the start of the game

1.2K 119 26
                                    

Bibir gadis itu tak henti-hentinya mengeluarkan umpatan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bibir gadis itu tak henti-hentinya mengeluarkan umpatan. Pria yang berada di sebelahnya acuh, tidak peduli dengan segala umpatan tang keluar dari mulut adiknya.

"Kira-kira kado apa yang bagus buat dia?" tanya Arsen seraya menolehkan kepalanya ke arah Sia.

Sia memutar bola mata malas, bibirnya mencebik kesal.

"Stupid! Gitu aja gak tau," tuturnya.

Arsen menghentikan langkahnya, lalu beralih menatap tajam sang adik.

"Kalo gue tau, gue gak bakal ngajak lo, sialan!" Rasanya Arsen ingin sekali menendang adiknya yang satu ini.

Sia menghela nafas kasar, kemudian menoleh, "kalung—menurut gue kalung."

Arsen tersenyum kemudian mengangguk. "Makasih adek gue yang paling cantik."

Sia menggerakkan mulutnya meniru ucapan Arsen tanpa mengeluarkan suara. Sengaja mengejek Arsen yang sudah berada sedikit di depannya.

🌑🌑🌑

Sedari tadi netranya sibuk menatap Regan. Pemuda itu seperti ada masalah. Kerap kali Sia memergoki pemuda itu melamun. Hatinya menjerit ingin bertanya, namun ego menahannya.

"Si," panggil Emi.

"Hm." Gadis itu masih sibuk menatap ke arah Regan.

Emi tau, sangat tau bahwa Sia sedari tadi terus memandangi Regan.

"Lo ngeliatin Regan, ya?" tanya Emi hati-hati.

Spontan kepala gadis itu menoleh, beralih menatap Emi dan berkata, "gak usah ngadi-ngadi lo!"

"Gak usah bohong, Si. Gue tau lo ngeliatin Regan, 'kan?" Emi kembali bertanya, seolah menuntut Sia untuk menjawab dengan kata 'iya'.

Sia menghela nafas, kemudian menoleh, "kalo iya kenapa?"

Emi tersentak akan pengakuan Sia. Benarkah Sia masih memiliki rasa terhadap Regan? Jika benar, Emi tidak yakin bahwa hubungannya dan Regan akan berjalan baik-baik saja.

Sia yang menyadari perubahan raut wajah Emi hanya tersenyum miring.

"Tenang, gue bercanda kok." Sungguh, hatinya benar-benar merasa tercambik saat mengatakan sebuah kebohongan yang menyakiti  perasaannya.

🌑🌑🌑

Duduk seorang diri menjadi pilihan gadis itu saat ini. Menenangkan pikirannya dari segala beban hidupnya. Entahlah, akhir-akhir ia lebih sering menyendiri. Hidup tanpa bimbingan seorang ibu membuatnya menjadi pribadi yang sedikit tertutup. Tapi gadis itu tak pernah sedikit pun memperlihatkan kesendiriannya. Hanya sebuah lengkungan indah yang selalu terpatri di wajahnya.

GLANCE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang