"BANGSAT!" teriak Yogi dan Nio bersamaan saat melihat asal suara tangisan itu.
Seluruh anggota AGENØR memasang wajah datar, kecuali Rey yang wajahnya terlihat merah padam menahan amarah.
"Ngapain kalian di sini?" tanya Gevan heran.
Yups, suara tangis itu berasal dari Gevan yang sudah bersimbah air mata.
"Lo ngapain, anjing! Bikin kita semua panik aja!" kesal Chiko.
"Gue bosen tadi, mangkanya gue nonton film," jelas Gevan dengan wajah tanpa dosanya.
Mereka semua terdiam, menahan amarahnya masing-masing. Memang sifat Gevan selalu memancing emosi. Seluruh tingkah konyolnya selalu datang di waktu yang tidak tepat.
Gevan masih melanjutkan tangisnya menatap layar ponsel. Sedangkan yang lain menatapnya dengan tatapan membunuh, bak singa yang siap menerkam mangsanya.
Gevan yang merasa seluruh mata menatapnya pun perlahan mengalihkan pandangannya ke arah anggota lain.
Raut wajah Gevan yang semula menangis, kini berubah menjadi wajah menyebalkan dalam hitungan detik.
"Apa?" tanya Gevan heran.
"Gue tau, kalian gak bisa jauh-jauh dari gue, tapi untuk kali ini gue gak bisa deket sama kalian. Gue mau fokus lanjutin nangis gue, udah sana!" usir Gevan seraya mengibaskan tangannya di udara.
Gevan kembali menoleh ke layar ponselnya, dalam sekali kedipan mata, Gevan kembali menangis. Seolah tidak terjadi apapun. Begitu mudahnya Gevan merubah raut wajah dan juga emosinya.
Rey yang sedari tadi bungkam, diam-diam menahan amarah. Tangannya mengepal, dada bidang Rey terlihat naik turun dan tidak lupa dengan wajahnya yang sudah merah padam.
"BANGSAT!" teriak Rey dan langsung melilit leher Gevan dengan lengannya.
"Rey sakit Rey! " pekik Gevan seraya memukul lengan Rey.
"Anjing lo! Lo udah bikin gue khawatir setengah mati, sialan!" geram Rey yang masih setia melilit leher Gevan dengan lengannya.
Raga dan yang lainnya hanya memasang wajah datar. Mengabaikan wajah memohon pertolongan dari Gevan. Mereka semua terdiam tanpa berniat menolong. Bagi mereka itu sebuah pelajaran untuk Gevan yang membuat emosi mereka memuncak.
"Rey, gue mau mati, Rey! Gu–gue gak bis–bisa nap–pas," Ujar Gevan mendramatisir.
Rey mendengus. Dia tau Gevan hanya berpura-pura, lilitan lengannya di leher Gevan tidak terlalu kuat. Tapi Rey tetap melepaskan lilitan itu seraya mendorong Gevan menjauh darinya.
Rey melengos pergi begitu saja dengan segala umpatan yang keluar dari bibir manisnya.
Yang lain pun mengikuti langkah Rey untuk meninggalkan dapur. Sedangkan Raga yang sedari tadi memasang wajah datar tanpa ekspresi hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Gevan.
KAMU SEDANG MEMBACA
GLANCE
General Fiction[SEBAGIAN CHAPTER DIPRIVATE, FOLLOW SEBELUM MEMBACA.] Nastasia D. Aldebarack, seorang gadis biasa yang akan merasakan sakit bila dilukai. Mencintai seseorang yang bahkan mencintai sahabatnya sendiri. Mencoba menutupi kegundahan hatinya melalui sifa...