Chapter 19 - Lain Cerita

52 9 0
                                    

Tak perlu ada di sisi setiap saat, cukup tak pernah lupa bahwa ada hati yang perlu kau jaga kesetiaannya.
~


Kebisingan kelas saat istirahat rasanya sudah tak asing lagi di pendengaran Anete. Para cewek yang sibuk menyantap makanannya, dan para cowok yang sibuk dengan umpatan khas saat bermain game. Dengan bersikap acuh tak acuh, Anete tetap dengan khusyuk menyantap siomaynya yang jauh lebih menggoda dibanding mendengarkan umpatan temannya yang sungguh mencemari pendengarannya.

Tok tok

Perhatian semua penghuni kelas Anete langsung beralih pada dua orang cewek yang tengah berdiri dengan anggunnya di bibir pintu. Anete langsung menaikkan sebelah alisnya begitu melihat siluet sosok itu yang samar-samar bisa dilihatnya di teriknya sinar yang memasuki kelasnya.

“Uhuyy, dicariin gebetan tuh Shan.” celetuk Andre membuyarkan lamunan anak-anak yang masih terpaku pada sosok tak diundang itu.

Cuitan anak-anak langsung terdengar membuat Eshan langsung mendengus seketika. Tentu saja karena kehadiran Dea membuat Andre berasumsi jika ia berkunjung untuk bertemu dengan Eshan yang dikenal sahabatnya sebagai gebetan Dea.

“Nete, bentaran deh.” ucap Dea menghentikan cuitan anak-anak yang sungguh membuat Dea merona sendiri.

Anete sempat menormalkan kembali ekspresinya setelah mendengar Dea memanggilnya. Come on, Anete sendiri pun tak mengerti mengapa ia jadi sekesal ini pada seorang Dea. Tak mungkin karena ia beberapa kali mendapati Dea bersama Eshan kan?

“Eht, kenapa De?” tanya Anete basa-basi setelah menghampiri Dea.

Dea langsung mengulurkan tangannya kemudian. “Flashdisk lo. Kemarin kebawa, takut lo nyariin.” jawab Dea mengutarakan niatnya datang ke kelas Anete.

Anete langsung manggut-manggut seketika. ”Oh iyah, thanks deh De.”

Tanpa banyak kata, Dea langsung menjauh dari kelas Anete. Pun dengan Anete yang langsung kembali ke bangkunya dengan raut wajah masam.

“Wih, gimana bisa lo kenal Dea Nete? Saingan sama teman sendiri dong?” tanya Andre menaik-turunkan kedua alisnya.

Anete langsung mendengus seketika. ”Saingan apaan? Emangnya lagi pemilihan Ketos eht,” sahut Anete dengan sinisnya.

Cetta benar-benar menahan tawanya melihat raut wajah Anete. Tentu saja ia paham betul dengan ekspresi temannya itu. ”Kok pemilihan Ketos sih. Saingan buat dapetin hati Eshan dong.” ucap Cetta dengan senyum miringnya.

“Anete mah mana mau saingan sama temen sendiri kan? Udah punya doi kan Anetenya.” sahut Diva dengan santainya.

Anne, Andre, juga Cetta langsung terkikik mendengar ucapan Diva yang tak tahu malu. Berbeda dengan Anete yang mukanya sudah tak pantas dilihat siapapun. Dongkol dalam hati, ia lampiaskan lewat goresan pensilnya yang entah akan bergambar apa.

Eshan yang sedari tadi hanya diam, kini langsung mengalihkan perhatiannya pada Andre yang menjadi biang kerusuhan teman-temannya itu. “Saingan, emang hati gua barang apa?” sahut Eshan dengan wajah datarnya. Padahal, sedari tadi ia sudah menahan senyum sekuat tenaganya. Entah karena kedatangan Dea, atau hal yang lain, tak ada satupun yang tahu.

***

Siang hari yang terik. Panasnya hari yang sungguh membuat gerah. Dan dentingan jam yang tak kunjung berhenti bergerak sungguh membuat anak-anak ingin memejamkan matanya seketika.

Saat seperti itulah, semua anak berharap tiba-tiba saja bel pulang berbunyi, atau Pak Satria mendadak harus mengikuti rapat penting yang tak bisa ditinggalkan.

Era (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang