"Kau sudah berjanji, jadi kau perlu menepatinya," ujar Jaehyun memastikan. Dia tak yakin jika Jia sungguh-sungguh dengan janjinya.
Jia mengangguk. "Aku akan menepati janjiku. Tapi aku punya syarat."
Jaehyun mengerutkan dahinya. Dia merutuki dirinya yang terbutakan oleh rasa sayangnya pada Jia meskipun tingkah gadis itu sungguh sudah kelewat batas. "Katakan saja."
Jia mendekat, membuat Jaehyun langsung memundurkan langkahnya. Terlebih karena tatapan Jia yang benar-benar terlihat nakal sekarang.
"Kau tidak sedang mabuk 'kan?"
"Realistis saja, apa aku bisa mabuk saat aku ditahan?" tanya Jia yang kemudian menyunggingkan senyum jahatnya. "Kau mudah sekali percaya."
"Ja-jadi?"
"Terimakasih karena telah membebaskanku dengan mudah, jangan harap aku akan menepati janjiku," bisik Jia yang kembali tersenyum puas. Namun saat dia akan pergi, Jaehyun dengan cepat menarik tangannya hingga Jia kini jatuh ke dalam pelukannya.
"Apa dengan mencelakai orang membuatmu senang? kalau begitu celakai aku saja, jangan Jungkook ataupun Tzuyu," ujar Jaehyun sambi tetap memeluk Jia. "Jika itu memang yang membuatmu bahagia. Aku bisa mengorbankan diriku."
Jia mendorong tubuh Jaehyun namun sepertinya hal itu tak berpengaruh apapun. "Kau pikir semudah itu?"
"Selama itu bisa meluapkan apa yang ada dalam hatimu dan bisa menyembuhkan lukamu, kau bisa melakukannya."
Jaehyun tahu, bertindak bodoh seperti ini bukanlah dirinya. Selama ini dia selalu menjadi orang yang selalu mengambil keputusan tepat tanpa memikirkan hal lainnya. Bahkan jika diibaratkan, dia sudah seperti pengendali Jungkook dimana dia selalu menjadi logika Jungkook jika pria itu tengah mengedepankan perasaannya.
Situasi Jia sama seperti situasi Jungkook sebelumnya. Perbedaannya hanya pada cara pelampiasan. Jika Jungkook melampiaskannya tanpa melibatkan orang lain, Jia justru sebaliknya.
"Apa ini karena pria yang pergi meninggalkanmu di altar pernikahan? lalu dendammu bertambah sebab Jungkook sama sekali tak menganggapmu?"
Jia hanya terdiam mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut Jaehyun. Dia merasa jika hatinya seolah menjawab setiap pertanyaan yang Jaehyun ajukan. Meskipun dia berusaha berontak, hatinya tetap tak akan pernah bisa berbohong. Bahkan dia merasa jika saat ini dia ingin sekali menangis.
"Benar 'kan? kegagalan memang membuat banyak orang berubah. Yang ku tahu, kau adalah putri keluarga Park yang sangat baik."
Dengan ragu tangan Jia mulai bergerak, membalas pelukan Jaehyun yang mulai terasa nyaman.
"Aku mencari tahu banyak hal tentangmu dan dirimu yang saat ini sungguh jauh dari Jia yang sebenarnya," gumam Jaehyun yang mulai menggerakan pipinya secara halus di pucuk kepala Jia. "Kembalilah ke dirimu, Jia."
Jaehyun memang tak sedekat teman ataupun kekasih Jia. Tapi dia cukup tahu banyak hal soal Jia. Hanya saja, dia terlambat mengetahui soal berita dimana Jia yang ditinggalkan di altar pernikahan. Andai dia tahu ini dari awal, dia mungkin bisa meminimalisir kejadian-kejadian buruk itu dengan menggantikan posisi Jungkook sebagai pengantin.
"Tak seharusnya kau memperlakukanku dengan baik," ujar Jia dengan suara seraknya. "Aku sudah menjadi kriminal."
"Kau masih bisa meminta maaf 'kan?"
"Seharusnya kau membiarkanku tetap di dalam sel."
"Aku tak sanggup melihatmu seperti itu. Lagipula Tzuyu yang memintaku untuk membebaskanmu secepat mungkin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Mom!!✅
Fanfic[Sequel Hello Dad!!] Tzuyu selalu percaya jika scenario yang Tuhan berikan padanya benar-benar luar biasa. Tapi dia tak pernah menyangka sebuah mimpi buruk harus menghinggapi kisah hidupnya hingga membuatnya harus kehilangan segalanya termasuk kelua...