"Eomma."
Jia tersenyum saat Jihoon mengatakan itu padanya. Namun hal ini membuat Ahn menatap ibu tirinya itu dengan sinis.
"Dia bukan eomma, Jihoon," jelas Ahn sambil memindahkan channel TV, mencari kartun kesukaannya--seolah tak peduli dengan tatapan nyalang yang dilakukan oleh Jia padanya.
Jihoon beranjak dari duduknya lalu meraih salah satu foto yang ada di dekat TV. Dia kemudian tersenyum dan menunjukannya pada Jia. "Eomma."
Jia mengeryit. "Ini eomma?"
Jihoon mengangguk lalu berjalan menghampiri Ahn. Dia kemudian naik ke sofa dan memberikan foto itu pada Ahn--membuat kakaknya itu tersenyum.
"Ini eomma?" tanya Ahn yang membuat Jihoon mengangguk.
Jia sungguh heran kenapa Jihoon ingat soal Tzuyu adalah ibunya. Padahal Tzuyu pergi saat Jihoon masih sangat kecil dan kemungkinannya Jihoon pasti lupa.
Jia melihat ke arah jam, dia benar-benar lupa hari ini dia harus mengantar Jihoon ke rumah sakit. "Jihoonie, ayo kita mandi."
Jihoon menggeleng. "Ingin bebek."
"Iya, dengan bebek, ayo."
Jihoon akhirnya mengangguk lalu turun dari sofa. Tak lupa dia juga memberikan foto Tzuyu pada Ahn yang membuat Ahn tersenyum.
Jungkook menghela napasnya, melangkah masuk ke ruangan yang selama ini selalu ingin dia hindari tapi tetap saja dia tidak tidak bisa selamanya seperti itu. Dia tak mungkin tidak membiarkan Tzuyu kesepian disana.
Jungkook menundukan kepalanya, kembali terisak mengingat saat hari dimana dia harus memasukan wadah berisi abu milik Tzuyu itu ke ruangan itu. Hatinya semakin tercabik-cabik kala menatap potret senyum Tzuyu disana.
"Tzuyu, kenapa kau melakukan ini padaku?" lirih Jungkook. Dia sungguh masih belum menerima kenyataan pahit yang harus dia terima itu. Andai hari itu dia tak membiarkan Tzuyu pergi sendiri, hari ini dia tidak akan mungkin berada dalam ruangan itu, menangisi kepergian Tzuyu.
"Tzuyu, hari ini Jihoon mengatakan kata yang selama ini tak pernah dia ucapkan dan kau tahu? dia mengatakan..." Jungkook mencoba mengendalikan dirinya sendiri, sebenarnya untuk mengatakan hal ini saja hatinya benar-benar merasa berat. "Eomma. Tzuyu, andai saja kau ada disini, mungkin kau akan sangat bahagia."
Jungkook mengambil sebuah benda yang berada di sakunya kemudian berusaha tersenyum meskipun sebenarnya dia sedang menangis sekarang. Dia memperlihatkan medali yang Ahn dapatkan dari sekolahnya. "Ahn memenangkan lomba melukis. Aku yakin kau pasti ada disini dan bahagia melihat ini."
Jungkook menghapus air matanya dan tersenyum. "Tzuyu, aku tidak menangis. Kau jangan sedih karena melihatku seperti ini. Aku benar-benar menyembunyikan air mataku dari Ahn dan Jihoon. Tzuyu, andai Tuhan mau mengabulkan permintaanku, aku akan meminta-Nya untuk mengembalikanmu padaku. Ah ya, aku menikah lagi bukan karena keinginanku, itu karena ibuku yang terus saja mendesakku. Tapi tenang saja, dia hanya pengasuhnya Ahn dan Jihoon. Aku tak pernah menganggapnya sebagai istriku karena hanya kaulah istriku, Tzuyu. Aku hanya mencintaimu. Aku harus pulang sekarang, dimanapun kau berada, aku harap kau selalu bahagia."
Jungkook melangkah gontai meninggalkan ruangan krematorium itu. Dia hanya berharap jika takdir mau berpihak padanya dan mengembalikan Tzuyu. Dia tak akan terkejut ataupun takut, dia pasti akan langsung menyambut Tzuyu jika istrinya itu kembali.
Hari yang penuh dengan tipuan di mulai.
Jungkook memang selalu menyempatkan dirinya mengunjungi Tzuyu. Bahkan meskipun sudah hampir 1 tahun berlalu, Jungkook masih saja mengunjungi Tzuyu setiap hari dan menceritakan keluh kesahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Mom!!✅
Fiksi Penggemar[Sequel Hello Dad!!] Tzuyu selalu percaya jika scenario yang Tuhan berikan padanya benar-benar luar biasa. Tapi dia tak pernah menyangka sebuah mimpi buruk harus menghinggapi kisah hidupnya hingga membuatnya harus kehilangan segalanya termasuk kelua...