Jungkook benar-benar tak betah duduk diantara 2 keluarga saat ini. Dia sungguh ingin pergi dari sana andai perusahaannya bukanlah taruhan yang digunakan ibunya.
Selagi nyonya Jeon dan nyonya Kim berbicara soal perjodohan mereka, Jungkook terus mengaduk makanannya, berharap semuanya akan cepat berlalu tanpa adanya kesepakatan. Dia sangat berharap jika nyonya Kim mau menolak soal perjodohan untuk putrinya.
Tangisan Jihoon membuat Jungkook beranjak. Dia merasa jika putra kecilnya itu memberikannya sebuah alasan untuk bisa terlepas dari meja makan. Telinganya sungguh panas ketika ibunya terus saja mencocokan dirinya dengan Jia.
"Aigo, putra appa terbangun?"
Yiren cukup terkejut ketika tiba-tiba saja Jungkook merebut Jihoon darinya.
Jungkook menepuk halus punggung Jihoon sambil menaiki anak tangga. Alasan utamanya adalah agar dia tak perlu bertemu lagi dengan Jia ataupun keluarganya. Dia heran kenapa Jia begitu terobsesi padanya. Padahal sudah jelas dia adalah pria yang sudah memiliki 2 anak. Dia curiga keluarga Jia hanya ingin hartanya.
Jungkook menghela napasnya saat Jihoon sudah mulai nyenyak di dalam pelukannya. Dia tahu, Jihoon pasti merindukan Tzuyu. Itulah kenapa bayi kecil itu terus menempel padanya.
"Jihoonie, kau tidak akan setuju jika ada eomma baru, 'kan?" tanya Jungkook sambil merapikan rambut Jihoon yang masih tipis. "Appa juga tidak setuju."
Jungkook melangkahkan kakinya menuju balkon. Namun sebelumnya dia mengambil selimut kecil milik Jihoon agar Jihoon tak merasa kedinginan.
Jungkook duduk di salah satu kursi yang ada di sana, menyandarkan tubuhnya hingga setengah berbaring, lalu meletakan Jihoon di atas dadanya lalu menyelimutinya.
Dia tersenyum melihat bulan yang bersinar begitu terang seakan sedang mengobati kerinduan Jungkook pada Tzuyu.
"Tzuyu-ya, aku sungguh merindukanmu," gumamnya dengan tangannya yang terus menepuk halus punggung Jihoon. "Ahn bahkan terus bertanya kapan kau akan pulang."
"Kookie-ya, kau masih belum bisa melupakan Tzuyu?"
Jungkook menegakan posisi duduknya secara perlahan, menoleh ke arah Junghyun yang saat ini berdiri dengan memasukan kedua tangannya ke dalam saku.
"Kau sangat mencintainya?"
"Itu benar-benar pertanyaan yang konyol," protes Jungkook yang membuat Junghyun terkekeh.
"Kookie, kau yakin bisa melakukan segalanya? aku tahu kau sangat mencintai Tzuyu. Tapi dengan terus menolak—"
"Hyung, kau sama dengan eomma."
Junghyun duduk di kursi yang ada di samping Jungkook. "Ahn dan Jihoon membutuhkan seorang ibu, Kookie. Mungkin secara emosional kau tidak ingin menggantikan posisi Tzuyu dengan yang lain. Tapi hal itu hanya akan membuat putramu kesulitan."
Jungkook sadar soal hal itu. Terlebih karena beberapa perkembangan Jihoon yang membuatnya sedikit stres. Itulah kenapa dia terus mengajak Jihoon bicara agar kemampuan bicara Jihoon bisa meningkat.
"Bagaimanapun, sosok ibu tidak akan bisa digantikan oleh apapun, Kookie."
Itulah kenapa Tzuyu tidak bisa digantikan oleh orang lain. Bahkan Jihoon tidak mau mengatakan kata 'eomma'
*
*
*Jungkook tersenyum kemudian membungkukan tubuhnya sembari memegangi punggung Jihoon agar tak terjatuh. Ya, sejak tadi Jungkook terus saja menggendong Jihoon meskipun putranya itu sudah tertidur. Dia hanya ingin menegaskan jika dia tak akan melanjutkan hidupnya dengan menikah lagi. Lagipula dia masih bisa melakukan semuanya sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Mom!!✅
Fiksi Penggemar[Sequel Hello Dad!!] Tzuyu selalu percaya jika scenario yang Tuhan berikan padanya benar-benar luar biasa. Tapi dia tak pernah menyangka sebuah mimpi buruk harus menghinggapi kisah hidupnya hingga membuatnya harus kehilangan segalanya termasuk kelua...