Pria misterius

1.2K 114 46
                                    

Tekan tombol BINTANG sebelum Membaca, ya, Mom's, Bund's, Dik's;)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tekan tombol BINTANG sebelum Membaca, ya, Mom's, Bund's, Dik's;)

NEW PART!!!

🌑🌑🌑

Suasana di cafe Raflesia sudah kembali kondusif. Kekacauan yang sempat tercipta sudah dibersihkan oleh Agenor. Kedatangan polisi hampir membuat Agenor kelimpungan. Namun, Rendra datang membantu Agenor dengan dalih rasa terimakasih atas penjagaan terhadap putrinya.

Segala pertanyaan masih tertanam di benak para inti Agenor. Tak ada satupun dari mereka yang menghubungi Rendra. Lalu ... dari Rendra mengetahuinya?

Seakan tau apa yang sedang dipikirkan para anggota Agenor, Rendra pun angkat bicara. "Sia memiliki pengawal pribadi yang selalu menjaganya. Dia berada di sini tadi."

Keenam inti Agenor mengangguk mengerti lalu mengucapkan terimakasih atas bantuan yang Rendra berikan.

"Di mana Sia?" Dirinya sampai lupa dengan keberadaan putrinya.

Alvin maju selangkah, mengambil alih jawaban. "Putri anda sudah aman dengan ketua saya," jawabnya seraya menunduk hormat.

Rendra tersenyum lega, "untungnya saya kenal dengan ketua kalian. Jadi saya bisa mempercayakan putri saya pada ketua kalian."

Seluruh anggota Agenor saling pandang, mencoba mencerna rentetan kalimat yang Rendra lontarkan. Sedikit ambigu di pendengaran mereka.

🌑🌑🌑

Kepala Sia mengadah, menatap takjub interior markas Agenor. Seseorang yang sedari tadi membututi Sia di belakang hanya memasang wajah dingin, sesekali netranya mengikuti arah pandang gadis di depannya.

Hanya bangunan kayu yang disusun rapi, namun, elegan. Tidak ada pernak-pernik mewah, hanya beberapa foto yang terpajang di setiap dinding. Dahinya mengernyit saat tak mendapati satupun foto Raga yang menampilkan senyumnya.

Gadis itu berjalan sambil bertanya. "Kenapa lo gak pernah senyum, Ga?"

"Sariawan," jawab Raga acuh lalu mendudukan dirinya pada salah satu sofa di sana.

Spontan Sia menghentikan langkahnya, menoleh ke arah Raga, "Sariawan lo jangka panjang?"

Raga mengedikan bahu, "mungkin."

Sia berdecak, berniat memutus obrolan. Ia dudukan bokongnya tepat di samping Raga. Entahlah, kaki sialannya ini membawa dirinya untuk duduk di samping Raga.

Tepat bokong Sia menyentuh permukaan sofa, saat itulah Raga bangkit dari duduknya. Menghasilkan tatapan heran dan penuh tanya dari Sia.

GLANCE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang