas terlihat menguarkan aura mendominasi.
"Ada yang bisa saya bantu tuan?". dengan tergagap Bi Sari bertanya
"Prilly ada?"
"ad.."
"Siapa bi?"
Suara yang halus dengan nada khasnya itu menyela dari arah belakang asisten rumah yang kini memundurkan sedikit badannya.
"Nyari Nona katanya" Bi Sari setengah berbisik. Prilly kini berdiri diambang pintu yang masih setengah terbuka. Melihat sosok didepannya matanya menyipit dengan ekspresi tidak terbaca. Sepersekian detik, suasana berubah, senyum andalan diwajah cantiknya muncul, menunjukkan smirk, dengan sebelah tangan berada di pinggang.
"Bibi masuk aja, bikinkan minum." suruhnya tanpa menoleh, Bi Sari permisi kemudian berlalu karna merasa tidak nyaman dengan aura yang berada diantara majikan dan tamunya barusan. terlalu dingin dan menusuk.
"Berani kesini, mau mati?" desisan terlontar tanpa basa basi. Sebelah tangan Prilly mengepal.
Mata kelam pria didepannya nampak menajam seiring tubuh menjulang tersebut maju mendekat balas mendesis kejam, "Justru saya kesini ingin menjadi malaikat pencabut nyawa anda Nona, mau bermain sebentar, hum?."
Prilly merasakan sesuatu menekan bagian pinggang atasnya, dia menunduk dan saat itu pula dia mendecih. "lakukan, maka kau akan mendapat sesuatu dariku".
Revolver itu semakin menekan bagian tubuhnya, tidak lama karna dalam detik kedua Prilly bergerak dengan agresif untuk membalikkan keadaan. Meraih Revolver tersebut, mengacungkan tepat di antara alis Pria yang kini mengangkat tangan keudara tanda menyerah lengkap dengan senyum evilnya.
Prilly merasa muak melihat nya, dia menekan ujung Revolver tersebut dan menarik pelatuknya
"Mati!." tekannya.
Kekehan Pria didepannya membuat Prilly berakhir dengan melempar senjata perak tersebut, disambut dengan cepat. Drama mereka berakhir sekedar melepas kecanggungan. Beruntung senjata barusan sudah ia kosongkan amunisinya. jika tidak mungkin saat ini kepalanya sudah berlubang.
Prilly berbalik melangkah masuk diikuti sang tamu yang melangkah seraya mengamati seisi rumah, disaat Prilly kembali kesofa nyamannya dengan Raja yang masih bermain game. Mendengar langkah kaki yang terdengar berat Raja mendongakkan pandangan, sedikit terkejut melihat sosok tegap asing berada di rumahnya. Sosok yang hampir tidak ia kenali namun ada yang bisa ia pastikan tidak berubah. Sorot mata kelam yang selalu menatapnya sama.
''Who?" pertanyaan itu terlontar dengan posisi Raja yang kini duduk bersebelahan dengan kakaknya. Menatap pria yang kini tengah duduk santai, lagi. Tanpa dipersilahkan. Menatap lamat tanpa jawaban akhirnya Raja mendengus setelah menyadari pertanyaan bodohnya
"Ran, Heh.''
"Hai bocah"
________
11_5_17
Wohoooooo setelah dilahirkan kembali saya muncul jugaa.
Apa khabarrrr genss?? mana follower MGID sejati nihhh.Plis jangan hakimi gue ya, gue kangen kalian lohh, suerr boongnya. HAH
Tau,,tau,. Kalo part ini sama sebelumnya, amat sangat pendek. tapi kayaknya bakal dibalas sama part belasan yang katanya udah ampe ribuan deh. Hehe, gue perhitungan banget ya.*emang
Part ini banyak beda sama part doeloe jadi ya gitu, alurnya mungkin sama aja. Gue asli nulis ini pake alur yg ada di otak loh, bukan ngikutin yang lalu.
So, this part fresh *ceritanya 😁😁
KAMU SEDANG MEMBACA
MGID 1(EDITING)
FanfictionIni cerita udh didelete beberapa bagian tapi direpost lagi karna masih ada yang mau baca. Dimulai dari "Bagian 1" (30.11.16) akan dilanjut ke bagian 2 dst jika ada yg vote dan koment.. Bully=tendang ⬇️⬇️ *** Prilly mungkin terlihat lemah, perawaka...