Raga Menyebalkan!

1.3K 111 14
                                    

Tangannya terus bergerak memasukan satu-persatu buku tulis itu ke dalam tas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tangannya terus bergerak memasukan satu-persatu buku tulis itu ke dalam tas. Pikirannya sibuk berkelana, memikirkan ucapan seseorang tadi pagi.

"Gue mau CLBK sama lo, kalo lo putusin semua pacar lo."

Sialan!kalimat itu terus berputar di pikirannya.

Haruskah dia memutuskan hubungan dengan semua pacarnya? Haruskah dia berhenti mempermainkan banyak laki-laki?

Putus... Enggak... Putus... Enggak...

Tangan gadis itu tak henti-hentinya memasukan buku ke dalam tas ranselnya. Dengan gerakan se-irama, gadis itu mencoba mempertimbangkan perkataan Raga tadi pagi, seolah buku itu adalah patokan dari keputusannya.

Sadar akan ketidak warasannya, gadis itu menggelengkan kepalanya kuat. Berusaha menghilangkan pikiran sialannya itu.

Sinting! Untuk apa dia memutuskan semua pacarnya hanya demi Raga? Apakah dia mengharapkan Raga untuk jatuh kembali ke pelukannya?

No! Big no!

"Sia!" panggil Emi sedikit berteriak.

Spontan Sia menoleh, menatap garang ke arah Emi.

"Apaan sih?!" geramnya.

"Kebiasaan deh, setiap kali gue panggilin pasti gak denger. Akhir-akhir ini lo sering banget bengong ... Lo ada masalah?" jelas Emi.

Sia menggeleng tegas, mencoba meyakinkan Emi bahwa dia tidak memiliki masalah apapun.

"Terus?"

"Y-ya ... Gak ada apa-apa." jawab Sia terbata.

Emi mengernyit, menatap curiga ke arah Sia. Dari gerak tubuh dan ekspresi, sangat kentara bahwa gadis itu tengah dirundung banyak masalah.

"Ekhem." Emi dan Sia menoleh.

Raga yang tengah berdiri di ambang pintu hanya menaikkan sebelah alisnya. Menatap dengan tatapan seolah bertanya 'ada apa?'

"Raga?" ujar Emi heran saat melihat kehadiran Raga.

Raga diam, enggan membuka suara.

"L-lo ... Ngapain di situ?" tanya Emi terbata.

Raga melihat sekilas ke arah Emi lalu beralih menatap ke arah Sia dan berkata, "Masih lama?"

Pemuda itu memang sengaja mengabaikan Emi. Entahlah, ada secuil rasa tidak terima dengan sikap Emi yang menyembunyikan kebenaran.

"Sabar." ketus Sia.

Sungguh, ucapan Raga masih terngiang di kepalanya. Brengsek! Bahkan Sia membayangkan jika Raga kembali mendekatinya, memberikan perhatian kepadanya, memberikan senyum walaupun kecil dan...

GLANCE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang