"Bisa lepaskan aku?" tanya Jia dengan tatapan nyalangnya. "Apa menurutmu dengan mengikatku seperti ini situasinya akan aman? sayangnya kau salah besar."
"Nona Park Jia, aku rasa lebih baik kau diam saja," ujar Jaehyun yang membuat Jia mendengus kesal. "Masalahnya kau membuat banyak nyawa dalam bahaya."
"Aku hanya ingin Jungkook lenyap. Itu saja," jelas Jia yang membuat Jaehyun memutar malas kedua bola matanya.
"Bukankah itu terdengar sama saja?" tanya Jaehyun yang sepertinya mulai gemas pada Jia. Andai Jia bukan seorang wanita, dia pasti sudah menghajarnya dari tadi.
Jia terkekeh. "Semuanya adil dalam perang dan cinta." Jia melirik Jaehyun lalu berdecih. "Sepertinya kau tak pernah merasakannya."
Jaehyun terdiam. Dia memang selama ini tak pernah merasakan satu kata yang menurut banyak orang penuh kebahagiaan itu. Dia pernah jatuh cinta, hanya saja dia selalu jatuh cinta pada orang yang salah. Bahkan sebelumnya dia pernah menyukai Jieun.
Terdengar seperti sebuah pengkhianatan. Tapi Jaehyun memilih untuk mundur dan mengubur perasaannya sendiri hingga tak ada yang tahu itu selain dirinya sendiri dan Tuhan.
"Aku tak seberuntung orang lain," ujar Jaehyun yang tentunya membuat Jia tertawa.
"Kau sepertinya memiliki kelainan. Kau tidak normal."
"Bisakah kau berhenti bicara? kau sungguh berisik," protes Minguk yang duduk di bangku belakang. Dia sungguh malas mendengar perbincangan soal cinta. Apalagi dia mengalami 2 kali patah hati karena orang yang sama. Tapi dia tak memutuskan untuk membalas dendam. Terlebih karena Jungkook tak menikah dengan Jieun. Jadi tak ada alasan kuat untuknya membalaskan dendam.
Jaehyun segera turun setelah dia memarkirkan mobilnya di area parkir kantor polisi. Dia perlu memberi pelajaran pada Jia agar dia tak kembali berulah. Tadinya dia ingin sekali membuat Jia di penjara dengan tuduhan percobaan pembunuhan. Tapi Tzuyu mengatakan jika dia perlu bilang pada polisi agar menahan Jia selama satu atau beberapa hari agar memberikan efek yang jera untuk gadis itu.
"Siapa yang ingin makan pertama?" tanya Tzuyu yang hanya membuat Ahn memberikan tatapan malasnya. Masalahnya dia sungguh bisa makan sendiri. Tapi karena Jihoon tak mau makan, Tzuyu akhirnya meminta Ahn untuk membantunya membuat waktu makan Jihoon menjadi lebih menyenangkan.
Jihoon mengangkat tangannya dengan bahagia, membuat Tzuyu tersenyum lalu menyuapi putra bungsunya itu.
"Woah, Jihoon sangat pintar."
"Tidak sepelti hyung," ujar Jihoon yang membuat Ahn hanya memutar malas kedua bola matanya. Dia bukan anak kecil lagi, itu sebabnya hal ini justru membuatnya merasa bosan.
"Hyung mengalah untukmu. Kau masih kecil," jelas Ahn yang membuat Jihoon menatap sang kakak.
"Eomma, Jihoon juga mau mengalah."
Tzuyu memukul pelan dahinya. Ini pasti akan membuat Jihoon tidak mau makan lagi. "Tidak, Jihoon. Jihoon tadi menang."
"Hyung saja mengalah."
Melihat Tzuyu yang kesulitan menyuapi Jihoon benar-benar membuat Jungkook menahan tawanya. Tzuyu sudah mirip guru TK tadi. Tapi tetap saja hal itu tak membuat Jihoon mau makan dengan lahap.
"Kau sudah tahu soal pelakunya?" tanya Junghyun yang membuat atensi Jungkook teralihkan. "Ini seperti direncanakan, bukan?"
"Jia. Dia yang segaja merusak rem mobilku," jelas Jungkook yang tentunya membuat nyonya Jeon memasang wajah kesalnya. Dia menyesal karena menikahkan Jungkook dengan Jia. Tapi untuk saat ini tak ada gunanya menyesal. Terlebih karena semua itu adalah kesalahannya.
"Tapi tenang saja, aku hanya terluka sedikit saja. Besok aku bisa pulang," jelas Jungkook yang diiringi senyumannya.
"Kau pulang ke rumah eomma saja. Berbahaya jika kau pulang ke rumah. Bisa saja Jia merencanakan sesuatu di rumahmu," jelas nyonya Jeon yang membuat Jungkook mengangguk. Menurutnya, tak ada lagi yang perlu dia lakukan selain menuruti apa yang diminta oleh sang ibu. Terlebih karena dia tak yakin bisa menjaga keluarga kecilnya dalam kondisinya saat ini.
*
*
*"Ish." Jihoon memukul tangan Ahn yang memeluk tubuh sang ayah dengan raut wajah kesal.
"Bukankah kau bilang jika kau bosan pada appa?" tanya Ahn yang membuat Jihoon dengan segera menatap Tzuyu yang saat ini sedang fokus menatap layar ponselnya.
"Tidak boleh." Jihoon berusaha menyingkirkan tangan Ahn namun tetap saja hal itu tak membuat Ahn segera menyingkirkan tangannya.
Jaehyun tak pulang begitu saja. Dia saat ini masih berada di kantor polisi meskipun seharusnya dia segera pulang ke rumahnya. Dia membuka ponselnya, mencari beberapa informasi mengenai Jia. Dia yakin hal itu mungkin saja akan memudahkannya untuk mengatasi Jia.
Beberapa artikel mengenai Jia mulai bermunculan, membuat Jaehyun kini fokus membaca satu persatu artikel tersebut. Hingga salah satu artikel menarik perhatiannya.
Apa ini alasan Jia melakukan semua ini?
Dalam artikel itu dijelaskan bagaimana Jia ditinggalkan di altar pernikahan di hari besar dalam hidupnya itu. Mungkin ini menjadi sebuah trauma dimana Jia tak ingin kembali menjadi pihak yang ditinggalkan. Itulah sebabnya gadis itu bertindak gegabah dengan mencelakai Jungkook dengan alasan dia ingin Tzuyu juga merasakan apa yang dia rasakan.
Aku perlu bicara dengannya.
Jaehyun melangkah masuk kembali ke dalam kantor polisi. Namun dia menghentikan langkahnya saat melihat Jia memeluk lututnya dan menenggelamkan wajahnya di tumpukan tangannya. Dia yakin, jika Jia melakukannya dengan berani, dia tak mungkin seperti ini saat berada dalam sel.
"Jia." Panggilan Jaehyun itu membuat Jia dengan cepat mengangkat wajahnya. Dia lantas menatap Jaehyun yang saat ini merendahkan tubuhnya tepat di samping dirinya--mereka hanya terhalang oleh sel. "Kau ingin pulang?"
Jia hanya mengangguk dengan wajah memelasnya. Jaehyun membenci dirinya karena hatinya sungguh lemah jika sudah melihat seorang wanita seperti ini.
"Tapi kau sudah melakukan kesalahan," ujar Jaehyun dengan nada yang lembut, berharap hal itu tak membuat Jia merasa sakit hati.
"Aku tahu. Tapi tempat ini terlalu menyeramkan," jelas Jia.
"Kau pasti akan segera pulang, tapi untuk sementara kau harus diam di sini, anggap saja ini hukuman untukmu," ujar Jaehyun yang diiringi senyumannya.
"Aku berjanji tidak akan melakukannya lagi. Tapi aku mohon keluarkan aku dari sini."
Dia sungguh-sungguh mengatakannya atau tidak?
*
*
*Tzuyu hanya tersenyum sambil melipat pakaian milik Jungkook. Hari ini suaminya itu diperbolehkan untuk pulang. Jadi dia sungguh merasa senang.
"Tzuyu-ya, kau yakin tak ingin menikah ulang?" tanya Jungkook yang membuat Tzuyu mengangkat kedua bahunya.
"Aku rasa itu tak terlalu penting. Lagipula kita tidak berpisah sebelumnya. Jadi aku rasa itu tidak perlu."
"Anggap ini sebagai pengumumanku soal kau kembali, Tzuyu. Ayolah, aku mohon," pinta Jungkook yang sungguh membuat Tzuyu sulit untuk menolak. Tapi mau bagaimana lagi? dia tak mungkin juga menyetujui permintaan Jungkook itu. Terlebih dia tahu maksud dan tujuan Jungkook untuk menikah ulang.
"Rasanya ada yang kurang jika kita tidak menikah ulang, Tzuyu," ujar Jungkook sambil menggenggam tangan Tzuyu, berharap hal itu bisa merubah pikiran Tzuyu.
"Tidak berarti tidak, oppa."
"Aku yakin kau akan berubah pikiran nanti," tantang Jungkook diiringi dengan tingkah nakalnya dengan menaik turunkan alisnya.
TBC🖤
14 Aug 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Mom!!✅
Fanfiction[Sequel Hello Dad!!] Tzuyu selalu percaya jika scenario yang Tuhan berikan padanya benar-benar luar biasa. Tapi dia tak pernah menyangka sebuah mimpi buruk harus menghinggapi kisah hidupnya hingga membuatnya harus kehilangan segalanya termasuk kelua...