Peristiwa Kopi

1.7K 147 2
                                    

Sepanjang pelajaran Sia hanya terdiam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sepanjang pelajaran Sia hanya terdiam. Jasadnya memang berada di kelas, tapi tidak dengan pikirannya.

"cewek kayak lo gak pantes untuk di perjuangin, bahkan untuk di cintai pun gak pantes."

Kalimat itu selalu terngiang di kepala Sia bagaikan kaset rusak. Sia sempat berfikir, apakah sejahat itu dirinya? Apakah serendah itu dirinya?

"Sia!" Panggilan Emi mampu menyadarkan Sia dari lamunannya.

"Ha? Apa? Kenapa?" kaget Sia.

Emi mengernyit heran, tidak biasanya Sia menjadi pendiam dan sering melamun seperti ini.

"Lo lagi ada masalah, ya?" tanya Emi yang di balas gelengan lemah oleh Sia.

"Jangan bohong, Si," kukuh Emi.

Sia menoleh ke arah Emi dan tersenyum menandakan bahwa semua baik-baik saja.

"Gue gak pa-pa, kok," jawab Sia.

Emi menghela nafas pasrah. Selama mengenal Sia, Emi memang mengetahui bahwa Sia memiliki pribadi yang sedikit tertutup, tapi itu semua terbalut oleh sikap ceria dan tawa Sia.

"Ya udah ... yuk, pulang," ajak Emi.

"Ha?! Udah pulang?" kaget Sia.

Jadi sedari tadi Sia tidak menyadari bahwa bel pulang telah berbunyi, seberapa lama dirinya melamun?

"Ya iyalah! Lo, sih, ngelamun mulu," geram Emi.

Sia hanya tersenyum kuda saat menanggapi ucapan Emi. Tak sengaja Sia melihat Regan yang hendak keluar kelas.

Ah, ini kesempatan bagus untuk mentraktir Regan sebagai ucapan terimakasih.

"Regan," panggil Sia.

Sontak Regan yang berada di ambang pintu menghentikan langkahnya dan menoleh ke arah Sia. Hanya tatapan penuh tanya yang diberikan oleh Regan kepada Sia.

"Sore ini lo ada acara gak?" tanya Sia.

Regan hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban.

"Lo bisa dateng ke cafe Raflesia gak?" tanya Sia lagi.

"Ngapain?"

"Gue mau traktir lo, sebagai ucapan terimakasih."

Emi mendelik, banyak sekali pertanyaan yang harus dijawab oleh Sia kali ini. Sedangkan Sia hanya memberi tatapan tajam, guna menyuruh Emi diam.

Regan tampak berpikir sejenak. Sia berharap Regan mau menerima tawarannya.

"Emi ikut?" tanya Regan.

Sia sempat tertegun dan menoleh ke arah Emi. Namun Sia tetap menganggukan kepalanya.

" i–iya, Emi pasti ikut," jawab Sia yang heran dengan pertanyaan Regan.

GLANCE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang