"Aku ingin menikah." Jungkook menghentikan aktivitasnya lalu melirik ke arah Jaehyun yang kini berdiri canggung di hadapan meja kerjanya.
"Coba katakan sekali lagi," pinta Jungkook yang membuat Jaehyun mengatur napasnya, berharap hal itu bisa menormalkan kembali detak jantungnya. Dia sungguh tak mengerti kenapa detak jantungnya begitu berantakan sekarang.
"Aku ingin menikah."
"Lalu kenapa kau melaporkannya padaku? itu urusan pribadimu," ujar Jungkook yang kembali fokus pada pekerjaannya.
"Dengan Jia."
"MWO?" Jungkook menatap Jaehyun dengan tatapan tak percayanya. "Jia..."
"Iya. Jia yang kau maksud," sela Jaehyun yang kembali membuat Jungkook memberikan tak percayanya. Dia terlihat terkejut sekaligus bahagia dalam waktu yang bersamaan. Terlebih karena pada akhirnya Jaehyun akan menikah. Tapi dengan Jia? sepertinya bukan pilihan yang bagus menurutnya.
"Kenapa harus dengan Jia? tak ada yang lain?" tanya Jungkook yang hanya membuat Jaehyun mengangkat kedua bahunya. Dia juga tak mengerti kenapa dia tiba-tiba saja menyukai Jia.
"Kau bilang itu urusan pribadiku," protes Jaehyun yang membuat Jungkook berdecak kesal. "Jia tak sejahat yang kau duga."
"Kau hanya belum tahu sikap aslinya."
"Aku justru tahu sikap aslinya. Sudah ya, tidak perlu protes karena aku hanya ingin memberitahumu saja, bukan mendengarkan protes darimu," ujar Jaehyun yang memilih untuk berlalu, membuat Jungkook hanya menatap heran Jaehyun yang kini sudah menghilang setelah pintu itu tertutup.
Jungkook berdesis lalu berdecak memikirkan kenapa Jaehyun bisa sampai menyukai Jia bahkan setelah Jaehyun tahu bagaimana Jia mencelakai keluarganya. "Apa dia tidak tahu mana yang baik dan tidak? kenapa dia ingin menikah dengan penyihir?"
Jungkook menggeleng, memutuskan untuk tak memikirkan soal Jaehyun dan Jia lagi. Menurutnya itu bukanlah urusannya.
Suara pintu terbuka membuat atensi Jungkook teralih. Dia lantas menatap wanita yang baru saja masuk dengan wajah kesalnya.
"Ada apa? kenapa kau sampai datang kemari?" tanya Jungkook sambil melangkah ke arah Tzuyu yang kini duduk di sofa yang tersedia di sana. "Kau kesal?"
"Kenapa tidak mengajakku?" tanya Tzuyu dengan memalingkan wajahnya. Bahkan dia menepis tangan Jungkook yang berusaha mengusap rambutnya.
"Kau tadi masih tidur. Aku tak tega membangunkanmu," jelas Jungkook yang membuat Tzuyu meliriknya sebelum akhirnya kembali memalingkan wajahnya. "Kau sungguh merasa kesal hanya karena ini?"
"Bukan 'hanya' ini menyangkut soal--"
"Tzuyu-ya, pekerjaanku menumpuk karena kita menginap di rumah orang tuamu dan tadi pagi kebetulan kau masih tertidur. Sudah ya, tidak perlu marah."
Tzuyu mendelik. "Yasudah, aku memang tidak penting."
Jungkook menahan Tzuyu yang kini mulai berdiri. "Justru karena kau penting makanya aku tak membangunkanmu. Ah ya, apa kau membawa Jihoon juga?"
"Dia bersama Younji di luar. Ck, ayah dan anak sama-sama suka tebar pesona," ujar Tzuyu sambil berusaha melepaskan genggaman tangan Jungkook. Namun sepertinya tenaga Jungkook lebih kuat darinya.
"Maksudmu?"
Tzuyu mendelik lalu mengeluarkan ponsel milik Jungkook. Dia kemudian menunjukan pesan singkat yang masuk ke ponsel suaminya itu. "Kenapa memberikan nomor pada sembarang orang?"
Jungkook hanya membulatkan matanya lalu menatap langsung ke manik hazel Tzuyu. Dia tak mengerti kenapa lidahnya benar-benar kelu sekarang. Padahal dia tak melakukan hal apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Mom!!✅
Fiksi Penggemar[Sequel Hello Dad!!] Tzuyu selalu percaya jika scenario yang Tuhan berikan padanya benar-benar luar biasa. Tapi dia tak pernah menyangka sebuah mimpi buruk harus menghinggapi kisah hidupnya hingga membuatnya harus kehilangan segalanya termasuk kelua...