Cleirin menahan napasnya dengan air mata yang terus keluar saat wajah Tian mulai mendekati bagian kuping dan lehernya. Tubuh Cleirin terasa seperti membeku hingga tidak bisa melakukan apapun selain menangis dan berdoa di dalam hati.
Tangis Cleirin terdengar semakin keras ketika tangan Tian menyelusup masuk ke dalam baju. Ingin melawan pun percuma, tangan Cleirin diikat begitu juga dengan kakinya.
"Please, jangan. Gue mohon jangan," lirih Cleirin memalingkan wajah tepat saat Tian hendak menciumnya.
Cleirin memejamkan mata dengan erat ketika tangan Tian kembali memegang pipinya bahkan menekannya dengan kuat.
"Diem, pasrah, atau lo mau mati?" Bisik Tian dengan jarak wajah yang begitu dekat dengan Cleirin hingga ia bisa merasakan hembusan napas tidak beraturan Cleirin.
Cleirin menggeleng dengan cepat menolak keduanya, tangannya yang berusaha mendorong perut Tian dibawa ke bagian atas kepalanya dan dicekal dengan kuat oleh Tian agar tidak banyak bergerak.
Cleirin menjerit tertahan saat tangan Tian mulai menjelajahi tubuhnya dengan gerakan perlahan dan sensual.
"Enggak! Jangan! Gue mohon jangan!" Cleirin menggelengkan kepala saat tiga kancing bagian atas bajunya dibuka oleh Tian.
Tian berhasil membuka tiga kancing baju Cleirin membuat dada gadis itu terekspos cukup jelas, bahkan Tian dapat melihat warna bra yang Cleirin kenakan.
Tian menyunggingkan senyum di sudut bibir melihat ekspresi memilukan Cleirin yang tengah memohon kepadanya, tangan Tian semakin menjadi-jadi. Setelah melepas kancing baju Cleirin, tangannya bergerak ke bawah mencari kancing celana jeans untuk segera ia buka.
"Tian, please." Bisik Cleirin saat tangan Tian sudah berada di kancing celananya.
"Please? For what? Hmm?" Tangan Tian kembali masuk ke dalam baju Cleirin untuk merasakan hangatnya bagian dalam kulit Cleirin.
Tubuh Cleirin sedikit bergetar ketika Tian berhasil menciumnya tanpa ia bisa mengelak lagi, yang bisa Cleirin lakukan hanya terus menangis karena tubuhnya sudah terasa lemas akibat perlakuan bejat Tian.
"Let's get started," bisik Tian dengan kembali mendekatkan wajahnya ke leher Cleirin dan beralih mendekati bagian dada Cleirin.
"BANGSAT!"
Mata Cleirin yang terpejam langsung terbuka dan terkejut melihat Tian sudah jatuh ke lantai, Cleirin menjerit melihat wajah Tian di tendang. Tangsinya yang sempat mereda kembali pecah ketika melihat Maska datang.
"Keluar! Keluar!" Maska menarik Cleirin dengan tangan kiri di saat Tian tersungkur ke lantai.
"MASKA!" Teriak Cleirin karena Maska mendapat pukulan secara tiba-tiba dari Tian.
"STOP! TIAN STOP!" Cleirin hanya bisa berteriak dan menangis melihat Maska di pukuli.
"Keluar! KELUAR CLEIRIN!" Ujar Maska seraya menahan rasa sakit di bagian wajah dan tangannya yang masih di bungkus arm sling.
Cleirin sudah beranjak dari tempat tidur namun tidak berniat untuk pergi karena Maska sedang di pukuli. Tubuh Cleirin langsung terkesiap saat Tian menoleh ke arahnya dan mulai mendekatinya.
Maska meraih kaki Tian membuat langkah laki-laki itu terhenti, "KELUAR SEKARANG!"
Cleirin terpaksa berlari keluar dan menutup kupingnya saat mendengar suara pukulan, Cleirin berlari menuju dapur untuk mencari-cari sesuatu.
Pisau. Cleirin menatap pisau yang baru saja ia ambil dengan tangan yang bergetar lalu menatap ke arah pintu kamar Tian.
Sadar jika nantinya akan semakin runyam, Cleirin berlari keluar tanpa mengingat jika kancing bajunya belum dikaitkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Temen Zone? [COMPLETED]
Teen FictionCleirin dan Maska adalah tetangga, karena hal itu mereka menjadi berteman. Pertemanan mereka terus berlanjut sampai keduanya duduk di bangku sekolah menengah atas atau SMA. Kebersamaan mereka terus tercipta hingga salah satu di antara mereka mulai...