32

370 28 10
                                    

HappyReading!!










Darrren berjalan mondar mandir didepan ruang operasi, setelah kejadian tadi para dokter dan suster langsung mengambil tindakan. Darren berharap semoga adiknya bisa diselamatkan, ia tidak mau kehilangan adiknya.

Darren mengambil ponselnya dan menelpon Acha, ia ingin tau dimana keberadaan Bella. Semoga saja dengan hadirnya Bella disini bisa membuat Risa sehat kembali.

"Please angkat telpon gue." ucapnya lirih. Darren melihat jam rolex nya yang ternyata sudah satu jam lebih ia menunggu kabar dari dokter.

Panggilan tidak dijawab dan Darren menelpon ulang, semoga panggilan ini bisa terjawab. "Please angkat Cha angkat." lagi lagi panggilannya tidak terjawab. Darren menjambak rambutnya kencang "Arghh!!!!"

Darren melihat sebentar pintu ruang operasi dan masih belum ada tanda tanda selesai dari sana. Darren bingung sekarang ia harus berbuat apa, apakah ia harus menelpon Mama dan Papanya? Tapi untuk apa Darren memberi tau mereka? Mereka bukan sosok yang dibutuhi Risa saat ini.

Darren berharap semoga Risa masih bisa diselamatkan, ia tidak mau kehilangan adik nya bahkan jika harus pulang duluan Darren rela pulang lebih dulu. Karena hanya Risa lah yang selalu tidak pergi dari dirinya ketika ia sedih dan senang. Risa lah yang selalu mengajarkan untuk tidak dendam kepada orang tuanya.

Darren mengelap air matanya yang turun membasahi pipi nya, ia masih berharap besar agar adiknya bisa hidup. "Ris gue tau lo kuat, lo bertahan Ris. Cuma lo satu satunya yang paling berharga dihidup gue. Gue bakal bawa Bella kesini buat lo Ris. Gue janji. Janji Ris!!" ucap nya dengan suara getar. Darren menutup kedua wajahnya, ia sudah tidak tahan membendung air mata nya.

Darren mengambil ponselnya kembali dan menelpon seseorang yang entah akan diangkat atau tidak. Ia harus tau keberadaan Bella agar ia bisa membawa Bella kehadapan adiknya.

"Apa Ren?"

Darren menghela nafas, akhirnya panggilannya sudah terjawab. "Ndy, ada id line Kemal?"

"Gk ada Ren, kenapa? Mau ribut ya lo? Ren please gk usah ribut lagi cukup Ren."

"Sotau lo. Gue mau minta nomor telpon Bella."

"Buat?"

"Kepo. Dah Ndy gue matiin ya. Bye." Darren tidak mau memberi tau Cindy karena ia yakin pasti Cindy akan memberi tau orang tuanya. Darren tidak mau, kedua orang tua nya tau.

Darren menengok lagi kearah ruang operasi, kenapa lama sekali para dokter didalam sana? Apakah operasi selama ini?

"Risa, adik gue yang paling gue sayangggg bangetttt pake t banyak karena sesayang itu gue sama lo ya walaupun lo ngeselin banget, banget banget dan banget. Lo harus tetep bertahan ya, gue janji gue bakal bawa Bella kesini. Lo wanita kuat, gue yakin lo sembuh." ucap Darren dengan menatap pintu operasi. Semoga ucapannya ini bisa dikabulkan oleh Maha Pencipta.

Darren menepuk keningnya "Ah bego, kenapa gue baru inget ini sih. Vio kan mantan Kemal kenapa gue gk minta sama Vio? Goblok banget sih gue." Darren menelpon Vio untuk mengajak bertemu sudah lama juga ia tidak bertemu dengan kekasihnya. Apa kabar sekarang?

"Gk diangkat, kerumahnya aja kali ya?" Darren mengangguk "Iya gue harus kerumahnya, oke. Vio aku datang."

🌵🌵🌵

Darren mengetuk pintu rumah Vio sedari tadi tetapi tidak ada jawaban dari pemilik rumahnya. Darren mencari art nya siapa tau ia bisa langsung izin kedalam.

Darren berjalan kearah belakang dan akhirnya ia bertemu dengan art Vio. "Bi." panggil Darren yang membuat Bi Nur kaget. Darren tertawa melihat keterjutan Bi Nur.

"Duh sih Dek Darren bikin bibi kaget aja sih." ucap Bi Nur sambil mencubit pelan lengan Darren. "Cari Dek Vio ya? Ada di dalam. Kayaknya di kamar masuk aja tapi ingat peraturan yaa." Darren mengangkat kedua jempolnya "Siap Bi Nur. Makasih ya Darren kedalam sekarang. Bye Bi." Bi Nur hanya terkekeh pelan.

Darren menaiki tangga rumah Vio, ia terkekeh pelan karena ia mendengar suara desahan yang entah dari mana asalnya "Papanya Vio main kasar nih kayaknya sampe Mamanya Vio bisa ngeluarin high note sebagus ini." Darren geleng geleng kepala, ia jadi merinding mendengar suara desahan ini.

Sebelum Darren membuka pintu kamar Vio, ia mencari suara itu. Kenapa suara itu semakin dekat dengan alat pendengarannya? Apakah kamar orang tua Vio dekat dengan kamar Vio?

Tidak diambil pusing olehnya, Darren langsung membuka pintu kamar Vio. Baru ia masuk satu langkah, ia sudah dikejutkan oleh pertunjukkan yang sangat sangat menjijikan. Bahkan lebih menjijikan dari air liur anjing.

Cowok yang tidak Darren kenali sedang menghentakkan penis nya dengan kasar dan mulai memaju mundurkan pinggul nya lagi dengan brutal. Tak lupa ia berikan kiss mark dan bite mark di sekujur tubuh Vio. Tangan kirinya tentu tidak diam, kini tangan kirinya sibuk memilih nipple merah muda milik Vio yang menggiurkan di mata Vio di bawah sana hanya bisa mendesah layaknya jalang.

Darren mengepalkan kedua tangannya, nafasnya sudah tidak teratur, urat urat lehernya sudah timbul. Apa mereka tidak sadar saat dirinya masuk?

Darren menghampiri cowok tersebut dan menarik rambutnya kencang. Cowk tersebut terkejut begitu juga dengan Vio. Vio melebarkan kedua matanya dan menutup tubuhnya dengan selimut miliknya.

Bugh.

Bugh.

Bugh.

Darren meninju wajah cowok tersebut. Ia tidak peduli dengan keadaan cowok didepannya. Darren menarik lengan cowok tersebut dan memukulnya keras.

Darren mengambil baju dilantai dan melempar kearah Vio "Pake baju lo. Dasar murahan." Darren juga melempar baju kearah cowok tersebut "Pake kita selesain di depan." Darren keluar dari kamar dan menjambak rambutnya, kenapa ia harus melihat seperti ini?

"CEPETT ANJING!!!" teriak Darren dari depan kamar. Bi Nur yang dari halaman belakang langsung masuk ketika mendengar teriakan Darren.

Darren gregetan ia masuk kembali kedalam kamar, ternyata mereka masih memulai. Darren geram dan meninju wajah cowok tersebut "Dasar anjing, disuruh kedepan malah mulai lagi. Bajingan." ucap Darren dengan amarah yang tinggi.

Vio menarik lengan Darren untuk menyudahi semuanya "Apa? DASAR WANITA MURAHAN, GK PUNYA HARGA DIRI, JALANG. JIJIK GUE LIAT MUKA LO. LO HARUSNYA TAU VI KALO LO ITU BERHARGA TAPI KENAPA LO KASIH TUBUH LO GITU AJA? LO GOBLOK. LO BERHUBUNGAN BADAN SAMA LAKI LAKI LAIN SEDANGKAN LO MASIH JADI PACAR GUE? KENAPA LO LAKUIN INI? KENAPA? LO MASIH SEKOLAH VI, LO INGET STATUS LO SEKARANG!!! MAKIN GELI GUE LIAT MUKA LO. MALU ORANG TUA LO LIAT KELAKUAN LO GINI." maki Darren tepat didepan wajah Vio. "Inget, sekarang kita putus. Jijik gue punya pacar kayak lo. Lonte lo."

Darren menarik cowok tersebut dan memukul nya habis habisan. "INI PUKULAN BUAT LO YANG BERANI BERANINYA NYENTUH MILIK GUE, MAKE PUNYA GUE DAN NGAMBIL MILIK GUE. APA LO GK PUNYA RASA MALU? HAH? MALU LO BEGITUAN SAMA PUNYA ORANG." Darren mendorong cowok tersebut kasar. Tak peduli cowok itu akan geger otak setelah didorong seperti ini.

Darren turun kebawah dan bertemu dengan Bi Nur, Darren pamit dan menyalimi tangan Bi Nur "Bi, Darren pulang dulu ya. Jangan lupa suruh cowok dikamar Vio pulang sama jangan lupa suruh Vio pake baju." ucapan Darren sontak membuat Bi Nur kaget. "Maksudnya?" tanya Bi Nur.

Darren tersenyum "Bibi cek sendiri aja ya." Darren melepas salimannya dan langsung menuju ke motornya. Darren marah, kesal, dan semua nya lah perasaan itu bercampur. Kenapa hidupnya menjadi seperti ini?

Darren menyalakan mesi motornya dan mengendarainya dengan kecepatan tinggi. Ia muak dengan semua ini. Darren akui, Bella lebih baik dari Vio. Ah, ia jadi merindukan gadis nya itu. Kemana gadis nya pergi?

Darren meneteskan air matanya lagi "Bel, pulang ke gue sekarang. Gue rindu lo."



TBC
JAN

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 01, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Me and My Senior Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang