Chapter3

29.5K 1K 34
                                    

Ran, Seorang yang lebih tua dari Prilly beberapa tahun. Kini tengah santai diruang keluarga dengan meminum limun yang baru dibuatkan Bi Sari. Terlalu santai tanpa begitu peduli dengan tatapan Raja yang sejak tadi terarah padanya.

"Apa yang lo lakuin disini?" Raja bahkan menghentikan gamenya sesaat untuk melontarkan pertanyaan tadi. Yang ditanya malah memberinya raut datar.

"Pulang tentu saja. Kenapa, keberatan?."

Dengusan Raja beriringan dengan kakaknya. "Lo disini berasa ada masalah datang. You know, What ever." Dan Raja beranjak mencari tempat lain untuk melanjutkan game-nya. Merasa tidak bebas ketika satu ruangan dengan seseorang yang sudah lama menghilang kini muncul kembali.

"Bocah"

"Setidaknya dia masih ingat siapa lo". Prilly menyahut saat mendengar gumaman Ran yang seakan tau apa yang Raja pikirkan.

"Besok ikut gue,"Pandangan Ran beralih ke gadis yang menatap televisi didepan mereka.

"Kemana?"

"Favorite suite"

Prilly langsung saja melemparkan lirikan sengit, "Dude!."

Ran terkekeh kecil seraya beranjak, "jangan lupa"

"Hmm,"

"Gue jemput"

"Dan bikin gue jadi patung sesaat, No!"

Prilly mengikuti langkah Ran yang menuju pintu

"Gue jemput"

Telak. Tidak bisa dibantah. Prilly enggan berdebat, hanya menendang kaki bagian belakang Ran untuk pemaksaan barusan, membuat pria tersebut meringis dengan delikan maut. Siapa peduli.

••• ••• •••

Perkiraan Prilly terbukti, meski hanya beberapa menit setelah bel pulang sekolah menggelegar, Prilly tetap menyebut ini dengan menunggu. Hal paling tidak ia sukai.

Duduk disalah satu bangku yang ada dilorong kelas, jemarinya memainkan bolpoin disela jari. Mengalihkan pikiran yang tengah memutar ide untuk seseorang agar membayar setimpal karna membuat Prilly menunggu.

I want kill you

Bisiknya dalam hati, beranjak menuju parkiran. Belum sepenuhnya sampai, saat sebuah motor yang baru saja melewati pintu gerbang, kini langsung mengarah kepadanya. Decitan ban yang direm mendadak terdengar menarik perhatian beberapa murid yang ada disana.

Prilly mendengus kasar, matanya mendelik tajam saat pengendara motor yang berhenti didepannya membuka kaca helm.

"Tukang pamer!" cibirnya, seraya menerima helm yang diulurkan padanya.

Dengan sudut bibir terangkat, Ran sipengendara motor barusan tidak peduli, Setelah memastikan Prilly sudah duduk dibelakanganya, tanpa menunggu, motor tersebut kembali melaju, melewati gerbang dengan tatapan terkejut beberapa penghuni sekolah yang masih berada diparkiran.

Untuk pertama kalinya, mereka melihat Prilly berboncengan dengan seorang pria asing dan mereka terlihat begitu akrab. Sedangkan disekolah ini, Tidak. Bahkan sejak awal SMA hingga kini menjelang akhir sekolah, teman sekelasnya pun tidak ada yang pernah bisa berbincang sekedar basa basi apalagi melihat Prilly duduk diatas motor dengan laki laki yang nampak akrab. Dengan perempuan dikelas saja sikapnya dingin minta ampun, perlakuan sama didapat para laki laki disekolahnya. Jangan harap bersikap, bicara pun dia sangat hemat kata.

Pada akhirnya siswa siswi merasa enggan untuk lebih mendekat. Ada rasa takut menyelip ketika Prilly sudah memberi mereka tatapan yang tidak mereka pahami. Abaikan siswi bernama Dena yang memang terlahir dengan mulut ceriwis dan sikap absurdnya.

MGID 1(EDITING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang