Hening adalah sebuah kata yang tepat untuk menggambarkan suasana disana. Dentingan sendok saling bersahutan mengalun diiringi deru nafas yang seirama.
"Pah," Rendra menoleh.
"Sia mau nanya." lanjut gadis itu.
"tolong jawab jujur, ya, Pah?" Rendra mengangguk ragu. Hatinya berteriak gusar, ritme jantungnya mulai tak beraturan. Dia tau, sangat tau, hal apa yang akan ditanyakan putrinya.
"siapa diantara Sia dan kak Arsen yang bukan anak kandung Papah?" tanya Sia dengan tatapan sayu. Netra gadis itu menatap dalam retina sang Papa.
"ma---maksud lo?" Arsen baru saja pulang dan mendengar pertanyaan Sia. Rasa resah sangat mendominasi dirinya sekarang. Ia takut jika yang ia takuti selama ini akan menjadi kenyataan.
"Kak Arsen?" Sia dilanda panik sendiri, haruskah ia memberi tahu Kakaknya?
"maksud pertanyaan lo apa?" ulang Arsen tak menghiraukan panggilan Sia.
"anak kandung? Lo dan gue? Maksudnya apa sih?" jengah Arsen. Sungguh, apakah dugaanya selama ini memang lah benar?
Drrtt... Drrrtt... Drrrtt...
Dering ponsel berhasil mengalihkan atensi ketiga manusia disana. Rendra bernafas lega saat ponselnya berdering diwaktu yang tepat.
"dia hanya membicarakan film yang baru saja dia tonton. Bentar, Papa angkat telpon dulu."
"iya, hallo ...." ujar Rendra seraya pergi dari meja makan meninggalkan Sia dan Arsen yang dilanda kebingungan.
Sia tersenyum miris. Lihatlah, kentara sekali dari wajah Rendra bahwa pria itu tengah menyembunyikan sesuatu. Bahkan panggilan terhadap dirinya sendiri saja telah berubah kembali menjadi 'papa'.
Kecewa, sungguh rasa kecewa telah menggerogoti hatinya. Apakah kata kecewa adalah kata yang identik dengan dirinya? Lagi-lagi gadis itu tersenyum miris.
"Si," panggil Arsen yang sedari tadi memperhatikan gerak-gerik adiknya.
"gue tau papa bohong." Sia diam, bingung harus menjawab apa.
"maksud pertanyaan lo apa? Gue percaya sama lo," lanjutnya menjeda sejenak, "lo gak bakal bohong sama gue."
Gadis itu menelan kasar salivanya. Pikiran gadis itu terlilit kusut, otaknya terus berputar mencari kata-kata yang tepat untuk menjawab Arsen.
"Si," Kali ini Arsen memanggil nya dengan sedikit penekanan.
"gue bakal ceritain semuanya," Arsen mengangguk.
Sia tidak ada pilihan lain selain menceritakan semuanya kepada Arsen. Lagi pula Arsen berhak mengetahui nya, dan mungkin Arsen bisa membantunya.
"gue berasa mimpi kalau ternyata diantara gue sama lo bukan anak kandung." ujar Arsen menatap kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
GLANCE
General Fiction[SEBAGIAN CHAPTER DIPRIVATE, FOLLOW SEBELUM MEMBACA.] Nastasia D. Aldebarack, seorang gadis biasa yang akan merasakan sakit bila dilukai. Mencintai seseorang yang bahkan mencintai sahabatnya sendiri. Mencoba menutupi kegundahan hatinya melalui sifa...