Hembusan nafas terus keluar dari mulutnya. Pria berusia 28 tahun itu berusaha mentralisir setiap detak jantungnya. Entahlah, aura ruangan ini tak pernah berubah sejak dulu.
Perlahan tangannya terangkat, membuat gerakan mengetuk berulang kali.
Tok... Tok... Tok...
"masuk."
Pria itu sempat tersentak saat mendengar baritone itu sedikit berteriak.
Merasa keberanian nya sudah cukup, pria itu perlahan menekan knop pintu.
Ceklek...
"kabar baik atau kabar buruk?"
Pria itu sedikit geram dengan majikannya. Tidakah ada basa-basi sedikit saja?
Apa boleh buat? Melawan pun percuma, dengan sekali jentikan jari nyawanya akan melayang di tangan para pengawal majikannya.
"kabar baik tuan." jawab pria berusia 28 tahun itu.
"aku sudah menduganya." balasnya tersenyum.
"izin memberi informasi tuan Axel."
"silahkan Daniel." pria yang berusia 28 tahun itu menelan saliva nya dengan susah payah.
Mengapa setiap kali Axel menyebut namanya, dia merasa ribuan pengawal lainnya akan memastikannya mati?
"Saya dan yang lain selalu berhasil membuat insiden-insiden kecil, seperti penyerangan di cafe dan di rumah Darendra, tuan." Daniel selalu menundukan kepala saat berbicara dengan Axel.
Axel tersenyum bahagia. Semudah itukah memanipulasi dan mengalihkan perhatian Darendra?
"Dengan begitu, putra anda tidak akan dicurigai." lanjutnya.
"this is great news, good job Daniel." lagi-lagi Axel tersenyum menatap Daniel yang senantiasa menunduk.
"Putra ku yang penurut seperti kucing itu akan melakukan tugasnya dengan baik." lanjutnya.
"Dan kau," Daniel sedikit berjengit kaget karena Axel mengarahkan telunjuk nya ke arah Daniel.
"aku akan menaikkan gaji mu."
🌑🌑🌑
Sia berjalan di koridor sekolah. Netranya senantiasa menatap ke bawah. Hari ini sungguh melelahkan, oh tidak! ralat, tadi malam sungguh melelahkan.
Akibat peristiwa semalam, Sia tidak bisa tidur dengan tenang. Setiap kali matanya terpejam, bayangan tentang seseorang dengan kalung silver berinisial 'A' itu selalu muncul.
"gue yakin," katanya menjeda sejenak, "inisial ketua AGENØR pasti huruf 'A'" gumamnya.
Pandangannya tak pernah teralihkan dari lantai koridor. Pikirannya berkeliaran entah kemana.
KAMU SEDANG MEMBACA
GLANCE
General Fiction[SEBAGIAN CHAPTER DIPRIVATE, FOLLOW SEBELUM MEMBACA.] Nastasia D. Aldebarack, seorang gadis biasa yang akan merasakan sakit bila dilukai. Mencintai seseorang yang bahkan mencintai sahabatnya sendiri. Mencoba menutupi kegundahan hatinya melalui sifa...