73 || Sosok Hitam

2.9K 90 18
                                    

Daniel pun langsung masuk kekamarnya dan duduk di meja kerjanya, menatap layar ponselnya dengan serius. Dia membuka percakapan WhatsApp dengan rekan-rekannya yang terdiri dari Alby, Maxime, Aisyah, dan Adelia. "Sudah siap sesuai rencana?" tulisnya.

Tidak lama kemudian, pesan-pesan balasan mulai masuk. Alby memastikan bahwa semua sudah dipersiapkan dengan baik. Maxime menambahkan bahwa mereka telah mengatur segalanya sesuai dengan rencana yang telah disepakati sebelumnya. Aisyah menyatakan bahwa semua detail telah diperiksa dan tidak ada yang terlewatkan. Sedangkan Adelia menegaskan bahwa mereka siap menjalankan tugas sesuai dengan instruksi. Setelah membaca balasan dari rekan-rekannya, Daniel merasa lega. Semuanya tampaknya berjalan sesuai rencana.

----

Di pagi yang cerah, sinar matahari membelai wajah Clara saat dia dan kekasihnya memulai petualangan mereka di Maladewa. Mereka memulai hari dengan langkah ringan, berjalan-jalan di taman yang hijau dan rimbun. Udara segar Maladewa mengisi paru-paru mereka, sementara aroma bunga-bunga yang mekar menambah semangat mereka untuk menjelajahi keindahan pulau ini.

Saat mereka berjalan-jalan, Clara memilih tempat-tempat yang sempurna untuk mengambil foto. Daniel dengan cermat memegang kameranya, mengabadikan setiap momen yang berharga. Mereka tertawa riang dan bercanda saat mereka berpose, menciptakan kenangan yang tak terlupakan.

Tak lama kemudian, mereka meninggalkan taman dan menuju ke pasar lokal. Di sana, mereka disambut oleh warna-warni dagangan dan keramaian para pedagang. Clara terpesona dengan kerajina tangan lokal, sementara Daniel menjajal makanan dan minuman tradisional yang ditawarkan.

Setelah berkeliling pasar dan menikmati segala hal yang ditawarkan, Di tengah petualangan mereka yang penuh warna, Daniel dan Clara memutuskan untuk melanjutkan petualangan mereka ke tempat berkumpulnya kuda di area peternakan. Mereka tiba di peternakan yang indah dengan padang rumput yang luas dan pohon-pohon yang teduh.

Dengan ceria, mereka berdua menyapa kuda-kuda yang bersiap-siap untuk bermain. Clara memandang dengan kagum keindahan makhluk-makhluk yang perkasa ini, sementara Daniel dengan senang hati mempersiapkan peralatan untuk berpetualang.

Tanpa ragu, mereka berdua naik kuda dan memacu kuda mereka melintasi padang rumput. Angin sepoi-sepoi menyapu wajah mereka, memberi sensasi kebebasan yang luar biasa. Mereka tertawa riang sat kuda-kuda mereka berlari, melupakan segala sesuatu kecuali kebahagiaan saat ini.

Saat matahari masih tinggi di langit, mereka menghabiskan waktu bersama-sama, menikmati setiap momen yang mereka miliki. Mereka terus bermain dengan kuda-kuda yang lincah, menikmati kehangatan sinar matahari yang menyinari peternakan.

Ketika senja mulai mendekat, mereka akhirnya memutuskan untuk segera pergi dari peternakan, Daniel pun mengantarkan Clara ke rumah nenek ipar Adelia yang letaknya tidak jauh dari sana, sedangkan Daniel kembali ke hotel.

Ditengah perjalanan Daniel pun berkata kepada kekasihnya bahwa ia ingin berenang dipantai dan kekasihnya itu mengiyai tapi jangan terlalu lama.

Dan Clara pun berkata "bahwa Adelia dan Aisyah katanya udah sampai Maldives jadi aku mungkin sama sama mereka dulu gapapa kan?" tanya Clara kepada daniel

Daniel pun tanpa pikir panjang langsung menganggukkan kepalanya.

Setelah petualangan yang menyenangkan di peternakan, Daniel dan Clara akhirnya tiba kembali di villa yang mereka sewa. Namun, ketika mobil berhenti di depan villa, Clara menyatakan bahwa dia memiliki rencana lain.

"Daniel, aku ingin pergi ke rumah keluarga Adelia sebentar," kata Clara dengan senyum ramah.

Daniel mengangguk, memahami keinginan Clara. "Tentu saja, sayang".

Dengan cepat, Clara meninggalkan mobil dan berjalan ke arah rumah keluarga Adelia yang terletak di Maladewa. Dia merasa senang bisa menghabiskan waktu dengan teman baiknya, dan dia tidak sabar untuk menemui mereka.

Sementara itu, Daniel melangkah masuk ke dalam villa dengan perasaan bahagia. Dan segera mengabari rekannya yang lain.

Clara menatap layar ponselnya dengan senyum simpul, melihat foto pap berenang yang baru saja dikirimkan oleh Daniel. Namun, senyumnya segera memudar ketika dia menerima pesan dari Adelia yang membuatnya panik.

Clara, ada berita bahwa anak konglomerat tenggelam di Maladewa. Belum ditemukan sampai sekarang," ucap Adelia dengan nada khawatir.

Tanpa berpikir panjang, Clara segera meminjam kunci mobil keluarga Adelia dan bergegas menuju tempat kejadian. Adelia pun ikut Clara ia takut jika sahabatnya mengenfarai mobil dengan kacau maka kecepatan tinggi pasti ia lakukan. Perjalanan yang biasanya memakan waktu satu jam terasa seperti berjam-jam bagi Clara yang penuh kekhawatiran. Pikirannya melayang-layang, membayangkan kemungkinan terburuk yang bisa terjadi.

Sampai di lokasi, Clara melihat kegelapan yang menyelimuti pantai. Tanpa ragu, dia berlari secepat mungkin, terus mencari-cari tanda-tanda keberadaan kekasihnya difoto terakhir yang ia kirim. Clara pun berlari dengan ringkih dan juga air mata yang terus keluar tanpa diminta. Namun, kegelapan membuatnya sering tersandung dan terjatuh di pasir pantai.

Tiba-tiba, dia tersandung dan hampir jatuh, namun dia merasa ada tangan yang menahan dirinya. Dan detik itu juga, Clara merasakan tangan yang memegangnya saat dia hampir jatuh. Dia menoleh dan melihat Adelia yang memegangi di belakangnya, dan sahabatnya itu juga dalam keadaan panik yang membuat kepanikan Clara meningkat berkali kali lipat.

Clara berlari dengan nafas tersengal-sengal, memanggil nama Daniel sekuat tenaga. Saat dia menoleh ke belakang, kebingungannya semakin bertambah ketika dia melihat bahwa Adelia juga telah menghilang. Hanya suara ombak yang menggema di pantai yang sepi.

Tanpa bisa menahan rasa takut dan kebingungannya, Clara jatuh terduduk di pasir pantai. Air mata berlinang di pipinya, kegelapan malam menambah kesendirian yang dia rasakan. Dia merasa terpuruk dan kehilangan, tidak tahu harus berbuat apa.

Dalam kegelapan malam yang pekat, langkah kaki mendekat semakin terdengar jelas di telinga Clara. Suasana semakin mencekam, dan detak jantungnya semakin cepat berdegup di dadanya yang sesak. Clara merasa keringat dingin membasahi tubuhnya saat dia mencoba menahan ketakutannya.

Tanpa berpikir panjang, Clara mencoba untuk bersembunyi di balik batu karang yang besar di tepi pantai. Dia menyandarkan tubuhnya ke batu karang itu, berharap bisa menemukan perlindungan di balik bayang-bayangnya yang gelap.

Suara langkah kaki semakin dekat, menyebabkan Clara merinding. Dia menutup mulutnya dengan tangan gemetar, berusaha untuk menahan diri agar tidak menjerit. Pikirannya berlomba-lomba mencari cara untuk mengatasi situasi yang mencekam ini.

Tiba-tiba, bayangan muncul di hadapannya. Clara menahan napas, hatinya berdegup kencang dalam ketakutan. Namun, ketika bayangan itu semakin mendekat.......

ketua osis kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang