~Tak kusangka ada sebanyak ini jalan yang belum pernah kulalui dan jalan yang tak bisa kulalui~
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Mataku mengerjap, aku terbangun tepat pukul satu siang dengan kondisi yang jauh dari kata baik-baik saja. pening di kepala terus saja melanda di setiap pergerakanku, membuatku agak sedikit sulit berdiri tegak, dapat kulihat penampilanku di depan cermin sekarang, sungguh mengenaskan.
mataku memerah, wajahku bengkak, ditambah rambut dan bajuku yang acak-acakan tak karuan. sudah sangat persis seperti zombie. belum lagi rasa perih yang ada pada dahiku, dahiku kenapa? aku sendiri yang mempunyai dahi saja tak tau kenapa dahiku bisa tertempel perban dengan semburat merah di pojok kanan.
aku berusaha mengingat apa yang sedang terjadi padaku kemarin, apa kah sesuatu yang buruk terjadi padaku? apakah sesuatu itu yang membuatku berakhir mengenaskan siang ini? ada apa kemarin?
jimin?
semalam?
dimana jimin? aku yakin jimin bercanda dengan perkataan nya kemarin, itu tak benar kan? jimin tak benar-benar meninggalkanku kan? aku bermimpi bukan?
"aku harus menemuinya sekarang" ucapku dengan nafas memburu
aku langsung bangkit meninggal kan rumahku dan langsung menuju ke kantor, aku ingin bertemu jimin sekarang, aku tak peduli dengan penampilan dan rasa pening di kepalaku. aku harus meminta penjelasan darinya, ini semua tak mungkin berakhir bukan?
sesampainya di kantor, seluruh staff memandangiku heran, ini baru pertama kalinya aku menjadi pusat perhatian di tempat kerjaku. masa bodoh dengan bisikan-bisikan sinis yang ku dengar, aku harus menemukan park jimin saat ini juga.
tak pikir lama, aku langsung menuju ruangan dance, aku yakin para member sedang berada di sana, ingin sekali aku berlari agar segera sampai disana tapi apa boleh buat, kepalaku tak bisa di ajak kompromi saat ini, aku bahkan terjatuh beberapa kali saat ingin mencoba lari, bahkan kurasa luka pada dahiku kembali basah dan mengeluarkan darah.
aku membuka pintu ruangan itu dengan keras, semua orang terkejut dengan kedatangan ku saat itu, terlebih lagi dengan para member, tapi aku tak peduli dengan tatapan orang lain saat menemukan keberadaan jimin di sana.
aku mendekat menghampiri jimin dengan nafas yang tersenggal-senggal,
"aku ingin bicara denganmu" ucapku yang langsung menarik pergelangan jimin untuk mengikuti ku keluar dari ruangan itu
aku tak mendapat penolakan sama sekali dari nya, dia masih termangu menatap ku heran, entah apa yang sedang ia pikirkan
aku menjauh dari tempat itu, tak menggubris beberapa teriakan dari manager atau para member lainnya, yang aku tau tae menahan menager yang hendak menyusul ku yang membawa jimin pergi.
mungkin tempat yang tepat saat ini hanyalah studio milik jimin, aku membawanya kesana dan mengunci nya dari dalam.
"jelaskan padaku, apa yang kau maksud kemarin malam?"
"kau berbohong kan jim? kau tak serius kan? kau bercanda bukan? jelaskan padaku bodoh.." teriakku mulai histeris sambil mencekam bahunya
aku menghela nafas, mencoba menenangkan diriku sendiri,
"aku tau kau tak serius kemarin, kau tak mungkin sejahat itu padaku bukan? kau mencintaiku, ya.. kau mencintaiku, katakan itu padaku jim.. katakan... jebal" ucapku mulai lelah"kenapa diam saja jim... katakan jim...katakan..., katakan brengsek"
jimin terus diam, dia tak mengatakan sedikit kata apapun, dia hanya diam sambil melihatku dari atas sampai bawah,

KAMU SEDANG MEMBACA
Promise of Scenery✓
Hayran Kurgu"maafkan aku selalu menyakitimu saat kau berada disekitar ku" -Tae . . . "maafkan aku sempat meninggalkan mu" -Jimin . . . "maafkan aku jika menaruh perasaan bodoh pada hatiku" -y/n