Pendek!

1.7K 142 2
                                    

Satu bulan sudah Sia lewati dengan mendekam di dalam rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu bulan sudah Sia lewati dengan mendekam di dalam rumah. Tidak banyak yang gadis itu lakukan, hanya menjalankan aktivitas seperti biasa dan belajar bela diri.

Sia selalu memutar adegan di mana dia berlatih bela diri. Sia harus menghafal banyak gerakan bela diri. Dia harus bisa menjaga dirinya sendiri tanpa harus merepotkan sang ayah.

Sia menatap dirinya di pantulan cermin. Gadis itu sudah siap dengan seragam sekolahnya. Sesekali dia memperagakan gerakan bela diri di depan cermin.

"Keren kali, ya kalau gue bisa ngelawan puluhan musuh papa," ujar Sia bermonolog seraya tersenyum menyombongkan diri.

Tok... Tok... Tok...

Sia menoleh ke asal suara. Ketukan pintu terdengar dari pintu kamarnya.

Ceklek...

Sia menekan knop pintu guna membuka pintu kamarnya.

"Apa?!" ketus Sia.

"Tuan Rendra memerintah saya untuk memanggil Nona," jawab Bagas seraya menundukan kepala sopan.

Sia mengumpat dalam hati. Ingin sekali dia melempar Bagas dengan sepatu termahalnya. Sia sudah jengah mendengar panggilan aneh itu. Nona? Sungguh menjijikan bagi Sia.

"Ada apa?" Sia bertanya seraya melirik sinis.

"Sarapan, Nona."

Sia mendengus seraya keluar dari kamarnya.

Brak...

Dengan sengaja Sia menutup pintu kamarnya dengan keras. Agar Bagas mengerti bahwa dia membenci panggilan itu.

🌑🌑🌑

Sia berjalan menuju meja makan dengan segala umpatan yang keluar dari mulutnya tanpa henti.

Rendra dan Arsen hanya saling memberi tatapan penuh tanya. Bingung melihat tingkah Sia.

"Kenapa lo?" tanya Arsen seraya menggigit roti yang baru disiapkannya.

Sia hanya melirik sinis ke arah Arsen lalu beralih menatap Rendra. Sia mulai mengeluarkan tatapan manjanya.

Rendra mendelik, takut Sia akan meminta sepatu baru lagi.

"Daddy gak ada duit buat beliin kamu sepatu," sambar Rendra.

Sia menggeram dalam hati. Ingin sekali dia mencekik Rendra lalu mengambil alih perusahaannya, agar dia bisa membeli sepatu sepuasnya.

Sia menghela nafas mencoba menetralisir amarahnya. Hanya papanya yang bisa membantunya sekarang.

Sia tersenyum semanis mungkin. Semua orang mengetahui senyuman manis Sia bagaikan racun. Di balik senyumannya pasti ada tujuan tertentu.

GLANCE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang