TEMENZONE'04

20.6K 3K 408
                                    

"Pulang! Pak pulang aja dong!" Cleirin berdiri di ambang pintu ruang informasi dan berbicara pada seorang pria yang sedang duduk di depan komputer.

"Ngapain kamu, Cleirin? Bawa-bawa tas segala," guru perempuan masuk ke ruangan seraya membawa sebuah kertas.

"Pulangin aja buk kita-kita, kan ada rapat." Cleirin masuk dan duduk di sofa dengan tas yang ada di punggungnya.

"Yang rapat kan orang tua, Cleirin, bukan guru-guru."

"Tapi kan guru-guru juga ada yang ikut rapat, ibu Yus."

"Kan sebagian, gak semua guru. Udah-udah masuk sana bentar lagi bel bunyi," Bu Yus pergi dari ruang informasi.

"Pak Tegar, saya ada denger dari anak kelas tiga kalo murid-murid bakal di pulangin lho, pulang dong!"

"Hoax itu,"

"Bapak ih! Ganti aja deh nama bapak jadi pak tega. Gitu amat," Cleirin sempet menghentakkan kaki.

"Masuk sana, jangan bawa-bawa tas kayak gitu. Cuma kamu yang bawa-bawa tas, ntar di marahi kepsek baru tau rasa."

"Saya udah sering buat masalah terus cari sensasi tapi kepsek belom juga tegur saya tuh," Cleirin mengambil permen yang ada di wadah yang terletak di meja pak Tegar.

"Maska! Bawa nih," pak Tegar menunjuk Cleirin saat melihat Maska lewat dari jendela.

Maska berhenti melangkah dan menatap bingung Cleirin karena laki-laki itu tidak terlalu mendengar apa yang pak Tegar katakan.

"Apa, Pak?" Maska mendekat.

"Bawa nih pacar kamu,"

"Enak aja!" Cleirin langsung protes.

"Lho kalian gak pacaran?"

"Enggak, Pak. Tipe saya bukan dia." Kata Maska lalu pamit pergi.

"Yee anjir! Lu juga bukan tipe gua!" Seru Cleirin sambil membuang asal bungkus permen.

"Kamu ini perempuan tapi kalo ngomong suka kasar," pak Tegar tampak menggelengkan kepala.

"Lah pak, itu sifat asli saya. Saya mah gak mau munafik pake acara baik di depan busuk di belakang. Btw, pulang pak!"

"Kamu ini! Pulang terus yang dipikirin,"

Cleirin diam sesaat dan tidak juga keluar dari ruang informasi di mana di ruangan itu hanya ada dirinya dan pak Tegar yang sedang sibuk dengan komputernya.

"Kamu mau tau, dua tahun lagi ajaran baru udah mulai terapkan. Saya kasih bocoran, yang jadi faktor utama untuk kasih penilaian ke murid-murid itu diliat dari attitude nya. Pinter tapi nakal, gak laku mulai tahun ajaran baru nanti." Pak Tegar melirik Cleirin.

"Maksud bapak ngomong kayak gitu ke saya biar saya sadar?"

"Ya iya,"

"Lah, gak guna! Dua tahun lagi saya udah tamat dong!" Cleirin tertawa keras melihat pak Tegar langsung menoleh.

"Tahun depan saya kelas tiga, terus tahun depannya lagi sistem ajaran baru diterapkan? Gak guna bapak ngomong sama saya, wong sistem ajaran barunya diterapkan pas saya udah tamat." Cleirin masih tertawa sampai menepuk pundak pak Tegar.

"Lho, iya ya." Gumam pak Tegar dan tawa Cleirin terdengar semakin geli bahkan keras.

"Ya udah saya mau bilang sama kepsek kalo tahun ajaran barunya diterapkan tahun depan aja, pas kamu kelas tiga."

"Ih jangan! Gak asyik ah!" Cleirin menjauh dari pak Tegar.

Cleirin mendekat pada bel sekolah dan memperhatikannya sebentar, bel tersebut akan berbunyi sesuai dengan jam atau waktu yang telah diatur. Yang sedang Cleirin perhatikan dan cari-cari adalah, tombol dari bel tersebut.

Temen Zone? [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang