29

260 25 12
                                    

Bella membolak balikan buku perpustakaan yang ia baca. Dari dirinya datang kesekolah sampai sekarang masih saja menjadi sorot mata para murid.

Bella sudah pergi ketempat mana aja agar tidak menjadi sorotan tetapi hasilnya nihil. Bella mendesah berat dan menutup buku yang ia baca.

Ia melihat sekitar dan... mereka semua masih melihat Bella. "Kenapa pada liatin gue gitu? Gue ada yang aneh?" tanya Bella to the point. Pertanyaan itu dilontarkan dan mereka semua saling memandang.

"Jawab dong gue mau tau."

"Orang orang liatin lo karena kasian. Dikelas lo dibully Vio, dikantin lo dijelek jelekin Bima dan Darren." ucap salah satu siswa itu dengan lantang. Sepertinya wanita itu adalah jagoan disini. Eh tapi pakaiannya feminim seperti wanita lainnya.

"Jangan nanya mereka tau darimana, kemarin Acha ngumpulin orang orang dikantin."

Bella tersenyum kearahnya "Makasih ya udah kasih tau gue." semua orang langsung memasang wajah bingung. Iya bingung, dimana orang yang sering ditindas Vio pasti akan membalas tapi kenapa tidak dengan wanita ini?

Banyak orang yang sedang merancang rencana nya untuk membalas Vio tapi kenapa dia tidak?

"Mungkin dia udah rencanain sendiri yg nggak kita tau." ucap siswa yang tadi lalu pergi meninggalkan perpustakaan. Semua siswi pun ikut bubar dan kembali ke tempat awal mereka.

Bella berjalan dengan kepala yang ditundukkan. Sebenarnya ia juga sakit hati dengan ucapan mulut mulut itu. Ia ingin marah tapi ia takut masalah ini menjadi besar.

Menahan memang sakit dan cara mengobatinya adalah mengeluarkan. Bella mengepalkan tangannya untuk tidak emotional.

Bruk.

Bella tersungkur kebawah karena tabrakan dari lawan jalannya. Mungkin ini salahnya karena berjalan menunduk.

Bella ingin bangkit tapi lebih dulu bahunya di dorong oleh seseorang. "Punya mata gk lo? Jalan segala nunduk, malu lo?"

"Muka doang polos tapi hati lo hitam!" Bella semakin mengepalkan tangannya. Ia mencoba untuk tidak melawan dan tetap tenang.

"Berani banget lo sekolah, gk takut cowok cowok pada ilfil sama lo? Haha." Bella mendongak dan yap..

Omongan pedas dan pahit baru saja keluar dari mulut pria yang ia sukai. "Kasian ya sekarang muka lo jadi... kayaknya cowok cowok langsung jauhin lo deh."

Bella berdiri dengan sedikit nyeri di lututnya dan mencoba untuk merileks kan tubuhnya. Bella memandang Darren lama lalu beralih ke bahu Vio. Bella sedikit tersenyum.

"Gapapa muke gue rusak asal bukan harga diri gue yang rusak!"

"Ngomong apa lo?"

"Apa? Lo gk terima? Kalian itu pengecut, kalian sama sama gk punya tanggung jawab, kalian sama sama brengsek."

Darren melepas rangkulan yang di bahu Vio dan menatap Bella tajam "Jaga omongan lo."

"Yang ada jaga tangan lo! Lo kira dengan lo main tangan sama cewek bakal dikira keren? Nope! Lo sama aja banci."

"Lo berdua kabur kan dari panggilan Bu Ambar? Lo kabur dari masalah yang lo buat."

"Itu masalah lo, bukan masalah gue!"

"Oh ya?"

Vio sudah mengangkat tangannya tapi lebih dulu ditahan oleh Kemal. Huh untungnya Kemal datanng tepat waktu. Eh tapi tunggu dulu, untuk apa Kemal datang demi melindungi dirinya? Bella memandang wajah Kemal penasaran. Kemal melirik Bella dan gerakkan matanya seperti menyuruh Bella berlindung dibelakang punggungnya.

Kemal melepas tangan Vio kasar "Ngapain lo? Mau buat kekerasan lagi?"

"Stop ikut campur! Ini gk ada masalahnya sama lo." ucap Darren dingin. Kemal otomatis langsung mengarahkan pandangannya "Apa kata lo? Coba ulangin gue gk denger."

"Stop ikut campur!"

Kemal tertawa sangat keras sampai semua murid yang sedang berjalan langsung berhenti.

Kemal berjalan mendekati Darren dan menjijit kearah telinganya "Urusan Bella urusan gue jadi gue bebas dong untuk ikut campur masalah ini. Dan satu lagi, jangan pernah main tangan sama dia atau gk."

"Atau apa?" tanya Darren seperti menantang Kemal.

Kemal mendorong dada Darren dengan telunjuknya lalu membawa Bella pergi. Semua orang yang melihatnya langsung bertanya tanya apa yang dikatakan Kemal kepada Darren. Darren memandang Bella yang ditarik paksa oleh  Kemal untuk pergi dari sini.

Entah kenapa hatinya terasa sakit saat ia tadi mengucapkan kata kata kasar kepadanya. Ia tak tega membuat Bella menjadi sedih seperti itu. Darren tersadar dari pikirannya dan langsung mengajak Vio pergi dari kerumunan ini. Banyak pasang mata yang melihatnya dengan tatapan menjijikan dan tatapan kesal.

🌵🌵🌵

"Btw makasih ya Mal udah nolongin gue tadi walaupun gue sama lo belum akrab banget." Kemal menoleh kearah Bella yang masih menggoyangkan kedua kakinya. Menurut Kemal, Bella adalah wanita yang sangat baik dan lucu. Ia tak mengerti mengapa Darren bisa menyakitinya.

"Iya santai aja gapapa Bel."

Kemal masih menatap Bella dari samping sampai ia tak sadar bahwa jantungnya berlari lari kesana kesini.

"Kenapa sih lo liatin gue gitu banget, ada yang aneh ya sama muka gue? Gue kelihatan jelek kan?" Kemal menggelengkan kepalanya, ia menyelipkan rambut Bella di belakang telinga "Lo tetep cantik."

Bella tersenyum, ia merasa bahagia setidaknya ada satu yang masih menyenangkan dirinya.

"Mal, minggu depan kelas 12 udah ujian berarti minggu depan terakhir gue liat Darren ya?" Kemal memandang Bella yang sedang menatapnya, sepertinya wanita didepannya ini sudah pasrah dengan masalah yang ia rasakan ini.

"Gue mau ngomong jujur ke dia tapi lo liat kan? Dia selalu gk respon sama pengakuan gue. Gue pengen sebelum dia lulus hubungan gue membaik kaya awal tapi kayaknya ngga bisa."

"Gue kangen banget sama Darren Mal." ucapnya serak sambil menghapus air matanya. Bella rasa, omongannya kali ini benar benar tulus. Sesak dadanya saat mulutnya berucap 'kangen'.

Kemal merangkul bahu Bella "Lo tau nggak, setiap hubungan yang berjalan pasti ada batu besar yang menghalangi jalan. Nah seperti lo ini, dihubungan lo ini ada batu besar yang menghalangi. Lo cuma cukup bersabar dan berjuang untuk membuang batu besar dijalan hubungan lo."

"G-gue udah berjuang buat jelasin semuanya t-tapi Vio selalu ngehalangi gue."

"Bukan saatnya lo jelasin ini semua karena lo liat sendiri kan, mereka lagi nempel nempelnya."

"Udah jangan sedih lagi, gimana kalo pulang sekolah nanti kita jalan lo bisa kan? Oh iya Papa lo kan galak." ucap Kemal cengengesan. Bella tersenyum "Lo tau dari mana? Perasaan gue belum kenalin lo ke Papa."

"Ada deh lo kepo banget."








"Lo bisa kan?"





"Gue dijemput sama sepupu gue." ucap Bella

Kemal mengangguk "Berarti malamnya, malam kita jalan cari angin buat nyejukin pikiran sama hati lo. Mau kan? Ayo lah mau."

Bella tertawa dan mengangguk, Kemal yang merasa tawarannya diterima langsung teriak kencang dan spontan memeluk Bella "Thanks Bel."

Bella canggung dan mendorong pelan. Kemal terasa dan langsung meminta maaf.

"Gue jemput jam 7."




"Lo tau rumah gue?"


"Kan ada Acha, tanya dia aja." Bella lagi lagi tertawa. Ia merasa bersyukur masih dikelilingi orang baik disekitarnya, walaupun orang tuanya tidak bisa memberi support setidaknya masih ada orang lain yang memberinya.




"Terimakasih sudah memberi kebahagiaan ditengah tengah rintangan."





TBC
Jangan lupa vote n comment ya...

Hi, maaf ya lama update soalnya lagi ngga ada ide buat nerusin cerita ini.

Me and My Senior Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang