𝐂𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫 3

15.6K 2.1K 196
                                    

(y/n) POV

Pagi tadi ayah mengatakan kalau ayah akan mengajariku saat sore hari, setelah aku selesai membantu ibu melakukan pekerjaan rumah. Awalnya aku ingin berlatih bersama dengan Tanjiro juga, tapi dia menolak, dia mengatakan kalau sudah saatnya maka dia akan memintaku yang mengajarkannya, enak sekali dia

Aku mulai berlatih bersama ayah setiap hari, sungguh, latihan ini menguras tenaga. Aku selalu melakukan kesalahan, tapi ayah dengan sabar membetulkan kesalahan-kesalahanku

Tak terasa sudah tiga tahun ayah mengajariku Tarian Kagura. Tidak sia-sia aku belajar, aku sudah bisa menari dengan lincah, bahkan aku bisa menggunakan pernapasan penuh juga. Sejak 1 tahun yang lalu, kesehatan ayah mulai menurun, jadi ayah hanya duduk di teras sambil memperhatikanku.

Aku memang tahu bahwa ayah akan meninggal sebelum cerita dimulai, tapi percayalah saat ayah benar-benar meninggal saat ini, aku adalah orang yang menangis paling kencang. Dia adalah ayah yang penuh kasih sayang, di dunia sebelumnya aku tidak pernah merasakan kasih sayang seorang ayah. Tapi di sini aku merasakannya dan sekarang dia meninggal, wajar bukan jika aku bersedih

Sejak kematian ayah, aku mulai membantu Tanjiro menjual arang di kota atau desa. Awalnya Tanjiro menolak, dia menyuruhku membantu ibu di rumah, tapi aku mengatakan kalau Nezuko bisa membantu ibu di rumah dan aku membantunya menjual arang, hingga akhirnya dia menyetujui itu.

Waktu terus berjalan, hingga inilah saatnya, saat di mana keluarga Kamado akan dibantai. Sebenarnya aku ingin mencegah pembantaian ini, tapi jika ini dicegah maka Tanjiro tidak akan menjadi pemburu iblis, dan cerita tidak akan mulai. Jadi aku memutuskan kalau aku akan mengikuti Tanjiro menjual arang di desa.

"Tanjiro, wajahmu terlihat hitam semua, kesini sebentar" Ibu memanggil Tanjiro saat dia akan berangkat. Merasa dipanggil, Tanjiro pun mendekat pada ibu

"Karena berbahaya ketika turun salju, tidak apa-apa jika kamu tidak pergi" Ucap ibu sambil membersihkan wajah Tanjiro dengan lembut

"Ini hampir akhir tahun dan orang-orang ingin makan dengan sepenuh hati mereka, aku hanya akan menjual sedikit arang" Ujar Tanjiro sambil tersenyum untuk meyakinkan ibu

"Ibu, jika ibu mengkhawatirkan Tanjiro, maka aku akan ikut bersamanya" Ucapku menawarkan diri untuk ikut padahal mah memang harus ikut

"Ah itu bagus! Tanjiro, bawalah (y/n), jadi jika terjadi sesuatu maka kalian bisa saling melindungi" Ujar ibu dengan lembut, ah aku sangat bersyukur bisa lahir di keluarga ini, mereka sangat penuh kasih sayang

"Baiklah, aku akan membawa (y/n) bersamaku" Ucapnya sambil mengangguk dan tersenyum

"Nii-chan, kamu akan ke desa hari ini?" Tiba-tiba Shigeru datang sambil berlari

"Aku ingin ikut juga!" Ujar Hanako yang entah sejak kapan berada di belakang Shigeru

"Ehhh?" Ujar Takeo yang sedikit terkejut--entah dia terkejut karena apa

"Tidak. Kalian tidak bisa berjalan secepat Tanjiro dan (y/n)" Ujar ibu melarang Shigeru dan Hanako

"Tapi, bu!" Shigeru mulai membujuk ibu, astaga lihat wajah mereka, mereka sangat imut!

"Tidak. Karena Tanjiro dan (y/n) tak bisa membawa kereta hari ini, kalian takkan bisa istirahat seperti biasa saat mereka memberi kalian tumpangan" Ibu mulai menjelaskan kenapa mereka tidak boleh ikut, lihatlah wajah mereka itu, mereka sangat menggemaskan

Shigeru mulai memeluk Tanjiro, sedangkan Hanako memelukku

"Takeo, karena kamu jago melakukannya, apa kamu bisa menebang beberapa pohon?" Ujar Tanjiro pada Takeo yang berdiri tak jauh dari kami

"Padahal aku ingin ikut" gumam Hanako yang masih memelukku

"Dame yo Hanako-chan" Ucapku sambil mengelus rambut Hanako dengan lembut

"Kurasa .. aku bisa. Huuh .. kupikir kita semua akan melakukannya bersama-sama" Ujar Takeo dengan sedikit cemberut

Melihat itu aku langsung melepaskan pelukan Hanako dan berjalan menuju Takeo "Hari ini tolong lakukan sendiri ya, Takeo. Lain kali Nii-chan dan Nee-chan akan menemanimu" Ucapku sambil mengelus kepala Takeo, hingga akhirnya dia mengangguk setuju

Setelah itu aku dan Tanjiro pamit pergi

"Semoga cepat pulang .."

"Hati-hati!"

Aku dan Tanjiro hanya tersenyum sambil melambaikan tangan.

Tak jauh dari rumah, kami melihat Nezuko yang sedang menggendong Rokuta, Nezuko yang melihat kami pun langsung menghampiriku dan Tanjiro

"Nii-chan, Nee-chan" Panggil Nezuko saat kami menghampirinya

"Nezuko"

"Aku baru saja menidurkan Rokuta karena dia sedang rewel" Ucap Nezuko pada kami

Tanjiro mulai mengelus rambut Rokuta dengan lembut, kemudian Nezuko kembali berbicara "Dia hanya kesepian karena ayah telah meninggal, sepertinya semua bergantung pada kalian, Nii-chan, Nee-chan" Ucap Nezuko sambil tersenyum

Aku hanya memperhatikan Tanjiro yang mengelus kepala Rokuta sambil tersenyum, kemudian mulai berjalan menuju desa. Sesampainya di desa, seperti biasa, penduduk desa selalu menyambut kami.

Seperti di Animenya, kami pulang saat sudah malam. Tanjiro berjalan dengan cepat agar bisa cepat pulang, saat melewati rumah paman Saburo, pama Saburo menyuruh kami agar menginap di rumahnya.

"Hei, Tanjiro! (y/n)!"

Kudengar paman Saburo memanggil kami, aku dan Tanjiro langsung menoleh saat dipanggil

"Kalian mau kembali ke gunung? Jangan, itu berbahaya"

"Hidungku dan (y/n) dapat mencium apa pun, jadi kami akan baik-baik saja"

"Menginaplah malam ini. Ayo! Kembali" Seperti di Anime ataupun manganya, paman Saburo menyuruh Tanjiro untuk menginap di rumahnya

"Tapi .." belum sempat Tanjiro selesai berbicara, paman Saburo lebih dulu memotongnya "Cukup alasannya! Kemarilah! Oni akan muncul"

"Nii-chan, lebih baik kita mengikuti perkataan paman Saburo" Ucapku sambil melihat Tanjiro

"Baiklah"

Akhirnya kita masuk ke dalam rumah paman Saburo, Paman Saburo menyiapkan makanan dan mulai menjelaskan tentang Oni. Akhirnya setelah makan, Paman Saburo menyuruh kami untuk segera tidur.

'Malam ini adalah malam kejadian mengenaskan itu .. Andai aku bisa menolong mereka ..' Batinku sambil menutup mata untuk tidur

"(y/n), ada apa? Baumu seperti orang yang sedang bersedih" Ucap Tanjiro padaku

Aku melupakan ini, aku lupa kalau penciumannya sangat tajam. Tanjiro terus menatapku menunggu jawaban

"Ah, aku hanya sedih karena tidak bisa tidur sambil memeluk Rokuta" Jawabku jujur--tak sepenuhnya, tapi aku memang sedih karena tidak bisa memeluk Rokuta lagi

"Jangan khawatir, besok kau bisa memeluk Rokuta sepuasnya" Ucapnya tersenyum sambil mengelus kepalaku, oh ini sangat nyaman, rasanya seperti saat Ayumi mengelus kepalaku. Hingga akhirnya kami pun terlelap.











.
.
.
.
.
.
T
B
C
.
.
.
.
.










•》30 Juli 2020

【𝐄𝐍𝐃】𝐓𝐡𝐞 𝐓𝐰𝐢𝐧𝐬 𝐨𝐟 𝐊𝐚𝐦𝐚𝐝𝐨 | 𝐊𝐧𝐘 𝐗 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang