Inner Child

102 9 1
                                    

~Dirimu seperti bunga mawar yang memiliki banyak duri, tapi aku tetap ingin memelukmu~
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

tak menyesal juga diriku memakan pancake buatan jimin, rasanya tak kalah lezat dengan pancake buatan ibuku. aku menyukainya, maksudku pancakenya, bukan orang yang memasak pancake.

"kau tak makan?" tanyaku berusaha cuek

jimin masih saja memperhatikan ku memakan sarapan, dia bahkan tak mengalihkan pandangannya dariku sejak aku keluar dari kamar tadi. ingin sekali aku menampar wajah itu karena terus memperhatikan ku. apa dia tak tau kalau aku sedang menahan sesuatu yang hampir memanas. semoga saja jantungku masih ada pada tempatnya.

"aku sudah makan tadi bersama adikmu" jawabnya santai dengan wajah yang terus memperhatikan ku

"kalian makan bersama?" entah kenapa malah pertanyaan seperti itu yang keluar begitu saja dari mulut ku.

jimin mengangguk sebagai jawaban, "kenapa? kau cemburu?" ucap jimin dengan mata yang terus menggodaku

"cemburu? yang benar saja, jangan berharap terlalu tinggi padaku. aku hanya mengkhawatirkan adikku yang terlalu dekat dengan lelaki brengsek seperti mu" ucapku sinis dan berlalu kedapur untuk mencuci piring kotorku

bukannya kesal, jimin malah terkekeh mendengar ucapanku, "tak perlu khawatir, dia terlihat bahagia tadi. dia juga meminta sesuatu dariku tapi masih kupertimbangkan, adikmu benar-benar imut"

"a-apa yang dia minta darimu?" tanyaku penasaran, memang nya apa yang di minta rei hingga perlu jimin pertimbangankan. apa sepenting itukah permintaan rei?

"kau mau tau?"
bukannya menjawab jimin malah balik bertanya padaku

aku mengangguk pelan sebagai jawaban. "kalau begitu cium aku" goda jimin yang langsung mendapat tatapan mematikan dariku.

yang benar saja aku harus mencium wajah orang yang kubenci, "tak mau dan akan pernah mau, kau mengerti!" sahutku tegas lalu berjalan meninggalkannya di dapur sendiri.

setelah selesai mandi, aku bersiap untuk pergi bekerja. baru saja ingin memakai baju, pintu kamar terbuka.

"yakkk park jimin... keluar!!!" teriakku sambil menyilangkan tangan ke dada.

jimin yang sama terkejutnya dengan ku langsung buru-buru keluar menutup pintu, "maaf aku tak sengaja, aku tak melihat apa-apa tadi, sungguh!" ucap jimin dari luar kamar

"lagipula aku sudah pernah melihat punyamu" tambah jimin pelan

"diaammm!!!" bentakku dari kamar, apa dia pikir aku tak mendengar nya? mesum sekali otaknya itu dan bodohnya aku yang lupa mengunci pintu kamarku, aish menyebalkan.

selang beberapa menit aku pun keluar dari kamar, ternyata jimin sudah pergi dari depan kamarku. aku tak menemukan sosoknya di dalam rumah, apa dia sudah pergi? baguslah kalau dia benar-benar pergi.

baru hendak keluar rumah, aku mendengar samar-samar suara jimin. kurasa dia sedang menelfon seseorang di luar rumah. apa aku salah jika aku ingin menguping? masa bodoh dengan salah atau tidak, aku benar-benar penasaran dengannya.

"ya alamatnya benar, aku bertemu dengannya berkat dirimu, gomawo taehyung-ah"

"..."

"kalian kembali hari ini? kenapa secepat itu, aku tak bisa pergi bersama kalian, mungkin aku akan tinggal beberapa hari disini, sampaikan pada manager"

Promise of Scenery✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang