Bukan hanya aku, tapi mereka juga menganggapmu pusat perhatian sayang.
~Pagi yang cerah. Langit yang birunya menenangkan. Udaranya yang menyejukkan. Dan suasana kelas yang menyebalkan.
Anete menyapukan pandangannya ke dalam kelas. Menatap setiap anak yang masih terlihat bugar di pagi yang sudah Anete tunggu-tunggu sejak kemarin. Dan tanpa sadar, rahangnya langsung mengeras kala melihat dalang yang sudah membuatnya uring-uringan.
“Kurang kerjaan banget yah sampai nulis surat unfaedah kek gitu,” ucap Anete dengan tatapan tajamnya yang langsung membuat trio rusuh langsung menatapnya.
Eshan langsung menatap bingung. Cetta serta Andre langsung meneguk salivanya dengan susah payah.
Sedetik kemudian, Cetta langsung bangkit dan menyeret Anete menjauh dari jangkauan Eshan. “Hush, kan udah dibilang setelah lo baca surat itu anggap aja gua sama Andre enggak pernah bilang apa-apa.”
Anete langsung merengut. Flashdisk yang dipinjam Andre untuk kebutuhan tugasnya malah justru kembali dengan tambahan dokumen. Dokumen tak terduga, yang membuat Anrte seketika menggelengkan kepala.
Dengan sekejap, tangannya langsung melayang memukul lengan Cetta dengan brutalnya. “Ya mana bisa sih Ta? Lo pikir kemarin cuma bilang hal biasa yang enggak buat orang geleng-geleng kepala?” tanyanya sinis dengan wajah sebalnya.
Cetta langsung meringis. Merasa bersalah telah membongkar semuanya. Tapi yah tetap, bangkai yang disimpan lama-lama pun akan tercium baunya kan?
“Apaan sih, dilihatin anak-anak tuh kalian.” ucap Eshan sembari menyolek lengan Anete.
Anete langsung menoleh, pun dengan Cetta yang langsung menampilkan cengiran kudanya kala teman kelasnya sedang menatap mereka berdua dengan tatapan yang sungguh terasa menggelikan di penglihatan Cetta.
“Kalem bro, masalah pribadi kok ini makanya harus jauh-jauh ngomongnya.” ucapnya singkat dan langsung menyeret Anete kembali ke tempat duduknya.
Anete langsung merengut. Dengan sebal, ia mengikuti langkah Cetta dengan kaki yang terus dihentakkan. Lain lagi dengan Eshan yang tengah menatap dua insan di depannya ini dengan tatapan meneliti. Penasaran dengan apa yang mereka bicarakan hingga harus menjauh dari dirinya.
“Enggak usah senyum-senyum, lo udah enggak waras dari sananya.” ucap Anete pada Andre dengan wajah yang masih setia suram tanpa senyuman.
Andre langsung terkikik. Begitu juga dengan Anne serta Diva yang sudah menahan tawanya mati-matian sedari tadi.
“Enggak usah sensi kek cewek PMS deh Nete, kalau gini terus, jelas banget loh kalau lo juga sama kek Eshan.” ucap Cetta yang sudah berhasil duduk di bangkunya sendiri dengan selamat. Tanpa goresan, juga cabikan yang bisa membuatnya meringis ngilu.
“Kenapa gua?”
Belum juga Anete menjawab, Eshan sudah menyahut dengan kening berkerutnya. Tolong yang masih memiliki simpati setinggi langit, beritahu Eshan apa yang tengah menjadi topik panas di pagi hari yang menyejukkan ini.
“Ya emangnya lo terima kalau Anete gua jodohin sama Cetta? Enggak kan? Makanya lo aja Shan.” sahut Andre dengan tatapan jahilnya.
Eshan langsung menganga. Tak percaya dengan sahutan yang baru saja Andre berikan.
Anete pun seketika menggeram. Orang-orang ini benar-benar diluar nalar. Anete jadi ingin hilang ingatan setelah mendengar Andre kembali membuka mulutnya.
“Lo aja yang begonya kebangetan sampai tahan mendem perasaan buat teman sendiri.”
***
Ada banyak perubahan yang Fardhan rasakan selama ini. Berlebihan tidak sih jika ia menganggap harinya lebih berwarna setelah mengenal Anete? Jika iyha, maka biarkan Fardhan menikmatinya untuk saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Era (TERBIT)
Подростковая литератураPernah enggak sih gara-gara dicie-ciein kalian jadi suka beneran? Seperti Anete Geffie Abila, yang sayangnya harus baper sama teman kelasnya sendiri-yang sayangnya udah punya gebetan. Mau maju atau mundur tuh? Inginnya maju, tapi tak ingin menyakiti...