Jungkook terbangun ketika cahaya matahari menyorot langsung ke matanya. Dia kemudian mendongakan kepalanya, menatap laci milik Tzuyu dan tersenyum.
"Tzuyu-ya, apa tidurmu nyenyak? aku harus segera pergi, aku harap kau tidak kesepian di sana."
Jungkook memang sudah seperti orang gila sekarang. Dia sungguh terpukul dengan kepergian Tzuyu yang terjadi secara mendadak itu. Tapi sisi lain dia juga tak boleh terlihat bersedih karena Ahn dan juga Jihoon sangat membutuhkannya. Itulah sebabnya saat ini Jungkook malah terkesan seperti orang yang sangat bingung dengan dirinya sendiri.
Jungkook berjalan meninggalkan krematorium itu. Dia memang merasa sangat berat untuk pergi dari sini. Tapi seberat apapun, dia tetap harus kembali pulang. Dia bisa menemui Tzuyu setiap kali dia punya waktu. Dia bahkan berjanji untuk mengunjungi Tzuyu setiap hari.
Tatapan Jungkook sungguh kosong meskipun saat ini dia sedang dalam keadaan menyetir. Bukankah ini cukup berbahaya untuk dirinya? namun ketika dia tersadar, dia langsung saja terfokus pada jalanan. Dia tak bisa seperti ini. Meskipun dia sangat terpukul, dia harus tetap tegar. Apalagi Ahn dan Jihoon masih sangat kecil. Dia yakin jika Ahn tahu soal Tzuyu, dia pasti akan sangat marah pada Jungkook karena tidak bisa menjaga ibunya itu.
"Oppa, tolong jaga Ahn dan Jihoon." Jungkook langsung menoleh saat dia mendengar suara Tzuyu. Dia sungguh terkejut karena saat ini Tzuyu duduk di kursi yang ada di sampingnya.
"Tzu–Tzuyu?"
Tzuyu menggeleng. "Tidak, jangan pikirkan aku lagi. Saat ini kau hanya perlu menjaga Ahn dan Jihoon. Aku bersyukur karena kau adalah ayah yang baik."
"Tzuyu, kenapa kau pergi?"
"Aku tidak pergi, oppa, aku tetap berada di sampingmu, dalam hatimu."
Jungkook menepi, dia kemudian menjadikan setir mobilnya sebagai sandarannya untuk menangis. Dia tahu, saat ini dia mulai berhalusinasi dan hal ini benar-benar membuat gejolak kesedihan itu kembali dia rasakan.
"Oppa, kau boleh bersedih, tapi kau tidak boleh terus terpuruk. Aku akan ikut menangis saat air matamu jatuh."
"Aku berjanji tidak akan menangis kecuali di hadapanmu. Tapi bisa kau kembali untukku karena rasanya sangat menyakitkan dengan menahan semua air mata itu. Aku sungguh membutuhkanmu agar kau bisa memelukku dan menenangkanku."
Jungkook mengangkat kepalanya dan tersenyum miris saat Tzuyu tak lagi duduk di sampingnya. Dia kemudian menyandarkan tubuhnya, memukul dadanya yang saat ini terasa semakin sesak.
"Andai aku diberi satu permintaan, aku pasti akan memintamu kembali, Tzuyu."
*
*
*"Appa baru pulang?" tanya Ahn yang saat ini sudah siap dengan seragam sekolahnya.
Jungkook mengangguk sambil tersenyum. Dia kemudian merendahkan tubuhnya sejajar dengan Ahn dan mengusap pucuk kepalanya. "Belajarlah dengan giat, appa ingin kau jadi anak yang cerdas. Maaf, appa tidak bisa mengantarmu."
Ahn hanya mengangguk lalu menunjuk Jaehyun yang kini sudah berdiri sambil melambaikan tangannya. "Uncle yang akan mengantarku. Tadi dia juga membuatkan telur mata sapi untukku."
"Benarkah? kalau begitu, cepatlah, kau bisa terlambat."
Jungkook berdiri saat Ahn berlari menghampiri Jaehyun. Jungkook tak cukup kuat untuk berbalik dan melambaikan tangannya pada Ahn karena yang dia lihat malah Tzuyu yang sedang berdiri bersama Ahn di sana.
Jungkook menatap beberapa potret Tzuyu yang terpasang di dinding. Dia semakin tersayat saat melihat potret keluarga kecil mereka di sana. Namun dengan sekuat hatinya, dia berusaha tegar dengan menggigit bibir bagian dalamnya.
"Kau sangat cantik saat kau tersenyum," puji Jungkook yang kemudian mengusap potret itu.
Jungkook beralih menuju kamarnya. Dia perlu membersihkan dirinya dan mengganti bajunya. Namun saat melewati kamar Ahn, dia tiba-tiba saja menghentikan langkahnya saat dia mendengar suara Tzuyu. Dia lalu membuka pintu kamar tersebut dengan sangat pelan dan tersenyum saat mendapati Tzuyu sedang bermain dengan Jihoon. Namun senyumannya langsung hilang saat apa yang dia lihat tiba-tiba saja menghilang.
Rumah itu memang sudah menjadi saksi bisu dari perjalanan cinta mereka. Dia bahkan ingat ketika untuk pertama kalinya dia mengajak Tzuyu ke sana. Saat itu dia sungguh ingin tertawa karena kebodohannya yang justru meletakan potret Jieun di kamarnya.
"Ah, aku menangis lagi," gumam Jungkook sambil mengusap air matanya. Namun dia kembali tersenyum, seolah menguatkan dirinya sendiri. "Semuanya akan berjalan baik-baik saja meskipun aku harus menangis saat malam hari."
Jungkook berjalan menuju kamarnya, namun dia tak langsung bergegas ke kamar mandi. Dia terlebih dulu berjalan menuju lemarinya, mengambil baju milik Tzuyu dan meletakannya di atas ranjang.
"Aku akan menyimpan baju kesayanganmu. Aku harap kau bisa mengenakannya saat kau kembali."
"Apa dia baik-baik saja?"
"Dia masih belum sadar dari komanya."
Pria yang bertanya tadi hanya mengangguk. Dia kemudian melihat pasien itu dari jendela yang langsung terhubung ke kamar pasien tersebut. Satu hal yang pasti, dia sungguh tak percaya jika saat ini adiknya bisa kembali dia temukan. Ah, bukan adiknya, melainkan orang yang mirip sekali dengan adiknya.
"Chou Tzuyu. Nama yang menarik."
Pria itu kembali meletakan tanda pengenal Tzuyu ke dalam sakunya lalu duduk di kursi panjang yang terletas di depan ruang rawat Tzuyu.
Sebenarnya pria itu menemukan Tzuyu pada hari dimana Tzuyu terjatuh dari jembatan. Dia tak sengaja menemukan Tzuyu saat dia akan mengambil bola milik seorang anak yang menangis di tepi sungai. Dia juga tak menyangka akan ada seorang wanita tak sadarkan diri saat dia turun ke sungai itu.
*
*
*Jihoon saat ini masih berada di kediaman keluarga Jeon. Sejak kemarin, tubuhnya benar-benar panas. Bahkan dia terus menangis karena merasa sangat tidak nyaman.
"Aku rasa dia tahu soal ibunya," ujar Yiren yang membuat nyonya Jeon menatap Jihoon dengan tatapan ibanya. Pasalnya, Jihoon harus kehilangan ibunya di usianya yang masih sangat kecil. Mungkin Jihoon tak akan ingat pada Tzuyu.
Nyonya Jeon cukup terkejut karena tiba-tiba saja Jungkook menggendong Jihoon. Dia sungguh tak menyadari kedatangan Jungkook di sana.
Dengan lembut Jungkook menepuk punggung Jihoon. Dia juga bersenandung kecil hingga membuat Jihoon merasa lebih tenang.
"Jihoonie, eomma dan appa sangat menyayangimu. Kau sangat kuat, bukan? appa membutuhkanmu untuk kembali tersenyum," bisik Jungkook yang kemudian mencium pipi Jihoon. Dia bernapas lega karena saat ini Jihoon bisa tertidur dan berhenti menangis.
"Kapan kau datang?"
"Tadi, aku khawatir pada Jihoon. Itu sebabnya aku kemari." Jungkook menghela napasnya dan menjeda. "Aku akan membawa Jihoon saja. Rumah terasa sangat sepi jika Ahn pergi ke sekolahnya dan hal itu bisa membuatku menangis lagi."
"Baiklah, kau bisa membawanya."
Jungkook tersenyum kemudian menatap Jihoon yang saat ini sudah tertidur pulas dengan menyandarkan pipinya di bahu Jungkook. Dia yakin, Jihoon pasti bisa merasakan apa yang sebenarnya terjadi saat ini. Dia hanya berharap semuanya berjalan baik seperti sebelumnya dan satu hal yang pasti, dia akan menjaga Ahn dan Jihoon seperti yang Tzuyu minta.
Aku akan menyimpanmu dengan baik di dalam hatiku, Tzuyu.
TBC🖤
21 Jul 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Mom!!✅
Fiksi Penggemar[Sequel Hello Dad!!] Tzuyu selalu percaya jika scenario yang Tuhan berikan padanya benar-benar luar biasa. Tapi dia tak pernah menyangka sebuah mimpi buruk harus menghinggapi kisah hidupnya hingga membuatnya harus kehilangan segalanya termasuk kelua...