𝐂𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫 5

14K 1.9K 105
                                    

(y/n) POV

Matahari mulai terlihat dari timur, aku melihat Urokodaki-san yang sudah selesai mengubur 3 mayat yang jadi korban dari Oni tadi. Kulihat Tanjiro berjalan mendekati Urokodaki-san, aku hanya bisa mengikutinya dari belakang, Urokodaki-san menoleh pada kami dan memperkenalkan diri

"Aku Urokodaki Sakonji. Apa kamu orang yang dikirim oleh Giyuu?"

"I..iya namaku Kamado Tanjiro. Ini kembaranku (y/n) dan yang di dalam sana adalah Nezuko .."

"Tanjiro, apa yang akan kamu lakukan jika adikmu memakan manusia?" Urokodaki-san bertanya pada Tanjiro.

Kulihat Tanjiro terdiam, aku sudah tahu ini akan terjadi, saat Urokodaki-san akan menampar Tanjiro, dengan sigap aku menahan tangannya dan berkata "Jangan pernah sakiti Nii-chan! Lagi pula aku yakin Nezuko tidak akan memakan manusia! Kalaupun Nezuko memakan manusia maka aku sendiri yang akan membunuhnya dan melakukan seppuku!"

"(y/n) .."

"Kau cepat dalam berpikir dan mengambil keputusan, tidak seperti kembaranmu. Baiklah, aku sudah mendengar apa yang ingin kudengar. Aku akan melatih kalian jadi ayo kita berangkat" Ucapnya dan langsung pergi meninggalkan kami

Aku dan Tanjiro langsung pergi ke dalam gubuk, kemudian berlari menyusul Urokodaki-san yang sudah lebih dulu berlari. Setelah cukup lama berlari, kulihat Tanjiro sangat kelelahan jadi kutawarkan untuk gantian membawa Nezuko.

"Nii-chan, jika kau kelelahan maka aku akan menggantikanmu membawa Nezuko"

"Tidak, itu tidak perlu" Tolaknya

Setelah beberapa saat akhirnya kita sampai di depan rumah kecil di kaki gunung.

"Kalian ikuti aku ke atas gunung" Ucap Urokodaki-san sambil berjalan ke atas gunung

"Lebih baik kita menaruh Nezuko di dalam dan mengikuti Urokodaki-san" Ucapku pada Tanjiro yang langsung disetujui olehnya

Setelah menaruh Nezuko di dalam rumah, kami menyusul Urokodaki-san naik ke atas gunung. Udara di gunung ini sangat tipis, pantas saja Tanjiro kesusahan bernapas.

Saat kami sampai di atas gunung, Urokodaki-san berkata "Dari sini kalian akan turun gunung ke rumahku yang berada di bawah. Aku tidak akan menunggu hingga fajar" Ucapnya lalu menghilang dari hadapan kami

"Ne, Nii-chan, apa kau tahu kalau udara di sini sangan tipis? Dan juga ada banyak jebakan di sini jadi berhati-hatilah" Ucapku sambil menoleh kearah Tanjiro, kulihat dia sedikit terkejut dan akhirnya mengangguk mengerti

Akhirnya kami berlari menuruni gunung, aku lebih dulu sampai di bawah tanpa luka sedikit pun, tak lama kemudian Tanjiro sampai dengan beberapa luka di tubuhnya. Aku yang melihatnya langsung membantunya berjalan masuk rumah, kulihat Urokodaki-san yang sedang duduk menoleh ke arah kami.

"Kami sudah sampai" Ucapku pada Urokodaki-san

"Ku akui kemampuan kalian, Kamado bersaudara" Ucapnya pada kami

Setelah itu Urokodaki-san mulai menjelaskan tentang apa itu Kisatsutai, nichirin, pernapasan, kemudian mulai melatih kami. Latihan selalu dimulai dengan berlari menuruni gunung dengan jebakan yang semakin susah dan banyak, Tanjiro juga mulai menulis buku harian untuk Nezuko.

Hari mulai berlalu, kami mulai berlatih menuruni gunung dengan memegang Katana. Menuruni gunung membawa Katana sambil menghindari jebakan itu sangat sulit, beberapa kali aku terkena jebakannya, begitu pula Tanjiro.

Kami mulai berlatih mengayunkan Katana, Urokodaki-san mengatakan jika kami mematahkan Katana, maka tulang kami juga akan patah. Setelah belajar mengayunkan Katana, Urokodaki-san menyuruh kami melawannya secara bergantian. Tanjiro selalu kalah, begitu pula denganku walau aku hampir menggores kulit Urokodaki-san.

Setelah dirasa kami sudah bisa melawannya, Urokodaki-san mulai mengajarkan kami kuda-kuda pernapasan Air. Tak terasa sudah 1 tahun kami berlatih, ini saatnya Tanjiro membelah batu agar bisa mengikuti seleksi akhir.

Urokodaki-san mengatakan bahwa aku tidak perlu membelah batu itu karena aku lebih berbakat dari Tanjiro, jadi aku menghabiskan 1 tahun untuk belajar pernapasan Air bersama Urokodaki-san dan pernapasan Matahari yang aku pelajari secara diam-diam.

Sesekali aku mengunjungi Tanjiro yang sedang berlatih agar bisa membelah batu itu, entah kenapa aku bisa melihat Sabito dan Makomo. Terkadang aku juga membantu Tanjiro berlatih, hingga tak terasa sudah 1 tahun Tanjiro berlatih bersama Sabito dan Makomo.

Ini saatnya Tanjiro bertarung bersama Sabito, semua berjalan seperti di animenya tanpa ada perubahan sedikit pun. Hingga akhirnya Tanjiro berhasil membelah batu besar itu, dan Urokodaki-san memberinya ucapan selamat dan mengatakan bahwa kami harus kembali hidup-hidup dari seleksi final.

Malam ini Urokodaki-san menyuruh kami beristirahat dan memberikan kami topeng yang sama seperti milik Tanjiro. Sebelum tidur, aku meminta izin untuk pergi ke suatu tempat, awalnya Urokodaki-san melarangku, begitu pula dengan Tanjiro, tapi aku mengatakan bahwa aku hanya akan pergi sebentar dan setelah itu mereka mengizinkanku pergi.

Aku pergi ke tempat batu yang Tanjiro belah dan melihat Sabito sedang duduk di atas batu itu bersama Makomo. Aku menghampiri mereka, Sabito dan Makomo yang melihatku berjalan ke arah mereka langsung menghadap kearahku.

"Apa yang kau lakukan? Ini sudah malam, Oni akan muncul pada malam hari" Ucap Sabito padaku

"Aku tahu kalian bukan manusia, kalian adalah arwah bukan?" Ucapanku berhasil membuat mereka terkejut

"Tapi aku berterima kasih karena kalian sudah mau membantu Nii-chan berlatih, sebagai gantinya, akan kupastikan kalau Oni tangan yang membunuh kalian dengan kejam itu akan mati di seleksi akhir ini" Ucapanku berhasil membuat mereka tersenyum sendu

"Arigatō, (y/n)-chan" Makomo tersenyum sambil berlari memelukku, aku hanya bisa membalas pelukannya

"Ne, Sabito-san, apa kau memiliki pesan untuk Tomioka Giyuu?" Tanyaku pada Sabito yang sedari tadi hanya diam di tempat

"Aku sudah mengatakannya pada Tanjiro tapi aku memiliki pesan lain untuk Giyuu"

"Katakan saja, aku akan menyampaikan pesanmu padanya nanti"

Setelah Sabito mengatakan pesannya, aku langsung mengangguk dan pamit kembali ke rumah. Sesampainya di rumah aku langsung menulis pesan dari Sabito untuk Giyuu agar tak lupa dan segera tidur agar tidak kesiangan besok.

Besoknya aku dan Tanjiro bersiap untuk pergi ke Seleksi Akhir, aku dan Tanjiro memakai Haori yang sama seperti milik Urokodaki-san. Aku masih berdiri di samping Urokodaki-san dan melihat Tanjiro yang mulai berjalan.

"Urokodaki-san, aku berangkat! Tolong sampaikan salamku pada Sabito dan Makomo!" Setelah mengatakan itu Tanjiro langsung berlari pergi meninggalkanku

"Tanjiro .. bagaimana bisa kau .. tahu nama dua orang anak yang mati itu" Gumam Urokodaki-san yang masih terdengar olehku

"Anda memiliki murid yang sangat hebat Urokodaki-san. Selama 1 tahun Tanjiro dilatih oleh arwah Sabito dan Makomo, jadi Anda tidak perlu khawatir tentang kami. Kalau begitu saya pamit" Ucapku kemudian pergi menyusul Tanjiro.












.
.
.
.
.
.
T
B
C
.
.
.
.
.












•》6 Agustus 2020

【𝐄𝐍𝐃】𝐓𝐡𝐞 𝐓𝐰𝐢𝐧𝐬 𝐨𝐟 𝐊𝐚𝐦𝐚𝐝𝐨 | 𝐊𝐧𝐘 𝐗 𝐑𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫𝐬Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang