Chapter 7 - Matematika dan Permen

73 11 12
                                    

Matematika, permen, atau kamu? Tak ada pilihan yang bagus. Sama-sama rumit, sulit dipahami, dan kecil—tapi sukar dilupakan.
~

Jika Eshan itu masternya produktif, maka lain lagi dengan Matematika. Maka seluruh penghuni kelas Eshan itu akan membuat Anete dan Cetta jadi pawangnya materi maha membingungkan itu. Iyah, seperti sekarang ini, mereka semua tengah uncang-uncang kaki sembari menunggu sang master menyelesaikan soal yang baru saja Bu Yina berikan.

Anne tengah sibuk membaca kitab andalannya, Diva yang tengah sibuk dengan handphone-nya, dan Anete yang tengah sibuk dengan soal matematikanya. Lain Anete, lain pula dengan Eshan. Bukannya menunggu Cetta selesai mengerjakan soalnya, ia justru lebih memilih mengganggu Anete yang tengah sibuk dengan memanggilnya berkali-kali.

“Net,” panggil Eshan tak bisa dibilang pelan.

Anete yang tengah sibuk pun langsung menolehkan kepalanya seketika. “Kenapa?” tanya Anete mengernyitkan keningnya.

“Balok tuh kayak gimana sih?” tanya Eshan dengan polosnya.

Anete langsung menganga seketika. Lain lagi dengan anak-anak yang sudah mulai ribut dengan godaan andalannya. “Ya kayak gini,” jawab Anete sembari menunjukkan buku matematikanya pada Eshan.

Eshan langsung manggut-manggut sembari menggumamkan kata ‘oh’ dengan singkatnya.

“Cie, yang barusan modus pakai tanya-tanya,” goda Andre sembari mencolek-colek bahu Eshan dari belakang.

Diva langsung menyikut lengan Anete hingga menghentikan gerakan Anete yang tengah menulis dengan seketika. “Uhuy, Eshan barusan tanya loh Nete,”

“Ehem ehem, Eshannya enggak terima lo cuekin dari tadi Nete. Jangan soalnya aja dong yang diseriusin, Eshannya juga kali.” lanjut Cetta sembari melirik ke arah Anete dan Eshan bergantian.

Anete langsung mendengus seketika. “Apaan sih, cuma tanya doang kok pada lebay gini sih.” gerutu Anete dengan kesalnya.

“Katanya kalau enggak tahu boleh tanya, ya gua tanya lah daripada salah kan?” tanya Eshan meminta persetujuan sembari melirik anak-anak bergantian.

“Kan tanya sama Cetta bisa Shan, lebih dekat gitu.” sanggah Anne dengan entengnya yang mendapati koor persetujuan dari anak-anak.

Eshan langsung mengedikkan bahunya setelahnya. “Ya kalau gua maunya tanya sama Anete kan enggak masalah dong,” sahutnya tak terima.

“Iyah, enggak masalah kok. Buat Eshan mah apa yang enggak boleh si ya Nete?” tanya Diva sembari menyikut lengan Anete sekali lagi.

Andre langsung menarik salah satu sudut bibirnya kemudian. “Kalau mau modus ya modus aja kali Shan, enggak perlu sok-sokkan tanya balok yang jelas lo tahu gitu lah,”

Anete sontak langsung memutar bola matanya dengan jengah mendengar godaan teman-temannya yang saling bersahutan. Tak sadarkah mereka jika Bu Yina sudah memperhatikan mereka sedari tadi?

Tapi yah memang, perihal Anete-Eshan itu selalu bisa menggemparkan keadaan kelas Anete tanpa mereka tahu efek bagi keduanya kan?

***

“Ya gua enggak salah dong kalau misalnya gua pengin jauhin Hadi?” tanya Anne sembari menatap Anete dengan seriusnya.

Era (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang