#26 Garis Takdir

745 143 13
                                    

Jungkook menyandarkan tubuhnya, memejamkan matanya saat dia kembali tiba ke dalam mobilnya. Helaan napasnya begitu berat hingga membuat Tzuyu kini menatapnya.

"Apa semuanya baik-baik saja?" tanya Tzuyu yang kemudian membuat Jungkook mengangguk.

Jungkook merasa jika semua hal yang terjadi di depan matanya benar-benar berantakan sekarang. Dari mulai kabar Tzuyu tiada, lalu dia dipaksa menikah, lalu sekarang dia sulit untuk berpisah dengan Jia.

Jungkook menatap lamat Tzuyu, benar-benar merasa bersalah soal keputusan tidak tepat yang dia ambil. Andai dia mau bersabar, mungkin semuanya tidak akan sekacau saat ini.

Jungkook mulai menghidupkan mesin mobilnya. "Mau menemui Sana noona?"

Rencana Jungkook soal menyembunyikan Tzuyu untuk sementara waktu sepertinya mulai dia urungkan sekarang. Dia merasa hal itu hanya akan membuat segalanya makin kacau. Dia ingin semua hubungannya dengan Jia berakhir agar dia bisa bersama lagi dengan Tzuyu.

"Aku rasa tidak untuk saat ini. Setelah perpisahan itu, kita akan temui mereka," ujar Tzuyu sambil mengusap halus pipi Jungkook. "Lebih baik sekarang kita jemput Jihoon, aku yakin dia sudah sangat cerewet bersama eomma."

"Baiklah."

Jungkook tahu, tak selamanya takdir mau bersahabat dengannya. Buktinya hingga saat ini permainan takdir terus membuatnya bingung untuk menerka apa yang akan terjadi selanjutnya. Tapi dia yakin, akhir kisahnya pasti akan indah meskipun dia tahu, tak semua kisah akan berakhir bahagia. Adakalanya plot twist takdir membuatnya terpaksa menerima apa yang takdir siapkan.

Jungkook membulatkan matanya saat melihat seorang anak kecil tepat di depan mobilnya. Dengan cepat dia menginjak rem dan membanting stir agar tak membuat anak itu terluka.

Dengan segera Jungkook turun dan menghampiri anak itu. Dia bersyukur karena dia bisa dengan cepat membanting stir mobilnya, atau jika tidak anak itu akan benar-benar terluka.

Jia benar-benar membuatku gila. Aku sungguh tak bisa menebak apa yang akan dia lakukan selanjutnya.

Jungkook membungkukan tubuhnya, meminta maaf saat ibu dari anak itu mendekat. Dia langsung membawa anaknya dan membuat Jungkook tersenyum.

"Apa yang oppa pikirkan?" tanya Tzuyu yang kini berdiri tepat di belakangnya. "Oppa, melamun saat mengemudi adalah hal yang sangat berbahaya."

"Aku tahu." Jungkook kini melangkah kembali menuju mobilnya. Ya, dia tahu tak seharusnya dia melamun saat mengemudi karena risikonya sangat fatal. Tapi dia sungguh tak sengaja melamun tadi.

Aku rasa sesuatu terjadi.

Tzuyu tahu, meski Jungkook berpura-pura kuat, pada kenyataannya dia tetaplah Jeon Jungkook yang sebelumnya mudah tersinggung dan rapuh. Terlebih setelah Tzuyu tahu soal masa lalunya.

Tzuyu meraih tangan Jungkook lalu mengusapnya halus. "Oppa, aku tahu semuanya memang berat. Tapi aku yakin semuanya akan cepat selesai."

Jungkook hanya tersenyum lalu mengangguk. "Dan aku percaya itu."

Jungkook tahu serapuh apapun dirinya, tetap saja Tzuyu adalah malaikat tangguhnya. Beberapa kali hatinya merasa bingung dan Tzuyu selalu ada untuk menguatkannya. Jika sudah seperti ini, dia jadi ingat betapa bodohnya dia dulu sampai membuat calon anaknya harus tiada bahkan sebelum menghirup udara dunia.

"Melamun lagi?" tanya Tzuyu saat Jungkook mulai terdiam lagi. Namun pria itu hanya memperlihatkan senyumnya dan menggeleng.

*
*
*

Perang batin sedang dialamu Minguk saat ini. Dia memang berniat untuk membalas dendam pada Jungkook. Tapi dia sudah terlanjur menyayangi Tzuyu seperti adiknya, Joohee. Dia jadi tak tega untuk melakukan sesuatu yang buruk pada Jungkook sekarang. Terlebih karena pada kenyataannya, Jieun tak menikah dengan Jungkook. Jadi tak ada gunanya untuk membalas dendam.

Minguk meraih foto milik Tzuyu. Dia sungguh merindukan Tzuyu yang selama ini selalu menemaninya sebagai Joohee. Dia sungguh tak kesepian jika Tzuyu ada di sana. Tapi dia benar-benar tak bisa meminta Tzuyu untuk kembali.

"Ini sudah satu tahun tapi kau pergi. Joohee-ya, seseorang memang tak akan pernah mampu menggantikanmu." Pria Jo itu bermonolog dengan potret Joohee. Meskipun dia merindukan Tzuyu, rindunya tetap lebih besar pada Joohee. Dia sungguh tak tahu bagaimana kondisi adiknya itu saat ini.




"Eomma, Jihoon menyebalkan," adu Ahn yang membuat Jihoon hanya menampakan deretan giginya menggemaskan. Dia menggenggam pensil milik Ahn lalu berdiri di belakang Jungkook untuk meminta perlindungan. "Hyung harus mengerjakan PR, Jihoon, kembalikan."

Jihoon menatap Jungkook seolah meminta ayahnya itu untuk membelanya.

"Jihoon-ah, tidak boleh mengganggu hyung," jelas Jungkook setelah dia merendahkan tubuhnya. "Kembalikan pensilnya, Jihoon tidak boleh mengambilnya."

"Aku juga ingin sepelti itu," jelas Jihoon sambil menunjuk kanvas yang sudah Ahn gambar. "Boleh ya?"

Jihoon memang selalu berhasil meluluhkan hati Jungkook dengan kegemasannya. Itulah kenapa selama ini dia tak pernah bisa menolak apapun keinginan dari putra kecilnya itu. Terlebih karena saat itu Tzuyu tak ada. Jadi dia benar-benar menuangkan semua kasih sayangnya pada Ahn dan Jihoon.

"Baiklah, Jihoon juga boleh menggambar. Tapi janji tidak mengganggu hyung?" tanya Jungkook sambil mengacungkan jari kelingkingnya dan dengan senang hati disambut oleh kelingking mungil milik Jihoon.

Jungkook menggendong Jihoon lalu memberikan pensil Ahn kembali. Dia lantas mengambil kanvas kosong lalu meletakannya di lantai, membuat Jihoon kini tengkurap sambil memegang sebuah pensil dan mulai membuat coretan-coretan abstrak di kanvas itu.

Tzuyu benar-benar kagum melihat bagaimana Jungkook bisa mengurus Jihoon dan Ahn dengan baik. Padahal sebelumnya, Jungkook bahkan sangat takut hanya untuk menggendong Jihoon. Tapi saat ini Jungkook benar-benar terlihat luar biasa.

"Woah, oppa benar-benar luar biasa," puji Tzuyu saat Jungkook duduk di sampingnya.

"Selama kau pergi, aku belajar banyak. Salah satunya mengendalikan anak kecil. Aku tak bisa bayangkan bagaimana kau bisa menjaga Ahn tanpa batuan siapapun," ujar Jungkook yang justru disanggah oleh Tzuyu.

"Ibu Yoo yang membantuku. Aku tidak sendirian," jelas Tzuyu.

"Tapi aku yakin kau yang lebih banyak merawatnya dan aku sadar jika jadi seorang ibu benar-benar sulit. Aku tak bisa bayangkan bagaimana eomma merawatku. Jika melihat Jihoon, aku yakin jika aku juga sama seperti-nya dulu."

Tzuyu hanya terkekeh mendengar pernyataan dari Jungkook. "Aku rasa kau tak seperti Jihoon. Dia sangat cerdas."

"Aku yang mengajarinya karena Jia tak pernah peduli padanya," jelas Jungkook. "Ah ya, Jaehyun juga membantuku. Dia sering mengajak Jihoon bermain."

"Apa dia belum menikah?" tanya Tzuyu yang membuat Jungkook menggeleng.

"Dia seperti tidak tertarik pada pernikahan ataupun wanita. Tapi dia sangat menyukai anak kecil. Ah tidak tidak, dia hanya suka Jihoon. Dia bahkan pernah meminta izin padaku untuk membawanya menginap di rumahnya."

"Jinjja?"

"Jihoon memang sangat menggemaskan. Tapi sayangnya, aku tak bisa menjaganya dengan baik." Jungkook kini menyandarkan kepalanya di bahu Tzuyu. Dia merasa jika setelah melakukan ini, semua beban pikirannya terasa terangkat begitu saja. "Aku menunggu dia kembali sehat. Dia benar-benar ceria dan aku tak tega harus terus mengantarnya ke rumah sakit."

"Aku juga. Tapi jangan lupa untuk membelikannya bebek lagi."

"Aku sudah pernah membelikan banyak bebek, dia yang menghilangkannya dengan alasan bebeknya sedang bermain petak umpet," ujar Jungkook yang membuat Tzuyu terkekeh. Jihoon ternyata benar-benar banyak tingkah.

Meski semuanya sedang berantakan, aku selalu percaya jika garis takdir tak akan pernah salah. Mungkin ini terjadi untuk membuat hubunganku dan Kookie oppa semakin kuat.

TBC🖤

6 Aug 2020

Hello Mom!!✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang