Jia tersenyum menang melihat Ahn terikat dengan mulut yang juga dia ikat dengan kain. Berotakan kecil anak itu membuat Jia semakin senang saja sekarang.
"Bukankah anak pintar tidak menangis?" tanya Jia sambil mengangkat dagu Ahn. "Nikmati waktumu di tempat gelap ini."
Ahn terus berusaha melepaskan dirinya dari ikatan itu. Dia benar-benar takut jika Jia melakukan hal yang sama pada adiknya atau mungkin Tzuyu dan Jungkook.
"Aku hanya penasaran saja, bagaimana ibumu yang terlampau menyayangimu itu akan menemukanmu," jelas Jia yang kemudian pergi meninggalkan Ahn di dalam gudang.
Eomma, tolong aku...
Jia berjalan dengan senyumannya. Balas dendamnya akan dimulai hari ini. Dia akan pastikan keluarga Jeon tidak akan bisa hidup dengan tenang setelah membuatnya menderita selama satu tahun.
"Selamat menikmati semuanya, Chou Tzuyu."
Tzuyu melipat kedua tangannya sambil menatap Jia dari ujung rambut sampai ujung kakinya. "Park Jia, aku rasa kau tak lebih cerdas dariku."
Tzuyu melangkah maju, membuat Jia memundurkan langkahnya secara perlahan. Namun detik berikutnya dia ikut melipat kedua tangannya dan melangkah maju--tak ingin kalah dari Tzuyu.
Tzuyu mencengkram baju Jia. Dia sungguh tak bisa meredakan emosinya lagi. Terlebih setelah dia melihat bagaimana Jia berniat mencelakai Ahn. "Jika kau berniat untuk mencelakai keluargaku, jangan pernah berharap kau masih bisa menghirup udara dunia ini."
Jia hanya berdecih. "Kau hanya menuduhku, Tzuyu."
"Menuduh? kau bilang aku menuduh?" tanya Tzuyu yang kemudian menyeret Jia menuju gudang. Dia lalu mendorong Jia di hadapan Ahn yang kini terikat.
"Apa ini yang kau sebut menuduh?" tanya Tzuyu yang kemudian melipat kedua tangannya. "Jika kau punya masalah denganku, tidak perlu melibatkan orang lain."
Tzuyu mengeryit saat melihat Jia yang tampaknya menggendong Ahn menuju gudang. Keributan antara Jia dan Ahn membuatnya terbangun dan kini, dia yakin Jia memang akan melakukan sesuatu pada putranya itu.
Tzuyu membiarkan Jia melancarkan aksinya agar Jia merasa jika rencananya berhasil.
"Oppa ternyata salah menilai Jia. Aku saja yang baru bertemu dengannya sudah tahu apa sikap yang dia sembunyikan," gumam Tzuyu yang kemudian memutuskan untuk mengikuti Jia. Dia mengintip dari sela pintu gudang yang terbuka saat Jia mengikat tubuh anaknya pada kursi yang ada di sana.
Baiklah, jika itu yang kau mau, Jia.
Tzuyu melepas ikatan tangan Ahn dan juga ikatan kain yang ada di mulutnya. Dia kemudian memeluk putranya itu.
Jia meraih pemukul baseball yang ada di dekatnya kemudian berdiri. Dia mengayunkan pemukul itu agar mengenai bagian belakang kepala Tzuyu. Namun saat pemukul itu hampir mengenai kepala Tzuyu, Jungkook sudah lebih dulu menahannya.
Jungkook tersenyum miring. "Jadi selama ini kau menyembunyikan sifat aslimu demi mendapat kesan bagus dariku?"
Jia berusaha melepas tangan Jungkook dari pemukul itu namun sayangnya tenaga Jungkook jauh lebih kuat darinya.
"Pantas saja Ahn dan Jihoon tak ingin menerima kehadiranmu meskipun kau sudah lama berada di sini." Jungkook memutar pemukul itu hingga tangan Jia berada di belakang.
"Lepaskan aku!"
Jungkook melepaskan tangan Jia dengan mendorongnya, membuat Jia hampir tersungkur jika dia tak menahan tubuhnya dengan tangannya.
Aku benar-benar akan memastikan hidup keluarga Jeon tidak akan tenang.
*
*
*Ahn terus saja melamun karena kejadian yang cukup membuatnya takut tadi. Dugaannya soal sikap Jia ternyata benar. Tapi dia sungguh tak percaya jika Jia benar-benar orang yang jahat.
Sentuhan tangan Tzuyu membuat atensi Ahn beralih. Tzuyu tahu, putranya itu pasti masih merasa ketakutan setelah kejadian penyekapan tadi. Dia menyesal karena tak langsung mencegah Jia tadi.
"Ahn-ah, bukankah kau anak yang pemberani?" tanya Tzuyu yang kemudian menyuapi Ahn. Dia tersenyum saat secara tak sengaja Ahn membuka mulutnya dan menerima suapannya. "Eomma ingat saat kau selalu jatuh saat bermain sepeda. Ah ya, eomma lupa membawa sepedamu dulu. Kenapa eomma harus melupakannya, ya?"
Jungkook tersenyum ketika Tzuyu bisa dengan mudah membuat Ahn memakan sarapannya. Dia hanya takut jika Jia melakukan hal buruk lagi pada putra sulungnya itu.
Atensinya beralih pada si bungsu yang nampaknya merasa cemburu melihat sang ibu menyuapi kakaknya tapi tidak dengannya.
Jungkook terkekeh saat Jihoon menggeser mangkuknya lalu menatap Tzuyu dengan tatapan penuh harapnya.
"Eomma," panggil Jihoon yang kemudian membuat Tzuyu menoleh.
"Jihoon juga mau disuapi?" tanya Tzuyu yang langsung membuat Jihoon mengangguk. "Tapi tangan eomma hanya ada dua. Bagaimana dengan appa saja?"
"Tidak mau, bosan."
Jungkook hanya menatap si bungsu dengan tatapan gemasnya. Dia bahkan ingin sekali mencubit dan menggelitiki Jihoon saat ini.
"Dengan appa ya?" tanya Jungkook yang membuat Jihoon menggeleng. Dia bahkan menjaga mangkuknya agar tak diambil Jungkook. "Waeyo? nanti kita lihat stroberi lagi di luar."
"Tidak, ingin eomma saja."
Jungkook mencubit pelan pipi Jihoon. "Baiklah, kau harus bersabar."
Minguk menatap foto di ponselnya lalu menatap rumah milik Jungkook. Dia terus bertanya-tanya apakah Tzuyu memang ada di sana atau tidak. Dia cukup bangga karena kecerdasan yang dia miliki. Yap, dia sudah lebih dulu memotret kartu identitas Tzuyu saat dia menemukan Tzuyu.
Minguk berjalan menuju pintu rumah itu lalu menekan belnya. Dia berdiri dan menunggu sang pemilik rumah membukakan pintu.
"Kau siapa?" tanya Jungkook yang kemudian membuat Minguk menoleh. Dia sedikit mengingat hingga pada akhirnya dia memasang wajah bahagianya. "Yak, kau...ini sungguh kau? Jo Minguk yang selalu kalah dariku saat bermain basket?"
"Jadi dia—" Minguk menunjukan foto Tzuyu dan membuat Jungkook mengangguk.
"Istriku, Chou Tzuyu. Tunggu, kenapa kau mengenalnya?" tanya Jungkook yang membuat Minguk memberikan tatapan tak percayanya. "Ada apa?"
Minguk benar-benar tak percaya jika takdir kembali mempertemukannya dengan Jungkook--pria yang sebenarnya selama ini dia benci itu. Dia menyesal karena membiarkan Tzuyu kembali.
"Siapa yang—" Ucapan Tzuyu tercekat begitu dia melihat sosok yang selama ini menganggapnya sebagai seorang adik itu. Dia benar-benar takut jika Minguk akan membawanya paksa, meski dia tahu Jungkook tak akan membiarkan hal itu sampai terjadi.
"Tzuyu, dia Minguk, teman kuliahku dulu," jelas Jungkook yang hanya membuat Tzuyu tersenyum canggung.
"Aku Minguk."
Tzuyu sungguh tak menyangka jika pria itu merupakan teman suaminya dan yang membuatnya semakin tak menyangka adalah Minguk yang seolah tak mengenalnya. Padahal selama satu tahun, pria itu terus menyembunyikan identitas Tzuyu yang sebenarnya.
"Ah ya, darimana kau mengenalnya?" tanya Jungkook yang membuat Minguk hanya menggeleng dan tersenyum.
"Aku hanya tak sengaja menemukannya di sungai. Aku pikir dia adalah adikku Joohee. Tapi ternyata bukan. Wajah mereka hanya mirip saja."
Minguk oppa tak mengatakan hal itu padaku. Sebenarnya apa yang terjadi? apa Minguk memang sengaja tak memberitahu padaku soal diriku sendiri?
TBC🖤
3 Aug 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Mom!!✅
Fanfic[Sequel Hello Dad!!] Tzuyu selalu percaya jika scenario yang Tuhan berikan padanya benar-benar luar biasa. Tapi dia tak pernah menyangka sebuah mimpi buruk harus menghinggapi kisah hidupnya hingga membuatnya harus kehilangan segalanya termasuk kelua...