#22 How If...

957 158 44
                                    

Minguk merasa heran karena hingga saat ini Tzuyu masih belum kembali. Dia pikir Tzuyu pergi ke panti asuhan, ternyata dia sama sekali tak ada di sana.

Minguk terdiam, memikirkan beberapa kemungkinan soal Tzuyu.

Apa mungkin dia tersesat?

Minguk beranjak, mencoba untuk mencari Tzuyu kembali. Dia perlu menemukannya. Apalagi Tzuyu masih hilang ingatan sekarang.

Aku harus mencarinya.





Jia hanya memandang tak suka saat Tzuyu sedang menyiapkan makan malam untuk Ahn dan juga Jihoon. Bahkan kedua putra Jungkook itu tampak antusias menunggu masakan Tzuyu--tak seperti saat mereka menunggu masakan Jia.

Jia menahan tangan Tzuyu saat Tzuyu akan menyajikan makanan untuk Jihoon. "Jihoon alergi bawang dan kau menggunakan banyak bawang pada supnya."

Tzuyu hanya memutar malas kedua bola matanya. "Tidak perlu mengajariku."

"Kau memang ibunya, tapi kau sama sekali tak tahu apapun soal dia," jelas Jia yang kemudian tersenyum--merasa sudah membuat Tzuyu kalah telak.

"Dan kau juga orang asing yang berpura-pura menjadi ibunya. Bukankah kita berdua impas?" Tzuyu menyajikan sup itu untuk Ahn lalu kembali ke dapur--untuk membuatkan sajian lain untuk Jihoon.

Tzuyu menghela napasnya. Dia sungguh tak mengerti kenapa dia bisa melewatkan banyak sekali hal mengenai Jihoon. Dia jadi merasa bersalah sekarang.

"Eomma, Jihoon tidak mau makan." Tzuyu berbalik saat mendengar suara putra kecilnya itu. Jihoon menggeleng sambil memberikan piringnya yang kosong.

Tzuyu merendahkan tubuhnya lalu tersenyum. "Waeyo? apa Jihoon tidak suka masakan eomma?"

Jihoon menggeleng lalu menunjuk pipinya. "Ppoppo."

"Aigo, kemari." Tzuyu mencium pipi Jihoon kemudian memeluknya. "Jadi Jihoon tidak mau makan?"

"Suapi."

Tzuyu hanya tersenyum karena cara bicara Jihoon yang benar-benar menggemaskan. Dia bahkan ingin sekali mencubit pipinya tapi dia benar-benar tak tega.

Aku senang saat ingatan soal Ahn mulai muncul satu persatu. Tapi soal Jihoon hanya ada sedikit.

"Baiklah, eomma perlu memasak sesuatu untukmu dulu. Nanti eomma suapi."

Jia hanya mendelik melihat bagaimana Jihoon bersikap manis pada Tzuyu. Selama ini Jihoon hanya memanggilnya dengan sebutan aunty meskipun dia sudah lama berada di sana--bahkan sejak Jihoon masih belajar bicara.

Apa aku perlu melakukan sesuatu?

*
*
*

Jungkook duduk dengan menyilangkan kakinya. Dia lalu meletakan dokumen itu di hadapan Jia. "Tanda tangani."

Jia mengeryit sebelum akhirnya meraih dokumen itu dan membacanya. Dia lalu meletakannya kembali dan menatap nyalang Jungkook. "Aku rasa tidak perlu."

"Bukankah perjanjiannya jika Tzuyu kembali kau harus menandatangani surat perpisahannya?"

Jia tahu ini semua merupakan kesalahannya. Andai dia tak menyetujui perjanjian yang Jungkook buat. Dia mungkin tak perlu menandatanganinya sekarang.

"Itulah kenapa kau perlu percaya pada sebuah ketidakmungkinan," jelas Jungkook yang kemudian menyerahkan pulpen itu pada Jia. "Tanda tangan!"

"Aku melakukannya karena semua hal itu mustahil!" Jia mengelak dengan apa yang sudah dia setujui saat menikah dengan Jungkook. "Lagipula siapa yang tahu soal masa depan?"

Hello Mom!!✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang