#29 Accident

763 142 34
                                    

Melihat Jihoon menangis memang hal yang paling menyakitkan untuk Tzuyu. Terlebih karena selama ini dia sudah meninggalkan Jihoon karena insiden tak terduga yang sebelumnya terjadi padanya. Dia hanya berharap hal yang membuat si bungsu terus menangis segera pergi. Dia benar-benar tak bisa jika harus melihat Jihoon seperti ini.

"Hanya tinggal sedikit lagi. Apa Jihoon suka meminum obatnya?" tanya sang dokter yang membuat Tzuyu baru ingat. Yap, selama ini Jihoon benar-benar tak pernah meminum obatnya. Bahkan Tzuyu sama sekali tak tahu Jungkook meletakan obat Jihoon di mana.

"Jika dia memakan obatnya, aku yakin pneumonianya akan segera sembuh karena belum terlalu parah. Pastikan dia meminum obatnya. Jika perlu, kau bisa melakukan cara yang paling Jihoon sukai seperti memasukannya ke dalam makanannya."

Tzuyu hanya mengangguk mendengar penjelasan dari dokter itu. Dia berjanji pada dirinya sendiri jika kedepannya dia tak akan membiarkan Jihoon melewatkan jam untuk meminum obatnya. Dia akan ekstra menjaga Jihoon bagaimanapun caranya.

"Eomma, apa Jihoon baik-baik saja?" tanya Ahn sambil memainkan kaki Jihoon yang tergantung. Meski awalnya dia memang menolak kehadiran sang adik, kini dia justru sangat menyayangi adiknya itu.

"Dia pasti akan baik-baik saja. Ahn sudah menjaganya dengan baik selama ini," ujar Tzuyu yang membuat Ahn tersenyum.

Mereka saat ini melangkahkan kaki mereka menuju apotik yang ada di dalam rumah sakit itu. Tzuyu perlu menebus beberapa obat dan vitamin untuk Jihoon di sana. Tadinya Tzuyu ingin meminta Ahn menunggu, tapi bayangan Jia membuatnya secara terpaksa mengajak serta Ahn untuk ikut mengantri. Lagipula saat ini tak ada yang mengantri. Jadi dia merasa lebih tenang.




Tok!
Tok!
Tok!

Ketukan palu hakim membuat Jungkook langsung tersenyum. Seluruh beban yang dia angkat di punggungnya seolah terangkat begitu saja karena mulai detik ini Jia bukan lagi istrinya. Tapi satu hal yang membuatnya merasa janggal. Yap, Jia yang tak menuntut apapun terhadap Jungkook padahal Jungkook sangat yakin jika Jia ingin hartanya atau salah satu putranya agar dia hidup menderita. Nyatanya tidak sama sekali. Bahkan Jia nampak tenang dan tak mengatakan banyak hal.

Jungkook melangkahkan kakinya menuju parkiran. Dia merasa jika saat ini dia perlu melakukan perayaan kecil soal kemenangannya--meski dia masih dibayangi ketakutan perihal Jia yang bisa saja berbuat sesuatu yang buruk pada keluarganya.

Jia hanya tersenyum miring melihat mobil Jungkook berlalu begitu saja. Dia lantas melirik sang ibu. "Dia bahagia saat kehancurannya akan segera dimulai. Apa eomma sudah melakukannya? Tzuyu harus kehilangan Jungkook sama seperti aku kehilangan dirinya."

"Supir kita yang sudah melakukannya. Hanya perlu menunggu berita itu muncul," ujar nyonya Park yang kemudian melakukan tos dengan sang putri.

Hari ini akan jadi hari terakhirmu menghirup udara dunia, Jeon Jungkook.

Tepat saat persidangan itu berlangsung, nyonya Park sudah meminta sang supir untuk memutus rem mobil Jungkook sehingga pria Jeon itu akan mengalami kecelakaan hebat jika dia mengebut. Jia tahu, Jungkook adalah tipikal pria yang berhati-hati dalam segala hal. Tapi dia yakin sepulang persidangan, pria itu akan kegirangan dan tak akan berhati-hati.




Jungkook memutar lagu dengan ritme pelan. Dia sungguh tak sabar memberitahu kabar gembira ini pada Tzuyu dan dia yakin, hal ini pasti akan membuat Tzuyu sangat bahagia.

Jungkook bersenandung sambil memperhatikan jalanan--suasana hatinya sungguh bagus saat ini. Dia bahkan berkali-kali tersenyum, membayangkan akan sebahagia apa Tzuyu nantinya.

Jalanan sangat sepi, membuat Jungkook mulai menaikan kecepatan mobilnya tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi pada mobilnya. Dia terlalu memikirkan bagaimana ekspresi Tzuyu hingga dia tak terlalu memikirkan hal yang lain.

Lampu merah membuat Jungkook menginjak pedal remnya. Namun sayang sekali remnya sama sekali tak berfungsi hingga membuatnya sangat panik. Terlebih banyak sekali orang yang sudah bersiap untuk menyebrang. Hal ini membuat Jungkook secara terpaksa membanting stirnya ke arah kiri dan hampir membuat sebuah truk besar menabrak mobilnya. Untung saja dewi Fortuna masih berpihak padanya sehingga truk itu tak langsung menabraknya. Meski begitu, Jungkook tetap tertabrak salah satu mobil dan mengakibatkan mobilnya terseret beberapa meter.

Kepala Jungkook berkedut. Dia berusaha untuk tetap membuka mata dan keluar dari mobilnya untuk melihat kekacauan apa yang sudah dia perhatikan. Darah segar sudah mengalir dari kepalanya akibat pecahan kaca yang mengenai dahi dan pipinya. Dia bersyukur karena pecahan itu tak mengenai matanya.

Jungkook sudah berusaha untuk tetap terjaga. Bahkan saat sudah banyak sekali orang yang mengerumuni mobilnya, memastikan jika dia baik-baik saja. Namun sayangnya dia sudah tak kuat lagi untuk menjaga kesadarannya hingga akhirnya dia menutup matanya berharap dia bisa membuka matanya kembali. Dia sungguh tak ingin meninggalkan Tzuyu, Ahn, dan Jihoon seperti ini.

*
*
*

Kekhawatiran menyelimuti Tzuyu saat ini. Terlebih karena Jungkook tak kunjung dipindahkan dari ruang gawat darurat itu. Tzuyu masih sangat terkejut mendengar kecelakaan menyeramkan yang dialami Jungkook. Bahkan saat polisi-polisi itu menunjukan rekaman CCTV dipersimpangan itu, Tzuyu benar-benar tak kuat untuk melihatnya.

"Eomma, appa akan baik-baik saja." Tzuyu menoleh ke arah Ahn yang kini sudah menggenggam tangannya, sama seperti yang dia lakukan tiap kali Tzuyu merasa sedih dulu.

Tanpa mengatakan apapun, Tzuyu langsung saja mendekap Ahn. Dia tahu, tak seharusnya Ahn melihat semua hal ini. Terlebih karena dia terlalu kecil untuk melihat kejadian mengerikan ini.

"Aku sudah berjanji pada appa untuk menjaga eomma," jelas Ahn sambil mengusap air mata yang tak kunjung berhenti mengalir dari manik cantik sang ibu.

Bukan hanya Ahn saja yang menguatkan Tzuyu. Jihoon juga. Dia mengecup manis pipi Tzuyu lalu tersenyum. Tzuyu tahu, Jihoon pasti tak mengerti apapun dan dia tak akan membuat putra kecilnya itu mengerti semua hal yang terjadi pada ayahnya.

Awalnya Tzuyu berniat menitipkan Jihoon dan Ahn kepada ibu mertuanya. Tapi bayangan Jia sungguh membuatnya takut jika Jihoon dan Ahn terluka. Itulah kenapa dia memutuskan untuk membawa serta Ahn dan juga Jihoon.

Suara langkah menggema di lorong itu, membuat Tzuyu otomatis menoleh. Dia mengerutkan dahinya saat pria itu tiba-tiba saja menghentikan langkahnya. Bahkan pria itu sampai memasang wajah super terkejut hingga lututnya melemas dan akhirnya dia berlutut.

Yap, dia Jaehyun, sang asisten setia dari Jungkook. Dia sungguh tak menyangka jika saat ini dia menemui Tzuyu secara langsung karena selama ini Jungkook tak pernah mengatakan apapun soal Tzuyu yang kembali. Dia merasa seperti dia sedang melihat mayat yang hidup kembali sekarang.

Jaehyun beranjak lalu dengan cepat dia melangkahkan kakinya menuju Tzuyu lalu duduk di sampingnya. Dia sungguh kehabisan kata-katanya. Lidahnya sungguh kelu bahkan hanya untuk menanyakan sebuah kabar.

Sebelumnya ini memang pernah terjadi. Tapi ini sungguh lain sebab dia sendiri yang mencari jasad Tzuyu lalu dia juga menyaksikan secara langsung bagaimana jasad itu berubah menjadi abu.

"Tidak perlu takut. Aku Tzuyu."

"A-aku sungguh t-tak percaya i-ni," ujar Jaehyun dengan terbata-bata, membuat Ahn mulai tertawa.

"Uncle sangat lucu," ujar Ahn yang membuat Jihoon ikut tertawa dengan sebelah tangannya menutup mulut dan satunya dia gunakan untuk menunjuk Jaehyun.




Jia mengepalkan tangannya, dengan rahang mengeras dan mata penuh amarah, dia memukul dinding kamarnya. "Jeon Jungkook, kenapa kau sungguh beruntung?" geramnya. Dia lantas berbalik, berjalan menuju papan tulis putih yang ada di sana lalu menghapus sesuatu.

"Rencana B. Aku pastikan kali ini kau sungguh akan menemui ajalmu. Jika aku tak bisa memilikimu, itu artinya orang lain juga tidak bisa memilikimu."

TBC🖤

11 Aug 2020

Ada yg nyadar gk sih? kmaren aku up part #24 pdahal harusnya #28😭 mon maap aku rada gagal fokus🤣🤣

Hello Mom!!✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang