Raga?

1.8K 139 2
                                    

Sia berjalan di koridor dengan wajah cerah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sia berjalan di koridor dengan wajah cerah. Sepatu mengkilap yang membungkus kakinya menjadi kebanggaannya. Hal yang sangat ia sukai saat dibelikan sepatu baru. Entahlah, walaupun dia sudah sering dicaci maki karena melempar sepatu semaunya, Sia masih tetap melakukannya.

"Sia!" Sia memutar bola mata malas saat mendengar teriakan itu. Sudah dipastikan pemilik suara itu adalah Emi.

"Lo sepatu baru lagi, Si?" tanya Emi yang menyadari sepatu baru Sia.

Sia hanya menganggukan kepalanya sebagai jawaban.

"Kali ini lo lempar ke siapa?"

Oh god! pertanyaan itu yang lagi-lagi Sia dengar.

"Bokap gue, kakak gue dan sekarang lo yang nanya kayak gitu," kilah Sia

Emi tersenyum kuda. "Ya elah, Si ... itu pertanyaan pokok yang harus ditanyain saat lo punya sepatu baru," balas Emi tak mau kalah.

Sia memilih diam dan tidak menanggapi ucapan Emi.
Mereka berjalan di koridor dengan langkah pelan, mereka sangat malas jika harus terlalu cepat sampai di kelas.

"Eh, si ... lo udah tau kabar terbaru belum?" tanya Emi memecah keheningan.

"Kabar apa?" tanya Sia seraya menolehkan kepalanya ke arah Emi.

"Anak baru."

"Anak baru?" tanya Sia.

"Iya, di sekolah kita ada anak baru, gue belum lihat mukanya, sih, tapi banyak yang bilang dia ganteng," jelasnya.

Sia hanya menganggukan kepalanya. Jujur, setampan apapun dan semanis apapun laki-laki lain di matanya, tetap Regan yang selalu menjadi Raja di hatinya. Ia tidak pernah tertarik dengan lelaki lain, kecuali hanya untuk menjadi kelinci percobaannya. Hati Sia seolah sudah tertutup rapat untuk orang lain.

Tak terasa Sia dan Emi sudah tiba di kelas. Wajah pertama yang ditangkap oleh netra Sia adalah Wajah damai Regan yang tertidur pulas.

"Heran gue sama Regan," ujar Emi yang mampu membuat Sia mengalihkan atensinya.

"Heran kenapa?" tanya Sia seraya mendudukan bokongnya di bangku.

"Tidur di manapun dan kapanpun," jawab Emi yang terselip sedikit nada kesal.

Sia hanya terkekeh menanggapi ucapan Emi. Mau bagaimanpun sikap Regan, Sia tetap menyayanginya.

🌑🌑🌑

Bel istirahat sudah berbunyi, tepat saat itu pula, Sia melihat Regan bangkit dari duduknya dan pergi begitu saja. Sia menghela nafas, dia heran melihat Regan yang acuh terhadapnya. Seolah tidak terjadi apa-apa, padahal baru saja kemarin Regan menolongnya seolah dia adalah sayap pelindung bagi Sia.

"Woy, Sia!" teriak Emi membuyarkan lamunan Sia.

"Apaan, sih?!" geram Sia seraya mengusap telinganya yang sedikit panas karena teriakan Emi.

GLANCE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang