Hari-hari Jungkook mulai dipenuhi dengan kesibukannya. Dia memasak sarapan, lalu mencuci baju dan membereskan rumah. Setelahnya dia juga harus mengurus perusahaannya. Tapi hal ini cukup membuat pikiran Jungkook teralihkan. Dia jadi jarang melamun seperti biasanya. Bahkan saat ini dia sudah terbiasa tersenyum meskipun sebenarnya dia tak bahagia.
Mengunjungi Tzuyu memang hal yang paling menyenangkan untuknya. Dia selalu menceritakan apapun yang terjadi pada hari-harinya. Dari mulai perkembangan Jihoon, hingga Ahn yang kini mulai mandiri. Meski pada akhirnya dia akan tetap menangis dan meminta Tzuyu kembali, tetap saja hal ini membuatnya merasa bahagia.
Jungkook tersenyum, meletakan potret keluarga kecil mereka ke dalam laci penyimpanan abu milik Tzuyu. Dia tersenyum karena dia yakin, Tzuyu pasti akan tetap merasa bahagia dengan foto itu.
Setelah melepas rindunya dengan Tzuyu, Jungkook mengemudikan mobilnya menuju halte yang ada di dekat rumahnya. Duduk di sana hingga matahari hampir tenggelam adalah agenda tambahan hari-harinya saat ini. Meski sudah hampir satu bulan berlalu, Jungkook masih belum bisa percaya soal kepergian Tzuyu itu.
"Aku selalu menunggu di halte berharap bus terakhir membawamu pulang, Tzuyu," gumam Jungkook yang kemudian tersenyum miris. Dia tahu sampai mulutnya berbusa pun, Tzuyu tak akan kembali. Tapi apa salahnya dengan berharap sebuah keajabian terjadi, bukan?
Jungkook beranjak setelah melihat jam tangan yang melingkar di tangan kirinya. Selama hampir satu bulan ini, Jungkook hanya menggunakan jam tangan pemberian dari Tzuyu di hari ulang tahunnya dulu. Hanya dengan melihatnya saja, dia sudah sangat bahagia.
Aku perlu bahagia, untuk membuat yang lainnya bahagia.
*
*
*Jungkook saat ini tengah fokus menonton sambil mencoba membuat Jihoon tertidur dengan menepuk halus paha putra kecilnya itu.
"Appa, apa kita tidak bisa menghubungi eomma?" tanya Ahn yang membuat Jungkook tersenyum dan menggeleng.
"Terlalu jauh jadi kita tidak bisa menghubungi eomma."
"Aku merindukan eomma," jelas Ahn yang kemudian menunduk. Hal ini tentu saja kembali membuat Jungkook teringat pada rasa sedih yang sudah tertumpuk oleh perasaan lainnya.
"Ahn-ah, eomma pasti kembali, kau harus percaya pada appa." Sungguh, kalimat ini membuat Jungkook seakan tertusuk sebilah pedang. Dia tahu, berbohong bukanlah hal yang baik. Tapi dengan Ahn mengetahui kenyataannya, dia yakin Ahn pasti akan sama terpuruknya dengan dirinya dan hal itu sungguh tak ingin dilihat oleh Jungkook.
"Tapi apa aku boleh tidur di kamar appa malam ini?" tanya Ahn yang langsung membuat Jungkook mengangguk.
"Baiklah, lebih baik sekarang kau sikat gigimu dulu baru pergi ke kamar appa."
Jungkook tersenyum menatap Ahn yang berlari menuju kamarnya. Biasanya Jungkook memang selalu kesal jika Ahn ingin tidur di kamarnya. Tapi saat ini dia sungguh kesepian dan membiarkan putranya itu menemaninya.
"Aigo, kau sudah tertidur," gumam Jungkook yang kemudian meletakan botol susu milik Jihoon di atas meja. Dia kemudian beranjak, mengunci pintunya lalu mematikan TVnya baru dia berjalan menuju kamarnya untuk menidurkan Jihoon.
Tzuyu membuka matanya saat mendengar seorang anak memanggil eomma. Dia sungguh tak mengerti kenapa tiba-tiba saja suara itu terdengar olehnya.
Pria yang sejak satu bulan lalu menemaninya itu cukup terkejut karena saat ini Tzuyu sudah terduduk. Dia menekan bel yang terletak di sana, memanggil agar dokter segera ke sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Mom!!✅
Fanfiction[Sequel Hello Dad!!] Tzuyu selalu percaya jika scenario yang Tuhan berikan padanya benar-benar luar biasa. Tapi dia tak pernah menyangka sebuah mimpi buruk harus menghinggapi kisah hidupnya hingga membuatnya harus kehilangan segalanya termasuk kelua...