Takdir memang sangat lucu, membuat Jungkook terkadang tertawa, namun juga menangis dalam waktu yang bersamaan.
Seperti saat ini, dia sedang terlarut dalam pembicaraan mendalam dengan Tzuyu.
"Tzuyu-ya, Ahn akan ikut lomba melukis besok. Aku harap kau mendo'akannya agar dia menang," gumam Jungkook yang kemudian meletakan foto yang dia ambil bersama Ahn dan Jihoon baru-baru ini. "Ini sudah lama berlalu, tapi aku selalu berharap jika kau bisa kembali."
Seseorang menepuk bahunya, membuat Jungkook langsung saja menoleh.
"Aku sudah menunggumu dari tadi," jelas Jaehyun yang kemudian membuat Jungkook tersenyum. "Hari ini kau harus menghadiri sebuah pertemuan. Ah ya, Jihoon juga sudah sangat bosan berada di dalam mobil."
"Baiklah, aku akan segera ke mobil, aku perlu mengucapkan sampai jumpa pada Tzuyu."
Jaehyun menepuk bahu Jungkook lalu berjalan menuju ke parkiran lagi. Dia benar-benar kagum pada rasa cinta Jungkook yang seakan tak pernah padam meskipun dunia sudah memisahkannya dengan Tzuyu. Dia hanya berharap suatu hari, dia bisa menemukan cinta yang sama seperti yang Jungkook temukan dari Tzuyu.
"Anak-anak, saatnya makan," Tzuyu berteriak dengan celemek yang membalut tubuhnya. Dia selalu bahagia jika Minguk mengajaknya ke panti asuhan milik keluarga Jo itu. Dia bahagia karena tempat ini terus membuat kilasan-kilasan memorinya kembali. Bahkan kilasan-kilasan itu semakin jelas sekarang.
"Oppa, apa aku sungguh tidak punya kekasih atau mungkin suami?" tanya Tzuyu sambil membagikan makanan itu kepada anak-anak.
"Kau masih bertanya soal itu? Joohee, aku sudah mengatakannya berkali-kali, 'kan?"
Tzuyu tak tahu kenapa setiap pernyataan yang Minguk katakan selalu saja meyakinkan dirinya jika yang dia dengar memanglah yang sebenarnya.
Meskipun banyak hal yang bertentangan dengan apa yang dia lihat pada kilasan ingatannya.
Aku penasaran pada anak kecil yang terus saja memanggilku 'eomma'. Aku benar-benar ingin secepatnya mengingat semuanya.
Jihoon saat ini menangis, membuat Jungkook semakin bingung harus melakukan apalagi. Bahkan saat ini Jungkook sudah menepuk-nepuk punggung putra kecilnya itu.
"Jihoonie, apa kau mengantuk?" tanya Jungkook yang justru membuat Jihoon tak menjawab ataupun berhenti menangis.
"Appa, sakit," adu Jihoon yang membuat Jungkook langsung panik. Dia menyentuh dahi Jihoon namun suhu tubuhnya normal. "Appa."
"Iya, sayang, apa yang sakit, hm?"
Jihoon tak menjawab dan terus menangis. dia sepertinya bingung harus mengatakan apa pada ayahnya itu.
Jungkook membuka botol air mineral lalu memasukan sedotan dan memberikannya pada Jihoon. "Ayo minum. Nanti rasa sakitnya hilang."
Jihoon menurut, dia langsung saja meminum air mineral itu dan berhenti menangis.
Apa aku perlu membawa Jihoon ke dokter?
Jihoon memang sering menangis menahan rasa sakitnya. Tapi Jungkook tetap saja tak tahu apa yang membuat Jihoon merasa kesakitan. Selama ini dia terlalu takut untuk membawa Jihoon check-up. Dia takut hasilnya membuat dirinya semakin terbebani.
"Jihoonie, memangnya apa yang sakit?" tanya Jungkook yang kemudian membuat Jihoon menunjuk dadanya.
"Sangat sakit," jelas Jihoon yang terlihat akan menangis lagi. Namun karena Jungkook mencium dahinya dan memeluknya, Jihoon tak jadi melanjutkan tangisnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Mom!!✅
Fanfiction[Sequel Hello Dad!!] Tzuyu selalu percaya jika scenario yang Tuhan berikan padanya benar-benar luar biasa. Tapi dia tak pernah menyangka sebuah mimpi buruk harus menghinggapi kisah hidupnya hingga membuatnya harus kehilangan segalanya termasuk kelua...